BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam berkomunikasi, sebagai salah satu kegiatan utama manusia alam

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBANGUNAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TENIS

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Kehidupan sosial ditandai oleh adanya komunikasi antarindividu dengan individu maupun individu dengan kelompok melalui proses interaksi yang menggunakan bahasa sebagai media. Selain itu, bahasa juga menjadi media bagi manusia untuk mengungkapkan segala bentuk emosi dan pikirannya. Emosi manusia mencangkup dua hal, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Luapan rasa bahagia, senang dan gembira merupakan emosi bentuk positif, sedangkan rasa marah, sedih, dan murung merupakan bentuk emosi negatif. Penggunaan bahasa dalam pembelajaran di kelas merupakan realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi kelas. Dalam interaksi kelas, guru selalu menggunakan bahasa untuk memperlancar proses interaksi. Guru sebagai orang yang memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran (selanjutnya, disingkat dengan PP) selalu menggunakan tuturan sebagai media untuk menyampaikan ide kepada siswa. Oleh karena itu, bahasa memiliki peranan sentral

2 dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dalam mengungkapkan pikiran dan gagasan serta mengidentifikasikan diri dalam lingkungan, masyarakat menggunakan bahasa yang berbentuk bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan cenderung lebih mudah digunakan dan lebih praktis. Bahasa lisan sering dibantu dengan mimik, gerak-gerik anggota tubuh, dan intonasi ucapan. Bahasa lisan lebih dipengaruhi oleh konteks, situasi, ruang, waktu, dan mimik pembicara. Menurut Pateda (2011: 14) bahasa lisan dianggap sempurna karena orang yang sedang berbicara (penutur) dapat menambahkan unsur-unsur suprasegmental pada ucapannya, sehingga apa yang diucapkannya lebih jelas. Satu hal yang selalu berkaitan dan tidak pernah lepas dari bahasa lisan adalah tindak tutur dan konteks (situasi tuturan). Cabang ilmu bahasa yang mengkaji hubungan antara tindak tutur dengan konteks adalah pragmatik. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna yang berhubungan dengan situasi-situasi ujar (speech situations) (Leech, 1993:8). Pragmatik mengkaji makna tuturan yang dikehendaki oleh penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka menggunakan bahasa dalam komunikasi. Salah satu kajian pragmatik yaitu tindak tutur. Menurut Yule (2006:81), tindak tutur adalah tindak-tindak yang ditampilkan lewat tuturan. Chaer dan Leonie Agustina (2004:50) mengatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan

3 oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tutur. Tindak tutur mencakup ekspresi situasi psikologis dan tindak sosial seperti mempengaruhi perilaku orang lain atau membuat suatu kesepakatan. Jadi tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Salah satu contoh tindakan tuturan dapat dilihat dalam PP berupa tuturan antara guru dengan siswa dan sebaliknya. Tuturan dalam PP merupakan proses komunikasi yang mengunakan bahasa lisan. Adanya interaksi guru dan siswa dalam PB tidak terlepas dari peranan guru dalam usahanya mendidik dan membimbing para siswa agar mereka dapat mengikuti PP dengan baik dan sungguh-sungguh. Guru sebagai pengajar yang baik harus dapat memunculkan gairah belajar siswa agar melakukan aktivitas belajar. Dalam hubungannya dengan aktivitas karena dorongan oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, insting dan mungkin unsur kejiwaan lain, serta adanya pengaruh kebudayaan manusia. Tindak tutur berbahasa santun (kesantunan) merupakan alat yang paling tepat digunakan dalam berkomunikasi. Lakoff, (1990:34) mengatakan bahwa kesantunan adalah sistem hubungan interpersonal yang dirancang untuk mempermudah interaksi dengan memperkecil potensi konflik dan konfrontasi yang selalu terjadi dalam pergaulan manusia. Kesantunan merupakan prilaku yang benar yang tidak terbatas pada bahasa, tetapi juga mencakup prilaku nonverbal atau nonlinguistik. Oleh karena itu, pembelajaran kesantunan berbahasa siswa perlu dibina dan diarahkan oleh guru dalam PP. Definisi kesantunan yang dapat diterima akal sehat beerkenaan dengan prilaku yang benar menunjukkan bahwa kesantunan tidak terbatas pada bahasa,

