PENGARUH PH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU KOROSI STAINLESS STEEL AISI 304 DAN AISI 316

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU KOROSI STAINLESS STEEL AISI 304 DAN AISI 316

Beberapa unsur paduan dalam baja tahan karat :

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Pengaruh Polutan Air Sungai Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Pada Baja AISI1045 dan Stainless steel 304 di Sungai Bokor Surabaya

ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT. Intisari

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan oksida protektif dipermukaan. Pada industri modern komponen mesin bekerja pada

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

2.1 PENGERTIAN KOROSI

PENGARUH SUHU HEAT TREATMENT TERHADAP LAJU KOROSI MATERIAL PAGAR.

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan

Pengaruh Jarak Anoda-Katoda dan Durasi Pelapisan Terhadap Laju Korosi pada Hasil Electroplating Hard Chrome

Pengaruh ph, Kecepatan Putar, dan Asam Asetat terhadap Karakteristik CO 2 Corrosion Baja ASME SA516 Grade 70

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Hasil dan Pembahasan

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

Hasil Penelitian dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Aluminium digunakan secara luas, karena mempunyai sifat sifat seperti

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

Transkripsi:

LOGO Ujian Tugas Akhir PENGARUH PH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU KOROSI STAINLESS STEEL AISI 304 DAN AISI 316 Oleh : Hendra Adi Prasetya NRP. 2706 100 042 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, M.Sc Fakultas Teknologi Industri - ITS

Contents 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 3. Metodologi Penelitian 4. Hasil dan Pembahasan 5. Kesimpulan dan Saran

Latar Belakang PERUBAHAN PH LINGKUNGAN MEDIA ASAM ASETAT DAN AMONIA PENGARUH PH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU KOROSI STAINLESS STEEL AISI 304 DAN AISI 316 KOROSI DAN PEMILIHAN MATERIAL

Perumusan Masalah PERILAKU AKTIF-PASIF Bagaimana perilaku aktif-pasif AISI 304 dan 316 pada berbagai ph lingkungan asam asetat dan amonia LAJU KOROSI Bagaimana laju korosi AISI 304 dan 316 akibat pengaruh ph lingkungan asam asetat dan amonia PRODUK KOROSI Bagaimana produk korosi AISI 304 dan 316 akibat pengaruh ph lingkungan asam asetat dan amonia

Batasan Masalah 1 Material yang digunakan dianggap homogen 2 Konsentrasi oksigen dalam masing-masing larutan dianggap sama dan konstan 3 Pengujian dilakukan dalam temperatur ruangan dan tekanan standar

Tujuan Penelitian Mempelajari perilaku aktif-pasif stainless steel AISI 304 dan AISI 316 pada berbagai ph lingkungan asam asetat dan amonia. Mempelajari laju korosi stainless steel AISI 304 dan AISI 316 akibat pengaruh ph lingkungan asam asetat dan amonia. Mempelajari produk korosi stainless steel AISI 304 dan AISI 316 akibat pengaruh ph lingkungan asam asetat dan amonia.

Manfaat Penelitian dapat memperkaya kajian tentang perilaku korosi stainless steel terutama austenitic stainless steel tipe AISI 304 dan AISI 316 sebagai alternatif pemilihan material pada berbagai lingkungan terutama lingkungan bervariasi tingkat keasaman/ph.

Sistematika Penulisan Tinjauan Pustaka II Pendahuluan I III Metodologi Laporan Tugas Akhir Kesimpulan dan Saran V IV Hasil dan Pembahasan

Korosi Elektrokimia Korosi didefinisikan sebagai perusakan atau penurunan kualitas material karena bereaksi dengan lingkungannya (Fontana, 1986). Proses korosi pada umumnya sering berupa reaksi elektrokimia (Uhlig, 1985). Gambar 2.1 Sel korosi basah sederhana (Trethewey, 1991) Korosi yang terjadi akibat reaksi elektrokimia, melibatkan dua reaksi, yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Korosi elektrokimia atau korosi basah dapat terjadi jika terpenuhi empat komponen penting (Trethewey, 1991) yaitu : Adanya reaksi anoda Adanya reaksi katoda Hantaran ion melalui elektrolit Hantaran elektron melalui logam

Pengaruh Lingkungan Terhadap Laju Korosi Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Konsentrasi media korosif berpengaruh terhadap laju korosi bergantung dari jenis media tersebut dan jenis logam yang berada di media tersebut. Laju Korosi Ni dalam NaOH 18Cr-8Ni dalam HNO 3 A 18Cr-8Ni dan Fe dalam H 2 SO 4 B 1 2 Konsentrasi Media Gambar 2.2 Pengaruh konsentrasi media korosi terhadap laju korosi (Fontana, 1986).

Pengaruh ph Pengaruh ph terhadap korosi baja bergantung pada komposisi logam, tegangan, konsentrasi O 2, dan tipe asam yang mengontrol ph. Dalam larutan basa kuat, reaksi korosi dalam kondisi anodic-controlled. Dalam larutan basa lemah atau netral, laju korosi dalam kondisi cathodic-controlled. Dalam lingkungan ph asam, korosi dalam kondisi anodic-controlled dan komposisi logam mempengaruhi laju korosi secara ekstensif. Tipe asam dalam larutan menentukan ph dimana laju korosi meningkat pesat seiring dengan reaksi evolusi hidrogen.

Pengaruh ph Rata rata penetrasi Spesifik-Inches/ Year/Year/mlO 2 /Liter 0,009 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 + + + + + Awal evolusi H 2 + + + 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 ph Gambar 2.3 Hubungan ph dengan korosi baja karbon rendah (Uhlig, 1985).

Pengaruh Temperatur Secara umum kenaikan temperatur menyebabkan kenaikan laju korosi, biasanya tiap kenaikan 10 0 C laju reaksi meningkat hampir dua kali lipat. Perlu dicatat bahwa penurunan temperatur dibawah titik embun (dew point) menyebabkan udara menjadi jenuh uap air sehingga memungkinkan terjadinya titik embun pada permukaan logam dan terjadi korosi lokal. Sebaliknya tidak jarang pula pemanasan ruangan digunakan untuk mengurangi kelembaban, selama temperatur tidak menjadi sebab utama korosi untuk kondisi yang ada, karena temperatur bisa berakibat kenaikan laju korosi (Sulistijono, 1999).

Pengaruh Laju Aliran Elektrolit Secara umum laju korosi meningkat seiring dengan kenaikan kecepatan media korosif kecuali untuk beberapa kondisi media korosif yang dikontrol oleh polarisasi aktivasi (media korosi yang spesies aktifnya tinggi) (Sulistijono, 1999). Fe dalam H 2 SO 4 pekat Laju Korosi C B A Fe dalam H 2 SO 4 encer 18Cr-8Ni dalam H 2 SO 4 Fe dalam H 2O + O 2 1 2 Kecepatan Gambar 2.4 Hubungan kecepatan media korosi dengan laju korosi (Fontana, 1986)

Pengaruh Oksigen dan Agen Pengoksidasi Ketika agen pengoksidasi ditambahkan pada suatu lingkungan korosif dan terdapat logam non pasif, maka laju korosi meningkat. Gambar 2.5 Pengaruh konsentrasi oksigen dan agen pengoksidasi pada logam aktif-pasif (Fontana, 1986)

Pengaruh Oksigen dan Agen Pengoksidasi Mula-mula, logam M terkorosi di daerah aktif, ditandai di titik A. Kemudian konsentrasi agen pengoksidasi meningkat dari 1 ke 3, laju korosi juga meningkat dari A ke C. Pada daerah ini (kurva 1 sampai dengan kurva 3), logam M berperilaku seperti logam non-pasif dimana laju korosi menngkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi agen pengoksidasi. Pada konsentrasi 4 (kurva 4) terjadi perubahan yang cepat pada potensial korosi yaitu dari titik D (aktif) ke titik G (pasif). Hal ini mengikuti Teori Potensial Campuran yaitu keadaan setimbang ditentukan oleh perpotongan antara oksidasi total dan laju reduksi. Peningkatan konsentrasi agen pengoksidasi dari 4 ke 5, menunjukkan logam berada pada daerah pasif dan laju korosinya rendah (konstan). Peningkatan konsentrasi selanjutnya menyebabkan perpotongan dengan daerah transpasif sehingga laju korosi meningkat seiring meningkatnya konsentrasi agen pengoksidasi, seperti pada kurva 6 dan 7.