4 tetapi juga menyangkut perilaku nonverbal dan nonlinguistik Eelen ( Syahrul, 2008:14). Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlangsung interaksi guru dengan siswa dalam PP yang merupakan kegiatan yang paling pokok. Mengembangkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam PP merupakan interaksi secara aktif dalam semua kegiatan keseharian di sekolah. Dalam hal ini, guru sebagai tenaga kependidikan diharapkan mampu menerapkan prinsip Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani dalam setiap prilaku yang ditunjukkan kepada siswa (peserta didik). Arti prinsip ini adalah dari/ di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan arahan. Prinsip pendidikan karakter ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Pendidikan tidak cukup hanya membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai kesantunan, budi pekerti, dan mendorong kepada karakter yang baik. Pentingnya pendidikan karakter untuk landasan pemikiran, sikap, dan perilaku peserta didik yang berangkat dari pendidikan nilai, moral, budi pekerti, dan watak yang diberikan oleh guru yang kedudukannya sebagai pendidik. Menurut Depdiknas (2008: 623) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak, dan berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Seorang pendidik dikatakan berkarakter

5 jika ia memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan, serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Tindak tutur guru dalam pendidikan karakter memiliki nilai-nilai yang sangat penting untuk memahami bagaimana etika atau budi pekerti seorang guru berinteraksi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, agar guru mampu menyelengarakan pendidikan dan pembelajaran yang memungkinkan menanamkan karakter pada siswanya, maka diperlukan sosok guru yang berkarakter. Guru yang berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tapi juga maapu mendidik, menanamkan nilai-nilai yang perlu untuk mengarungi hidupnya salah satunya kesantunan dalam bertutur. Selain itu, keteladanan guru di sekolah khususnya dalam PP memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendidik karakter. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cerminan siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa disiplin dan ramah tuturanya minsalnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya. Keteladanan lebih mengedepankan aspek prilaku dalam bentuk tindakan nyata dari sekedar berbicara tanpa aksi. Guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan motivasi agar siswanya melakukan aktivitas dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula seperti memberikan penghargaan (reward). Memberikan motivasi kepada seorang siswa bearti mengerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.

6 Pendidikan merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang memberikan bekal pada masa anak-anak dan berbentuk pada waktu dewasa, apa yang diajarkan dimasa kecil merupakan dasar pembentukan diri saat dewasa. Pendidikan itu dapat dibedakan atas tiga hal; (1) pendidikan prasekolah, (2) pendidikan sekolah, dan (3) pendidikan perguruan tinggi. Sekolah Dasar (selanjutnya, disingkat dengan SD) merupakan bagian dari pendidikan sekolah. Melalui pendidikan sekolah inilah anak-anak pertama kali memperoleh pengetahuan secara formal, setelah di Taman Kanak-kanak. Pengetahuan secara formal di sini maksudnya ialah pengetahuan secara terarah, teratur, dan disesuaikan dengan kurikulum pendidikan Nasional Indonesia. Sumber pengetahuan tersebut lebih banyak diperoleh anak dari guru. Kajian tindak tutur guru yang berorientasi pendidikan karakter seperti komunikatif, tindak tutur guru yang cerdas, dan keteladanan yang mencakup bertanggung jawab, cinta damai dan religius dapat dilihat dalam tuturan guru terhadap siswanya dalam PP. Kajian tindak tutur guru dalam PP akan dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Islam Budi Mulia Padang yang merupakan kajian makna tuturan dengan memperhatikan pendidikan karakter melalui konteks komunikatifnya. Oleh sebab itu, tindak tutur guru dalam PP dapat dikaji melalui kajian pragmatik. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diteliti tindak tutur guru dalam PP sebagai objek penelitian, karena guru SD Budi Mulia Padang mengunakan bentuk-bentuk tuturan tertentu dalam PP. Kesantunan tindak tutur gurunya memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan tuturan guru pada umumnya, karena tuturan guru SD tersebut