Bentuk-Bentuk Korosi Korosi Merata (Uniform Corrosion) Korosi merata merupakan korosi yang paling banyak terjadi pada logam dan jenis korosi yang kurang berbahaya karena terjadi hanya pada permukaan saja sehingga menyebabkan pengurangan ketebalan logam tersebut. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion) Korosi sumuran adalah jenis korosi lokal. Korosi ini sering terjadi di daerah-daerah yang tersembunyi karena cenderung terjadi di bawah deposit dan di dalam celah. Korosi Celah (Crevice Corrosion) Korosi ini terjadi pada celah sempit antara 5-100 µm pada logam yang berada di media korosif. Perbedaan konsentrasi O 2, dimana pada celah kekurangan oksigen sehingga reaksi katodik terhalang akibatnya celah kelebihan ion positif logam yang segera dinetralisir oleh ion negatif seperti klorida. Korosi Batas Butir (Intergranular Corrosion) Korosi ini terjadi pada batas butir kristal logam (grain boundary). Korosi ini biasa terjadi pada proses pengelasan, penggunaan temperatur tinggi dan lingkungan korosif.

Polarisasi Polarisasi adalah penyimpangan potensial dari nilai potensial korosi bebas. Besar polarisasi dinyatakan dengan satuan overvoltage (η). Polarisasi merupakan parameter korosi yang sangat penting sehingga memungkinkan kita membuat pernyataan-pernyataan mengenai laju korosi (Trethewey, 1991). Polarisasi aktivasi adalah reaksi elektrokimia yang dikendalikan oleh salah satu tahap siklus reaksi elektrokimia yang terjadi pada interface logam dan elektrolit. Polarisasi konsentrasi adalah reaksi elektrokimia yang dikendalikan oleh proses difusi ion dalam elektrolit.

Pasivasi Pasivasi adalah hilangnya reaktifitas kimia yang dialami oleh logam atau paduan tertentu pada lingkungan oksidator sedang sampai kuat (Fontana, 1986). Terdapat lapisan film tipis dan transparan di permukaan logam. Contoh logam yang memiliki sifat pasivasi adalah stainless steel, nikel dan sejumlah paduannya, titanium dan paduannya, serta aluminium dan paduannya. Potential Log Current Density Gambar 2.6 Kurva polarisasi E/Log i untuk penggambaran daerah aktif-pasif (www.corrosion-doctor.org)

Hubungan Polarisasi dan Pasivasi Kurva polarisasi digunakan untuk menggambarkan fenomena pasivasi logam. Potential Log Current Density Gambar 2.6 Kurva polarisasi E/Log i untuk penggambaran daerah aktif-pasif (www.corrosion-doctor.org)

Hubungan Polarisasi dan Laju Korosi Perbedaan potensial antara katoda dan anoda sangat penting untuk menggambarkan terjadinya korosi. Tetapi hal ini belum dapat menggambarkan laju korosi sebenarnya. Laju korosi dalam kurva polarisasi dinyatakan dengan adanya E corr dan I corr. E corr dan I corr tidak bisa langsung didapatkan dalam kurva polarisasi. Tafel Analysis yaitu ekstrapolasi garis lurus pada daerah katodik dan anodik sehingga bertemu pada suatu titik. Gambar 2.8 Classic Tafel Analysis (www.gamry.com)