7 menghendaki cara penyampaian yang harus jelas dan menarik. Pelayanan pendidikan untuk mewujudkan insan beriman, bertaqwa, cerdas, dan terampil, mandiri, berakhlak mulia, dan cinta tanah air adalah Visi dari SD Islam Budi Mulia Padang. Sistem pembelajaran yang diterapkan di SD Islam Budi Mulia adalah belajar dari pagi sampai sore (full day school), selama empat hari kerja (senin sampai kamis), hari jumat dan sabtu siswa pulang siang. Penulis berasumsi bahwa penelitian terhadap tindak tutur guru berorientasi pendidikan karakter di SD merupakan hal yang sangat penting dan menarik serta bermanfaat bila dikaji secara mendalam. Selain itu, pendidikan karakter terlihat dan tercermin dalam tuturan guru saat berinteraksi dalam PP yang terjadi secara alami. Adapun alasan lain penulis memilih pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam PP di SD untuk diteliti karena sepengetahuan penulis belum adanya penelitian sebelumnya yang meneliti tindak tutur guru berorientasi pendidikan karakter di SD Islam Budi Mulia Padang. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah penelitian ini adalah tindak tutur guru dalam PP, konteks tindak tutur, strategi bertutur, skala kesantunan dalam bertutur, serta pendidikan karakter. Tindak tutur adalah sebuah tindakan yang dihasilkan seorang penutur yang ditujukan melalui sebuah tuturan yang berupa kalimat atau kata-kata dengan tujuan ingin memperlihatkan maksudnya terhadap penutur. Searle (Leech 1993:164-165) mengatakan bahwa tindak ujar atau tindak tutur dapat dikategorikan menjadi lima jenis, yaitu; (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklaratif.

8 Dalam penelitian ini penulis juga meneliti strategi tindak tutur guru dalam PP berorientasi pendidikan karakter di SD Islam Budi Mulia Padang, yang berdasarkan derajat keterancamannya. Strategi itu, berturut-turut menurut Brown dan Levinson (1987) adalah: (1) bertutur terus terang tanpa basa-basi (bald on record), (2) bertutur dengan menggunakan kesantunan positif, (3) bertutur dengan menggunakan kesantunan negatif, (4) bertutur dengan cara samar-samar atau tidak transparan (off record), dan (5) bertutur di dalam hati dalam arti penutur tidak mengujarkan maksud hatinya. Dengan skala kesantunan tindak tutur berbahasanya yaitu skala kesantunan menurut Lakoff; (1) skala formalitas, (2) skala ketidaktegasan, dan (3) skala kesamaan atau kesekawanan. Adapun nilai-nilai utama yang menjadi karakter dalam tindak tutur guru adalah: (1) komunikatif, (2) cerdas, dan (3) keteladanannya dalam bertutur. 1.3 Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah tindak tutur guru dalam PP berorientasi pendidikan karakter. Maka rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penggunaan fungsi tindak tutur guru dalam konteks proses pembelajaran berorientasi pendidikan karakter di SD Islam Budi Mulia Padang? 2. Bagaimanakah strategi kesantunan tindak tutur guru dalam konteks proses pembelajaran di SD Islam Budi Mulia Padang? 3. Skala kesantunan tindak tutur apakah yang dominan digunakan guru dalam proses pembelajaran berorientasi pendidikan karakter di SD Islam Budi Mulia Padang?