Hubungan Polarisasi dan Laju Korosi Perhitungan laju korosi dari I corr dalam kurva polarisasi dihitung dengan cara (ASTM G102, 1999) (2.11) dimana : CR = Laju Korosi (mm/yr) untuk I corr (μa/cm 2 ) K1 I corr = 3.27 x 10-3 mm g/μa Cm = Rapat arus saat E corr (exchange current density) ρ = density (g/cm 3 ) EW CR = Equivalent Weight K1. I. EW corr

Perilaku Aktif-Pasif Pasivasi dari suatu logam atau paduan menunjukkan perilaku khusus pada penambahan polarisasi anodik, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.8. Pada potensial karakteristik yang rendah dalam larutan asam teraerasi, laju korosi yang terukur dengan rapat arus anodik yang tinggi akan meningkat sejalan dengan bertambahnya potensial pada daerah aktif. Diatas E pp lapisan pasif menjadi stabil, laju korosi berkurang, di daerah pasif diperkirakan 10 6 kali lebih rendah daripada didaerah aktif pada I c (Jones, 1996). Apabila lapisan film berada pada potensial yang lebih tinggi maka lapisan akan pecah/rusak dan laju korosi bertambah.

Lingkungan Air Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 tahun 1996 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan minyak dan gas serta panas bumi Baku mutu air limbah kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas serta panas bumi Parameter Kadar maksimum (mg/l) Darat COD 300 - Minyak dan Lemak 35 75 Laut Sulfida (sebagai H 2 S) 1 - Amonia (Sebagai NH 3 ) 10 - Phenol Total 2 - Temperatur 45 o C - ph 6.0-9.0

Stainless Steel Stainless steel (baja tahan karat) adalah baja paduan dengan kadar paduan tinggi (high alloy steel), dengan sifat istimewa yaitu tahan terhadap korosi di lingkungan air (aqueos media) dimana terdapat zat organik dan zat mineral yang agresif. Sifat tahan karat diperoleh dari lapisan oksida (terutama krom) yang sangat stabil yang melekat pada permukaan dan melindungi baja terhadap lingkungan yang korosif. Menurut Strukturnya, baja tahan karat dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Baja tahan karat Martensitik (Martensitic Stainless Steel) 2. Baja tahan karat Ferritic (Ferritic Stainless Steel) 3. Baja tahan karat Austenitic (Austenitic Stainless Steel)

AISI 304 dan 316 Stainless steel AISI 304 dan AISI 316 termasuk pada kategori austenitic stainless steel. Kelompok baja ini memiliki sifat shock resistant yang tinggi, dan juga sulit di machining. Sifat tahan korosinya paling baik diantara ketiga jenis baja tahan karat. Kekuatan pada temperatur tinggi dan scalling resistant sangat baik. Material Cr Mo Ni C Mn Si P S AISI 316 16,48 2,1 10,70 0,045 1,40 0,51 0,021 0,012 AISI 304 18,85-9,47 0,055 1,42 0,53 0,017 0,010

Diagram Alir Penelitian Mulai Preparasi Spesimen, Larutan Elektrolit dan Peralatan Pemotongan Spesimen Pemasangan kabel dan mounting spesimen dengan resin Pembuatan Larutan Elektrolit ph 4; 5; 5,5; 6; 7; 8; 8,5; 9;10 Spesimen digosok dengan kertas abrasif grade 200 sampai 1200 Uji Potensiostat Uji Mikroskop Optis Uji X-Ray Diffraction Data Analisis Data Kesimpulan Selesai

Proses Preparasi Pengujian Hail dan Pembahasan SPESIMEN 1. Pemotongan 2. Pemasangan kabel dan mounting 3. Polishing LARUTAN 1. Campuran asam asetat dan amonia 2. ph 4; 5; 5,5; 6; 7; 8; 8,5; 9 dan 10 1. Polarisasi Potensiodinamik 2.Mikroskop Optik 3. XRD 1. Perilakuaktif-pasif 2. Laju Korosi 3. Produk korosi

Peralatan Jangka sorong dan penggaris Kertas gosok grid 200, 400, 800, 1000 dan 1200 Gergaji besi Gelas ukur Cetakan moulding Tang Palu Kompor listrik Multimeter Ruang Asam Sendok berbahan dasar plastik Solder Pipet ph meter Kamera Digital Peralatan Pengujian Mikroskop Optik Peralatan Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) Peralatan pengujian polarisasi potensiodinamik.

Bahan Material Spesimen yang digunakan adalah stainless steel AISI 304 dan AISI 316 berbentuk silinder berdiameter 12mm dengan ketebalan ± 5mm. Elektrolit Larutan elektrolit yang digunakan adalah asam asetat dan amonia dengan komposisi tertentu sehingga dihasilkan larutan elektrolit dengan ph sebesar 4; 5; 5,5; 6; 7; 8; 8,5; 9 dan 10. Resin, katalis dan grease untuk pembuatan moulding Kabel tembaga Aquades Aquades, bubuk agar-agar dan padatan KCl untuk pembuatan jembatan garam.

Pengujian Polarisasi Potensiodinamik Elektroda Kerja Material Cr Mo Ni C Mn Si P S AISI 316 16,48 2,1 10,70 0,045 1,40 0,51 0,021 0,012 AISI 304 18,85-9,47 0,055 1,42 0,53 0,017 0,010 Stainless Steel AISI Element/Oxidation State Density (g/cm 3 ) Equivalent Weight 304 Fe/2, Cr/3, Ni/2 7,9 25,12 316 Fe/2, Cr/3, Ni/2, Mo/3 8,0 25,50

Polarisasi Potensiodinamik Elektroda Bantu Elektroda Acuan

Polarisasi Potensiodinamik 1 1 2 3 2 3 4 5 6

Polarisasi Potensiodinamik AISI Parameter 304 316 Initial E (V) - 0,5-0,5 Final E (V) 0,5 0,5 Scan Rate (mv/s) 1,67 1,67 Density (g/cm 3 ) 7,9 8 Equivalent Weight 25,12 25,5 Sample Period (s) 5 5 Sample Area (cm 2 ) 1,13 1,13

Mikroskop Optik dan XRD

Polarisasi Potensiodinamik Kurva Polarisasi Potensiodinamik AISI 304 Kurva Polarisasi Potensiodinamik AISI316 Kecenderungan yang terdapat pada kedua kurva di atas : ph bertambah - kurva bergeser ke kiri, berarti besar arus yang terbaca oleh potensiostat semakin kecil dengan perubahan potensial yang sama. Hal ini akan berpengaruh pula pada besar laju korosi yang didapatkan menggunakan persamaan 2.11 dengan masukan data Icorr dari kurva polarisasi potensiodinamik.

Laju Korosi 11 10 9 8 7 6 5 4 3 1 0.1 0.01 0.001 0.0001 0.00001 0.000001 Laju Korosi (mm/yr) AISI 304 AISI 316 Laju korosi semakin tinggi dengan menurunnya ph. Laju korosi AISI 304 lebih tinggi dibandingkan AISI 316 ph

Kinetika Korosi A K - Semakin besar arus yang mengalir maka aliran elektron semakin besar. - Semakin rendah ph maka H+ yang terdapat dalam larutan elektrolit semakin banyak. H+ e- e- e- e- e- - Maka evolusi hidrogen akan semakin banyak terjadi sehingga pad anoda akan semakin terkorosi. H+ H+ H+ H+ H+

Mikroskop Optik Pinggir AISI 304 Tengah Pinggir AISI 316 Tengah Korosi Sumuran -Korosi yang terbentuk adalah korosi merata dan korosi sumuran. - Korosi yang terjadi pada AISI 304 relatif lebih banyak dibandingkan AISI 316

X-Ray Diffraction : Ni-Cr-Fe : (Fe,Ni) counts 2θ : 43,57381: 50,72970; dan 74,61647 : 44, 57179: 64,65752: dan 82,15807