9 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan karakter melalui kesantunan tindak tutur guru dalam proses pembelajaran, ialah: 1) mendeskripsikan penggunaan fungsi tindak tutur guru dalam konteks proses pembelajaran berorientasi pendidikan karakter di SD Islam Budi Mulia Padang; 2) menjelaskan karakteristik kesantunan tindak tutur guru dalam konteks proses pembelajaran yang berorientasi pendidikan karakter di SD Islam Budi Mulia Padang, secara rinci tujuan kesantunan tindak tutur guru itu berdasarkan: a. strategi tindak tutur guru, dan b. skala kesantunan tindak tutur guru. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan teoretis untuk pembelajaran kesantunan tindak tutur guru dalam konteks proses pembelajaran yang berorientasi pendidikan akarakter di SD. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif terhadap perkembangan keilmuan, khususnya dalam bidang Pragmatik dan pendidikan karakter.

10 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait, yaitu: a. Sebagai bahan masukan bagi guru SD sebagai pembelajaran kesantunan dalam bertindak tutur yang berorientasi pendidikan karakter. b. Bagi penelitian bahasa, sebagai bahan rujukan dan bandingan untuk penelitian bahasa, khususnya pragmatik. c. Bagi pembaca umumnya, sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan di bidang bahasa dan karakter, khususnya mengenai kesantunan tindak tutur guru dalam Proses pembelajaran yang berorientasi pendidikan karakter. 1.6 Anggapan Dasar 1. Pengajaran pendidikan karakter tentang kesantunan, berawal dari tindak tutur guru dalam melatih atau memberikan pelajaran kepada siswa untuk bertindak tutur baik dan santun dalam berkomunisai melalui karakter cerdas dan keteladanan dari seorang guru. 2. Pemahaman kesantunan yang dituturkan oleh guru ketika, guru bertindak tutur dan berbahasa baik dan santun, maka siswa akan bertutur baik dan santun pula dan ketika, guru bertindak tutur dan berbahasa yang tidak baik dan tidak santun, maka siswa akan bertindak tutur dan berbahasa tidak baik dan tidak santun pula.

11 1.7 Definisi Operasional 1. Kesantunan merupakan etika atau tata cara seorang guru bertindak tutur yang menunjukkan pertimbangan yang baik bagi siswanya. 2. Tindak tutur adalah sesuatu yang menyatakan tindakan ujaran guru untuk berkomunikasi dalam Proses pembelajaran. 3. Guru adalah seorang pendidik yang membimbing siswanya dalam bertindak tutur adalam proses pembelajaran. 4. Konteks adalah faktor luar suatu ujaran yang menjadi dasar pertimbangan tuturan. 5. Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. 6. Pendidikan karakter adalah proses pengubahan atau pelatihan kualitas mental atau moral seorang pendidik yang diperlihatkanya di dalam kelas. 7. Berorientasi adalah pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. 1.8 Paradigma Penelitian Bahasa sebagai alat komunikasi terdiri atas dua bentuk, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Tuturan yang di tuturkan saat berkomunikasi memiliki makna dan tujuan yang di sesuaikan dengan situasi saat tuturan berlangsung. Bahasa lisan

12 dianggap sebagai bahasa yang sempurna dan sering digunakan. Begitu juga dengan kesantunan tindak tutur guru dalam PP berorientasi karakter. Bahasa dalam Tindak tutur digunakan di keluarga, masyarakat dan di sekolah. Penelitian ini di titik beratkan pada tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif Leech (1993:164--165). Di dalam proses pembelajaran, guru memiliki peranan penting dalam kelas. Fungsi tindak tutur guru, strategi tindak tutur guru dan skala kesantunan tindak tutur guru sangat diperhatikan dalam proses pembelajaran. Tindak tutur guru yag berkarakter akan mempengaruhi tindak tutur siswanya. Strategi tuturan berbahasa; berterus terang tanpa basa basi; bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif dan bertutur samar-samar yang berorientasi pendidikan budaya dan karakter. Di ukur dari skala kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Robin Lakoff yaitu skala formalitas, skala ketidak tegasan dan skala kesamaan atau kesekawanan.