Kesimpulan 1. Daerah pasivasi stainless steel AISI 316 lebih lebar dibanding AISI 304 untuk semua ph larutan asam asetat dan ammonia, yang berarti pasivasi AISI 316 lebih baik. 2. Laju korosi AISI 304 lebih cepat dibanding AISI 316 pada berbagai ph dan didapatkan laju korosi tertinggi adalah AISI 304 dalam larutan asam asetat dan ammonia pada ph 4 dengan nilai 0,052 mm/yr, sedangkan laju korosi terendah adalah pada AISI 316 pada ph 10 dengan nilai 0,00000131 mm/yr. 3. Produk korosi yang dihasilkan banyak tersebar di daerah bagian pinggir logam, baik AISI 304 dan AISI 316. Bentuk korosi yangterjadi adalah korosi sumuran (pitting corrosion) dan korosi merata. Saran 1. Perlu dilakukannya pengujian imersi untuk menentukan laju korosi dengan metoda weight loss sebagai pembanding. 2. Perlu dilakukannya pengujian imersi dalam waktu yang cukup untuk pengujian XRD mengetahui produk korosi yang terbentuk

Daftar PUstaka American Standard Testing and Material G 1 03 Standard Practice for Preparing, Cleaning, and Evaluating Corrosion Test Specimens. American Standard Testing and Material G 102-89 Standard Practice for Calculation of Corrosion Rates and Related Information from Electrochemical Measurements. Azzerri, N., Mancia, F., Tamba, A. 1982. Electrochemical Prediction of Corrosion Behaviour of Stainless Steels in Chloride-Containing Water. Corrosion Science 22, 7: 675-687. Chandler, Kenneth A. 1985. Marine and Offshore Corrosion. London : Butterworths. Degremont Company. 1979. Water Treatment Handbook, 5 th edition. New York : John Wiley & Sons, Inc. Fontana, Mars G. 1986. Corrosion Engineering, 3 rd edition. Singapore : McGraw Hill International Edition.

Halimatuddahliana. 2003. Pencegahan Korosi dan Scale pada Proses Produksi Minyak Bumi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Jones, Denny. 1996. Principle and Prevention of Corrosion. New York : Macmillan Publishing Company. Kelly, Robert G. and Scully, John R. 2003. Electrochemical Techniques in Corrosion Science and Engineering. New York : Marcel Dekker, Inc. Marcus, P and Oudar, J. 1995. Corroion Mechanism in Theory and Practice. New York : Marcel Dekker, Inc. Roberge, Pierre R. 2007. Corrosion Inspection and Monitoring. New Jersey : JohnWiley & Sons, Inc. Schweitzer, Philip A. 1987. What Every Engineer Should Know About Corrosion. New York and Bassel : Marcel Dekker, Inc. Shreir, R. A. 1995. Corrosion Metal/Environmental Reactions. Oxford : Butterworth Heinemann, Ltd.

Stainless Steel Org. October 2009. Aplication of Stainless Steel AISI 304 in the World, <URL: http://www. www.worldstainless.org> Suherman, Wahid. 1999. Ilmu Logam II. Surabaya : Fakultas Teknologi Industri, ITS. Sulistijono. 1999. Diktat Kuliah Korosi. Surabaya : Fakultas Teknologi Industri, ITS. Talbot, David E. J. 2007. Corrosion Science & Technology, 2 nd edition. United States Of America : CRC Press Taylor&Francis Group. Trethewey, K.R dan J.Chamberlain.1996. Corrosion for Science and Engineering. 2 nd edition. UK: Harlow: Longman. Uhlig, Herbert H. 1985. Corrosion and Corrosion Control. New York: John Wiley & Sons. Widharto, Sri. 2001. Karat dan Pencegahannya. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Yang, Lietai. 2008. Techniques For Corrosion Monitoring. Cambridge : Woodhead Publishing Limited. Zhang, G. A. and Cheng, Y. F. 2009. Corrosion of X65 steel in CO 2 -saturated oilfield formation water in the absence and presence of acetic acid. Elsevier. 51, 1589-1595. www.corrosion-doctors.org www.gamry.com www.themegallery.com

LOGO Fakultas Teknologi Industri - ITS