BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia


BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIAH TG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Melahirkan Pendakwah Yang Berwibawa. Muhammad Haniff Hassan

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB VI PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN TENTANG MODERNISASI EVALUASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian ini akan menyajikan kesimpulan umum dan khusus hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam dari K.H.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH PONDOK PESANTREN SYAIKH JAMILURRAHMAN AS-SALAFY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas dalam menghadapi kehidupan modern sekarang ini.

Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah

TOTAL QUALITY CONTROL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

1. Bagaimana sejarah awal adanya Pembinaan rohani Islam di RS. Islam. Sejarah Bna Rohani Islam didirikan pada tahun 1990-an pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

A. Latar Belakang Masalah

Oleh Marwanti Guru SDM Ambarbinangun ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB IV ANALISIS DATA

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. sunyi dari segala macam lukisan dan gambaran. Manakala anak-anak itu dibiasakan

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut.

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dhiaul Huda. Sejarah Pendirian

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Pembelajaran berkualitas akan memperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. tidak keluar dari akar sejarahnya. Demikian dalam praktis-aplikatif,

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

I. PENDAHULUAN. khususnya Agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan. siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama

Transkripsi:

216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kiprah A. Hassan dalam upaya mencerdaskan umat Islam dapat dilihat dari karya-karyanya yang menambah khazanah ilmu pengetahuan. Usahanya mengeluarkan umat Islam dari kejumudan, bid aħ, taqlīd, khurafat dan syirik nampaknya belum sepenuhnya berhasil. Telah terbukti masih banyaknya umat Islam yang belum kembali kepada ajaran Islam yang semurni-murninya menurut al-qur ān dan Sunaħ. Tampaknya, jihad Persatuan Islam dalam membenahi akidah dan ibadah masyarakat Indonesia masih cukup panjang. Meskipun demikian, keberhasilan yang dicapai secara individu, dapat dilihat dari kemajuan organisasi Persatuan Islam. Organisasi ini mampu membawa anggotanya kembali kepada Al- Qur ān dan Sunaħ, terbukti dari penolakan-penolakan yang mereka lakukan terhadap praktek-praktek bid aħ, taqlīd, khurafat, takhayul dan syirik yang berkembang di masyarakat. Gebrakan-gebrakan pemikiran A. Hassan memang tidak orisinil, bukan pemikiran yang dihasilkan olehnya sendiri. Tetapi merupakan pengaruh dari pemikiran-pemikiran tokoh pembaharuan Islam dari Timur Tengah. Seperti Ibnu Taimiyaħ, Muhammad Abduh, Jamaludīn Al- Afġanī, Muhammad bin Abdul Wahab dan Rasyīd Ridla. Karya-karya mereka sampai kepada A. Hassan melalui tulisan-tulisan yang salah satunya dimuat dalam majalah al-manār dari Mesir. Pemikiran-pemikiran A. Hassan tidak menjadikan Persatuan Islam taqlīd terhadapnya. Persis dalam hal ini mendorong anggota-anggotanya untuk melakukan sikap ittiba (mengikuti) dengan dasar keilmuan yang mendalam.. Pengkajian kembali terhadap pemikiran-pemikiran A. Hassan dilakukan oleh tokoh-tokoh Persatuan Islam sebagai bentuk penolakan terhadap sikap taqlīd.

217 Kiprah A. Hassan dalam dunia pendidikan cukup mempengaruhi kehidupan Islam di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rumusan yang A. Hassan susun dalam Qanen 1936. Eksistensinya terbukti dari tahun 1963 Persis telah memiliki 6000 pelajar dan 20 sekolah yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Secara umum, konsep pendidikan A. Hassan dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan A. Hassan bertujuan untuk mengeluarkan para mubaliġ-mubaliġ yang memiliki kemampuan belajar bahasa Arab, ilmu agama Islām dan ilmu umum seperti ilmu berhitung, geografi dan ilmu keduniaan yang menjadi bekal bagi para lulusan pesantren dalam mengembangkan pekerjaannya sebagai mubaliġ. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islām dalam al-qur ān yakni manusia diciptakan tiada lain untuk beribadah Allāh. Dan tujuan Persis mencetak kader yang akan mengajarkan masyarakat mengenai agama Islām dengan prinsip-prinsip al- Qur ān dan Sunaħ agar menjadi khalifah yang selalu taat beribadah kepada Allāh. Untuk mencapai tujuan tersebut, A. Hassan mendirikan lembaga pendidikan Islām yang berbentuk pesantren dan diberi nama Pesanteren Persatoean Islam Bandoeng atau Pesantren Besar pada tahun 1963. Setelah berpindah ke Bangil ia mendirikan Pesantren Persatuan Islām Bangil di atas tanah pribadinya sendiri. Dan sampai saat ini, Pesantren Persatuan Islam Bandung menjadi ciri khas pesantren Persis di seluruh Indonesia. Bentuk-bentuk kelembagaannya bertingkat, dimulai dari tingkat dasar seperti Rauḍatul Aṭfal, Haḍanatu Aṭfal dan ibtidaiyaħ, tingkat menengah seperti Ṡanawiyaħ dan tingkat tinggi seperti Mu alimīn (sekolah guru) dan Perguruan tinggi seperti STAIP dan STKIP Persis. Menurut beliau, tugas dan fungsi pendidik yaitu harus mendidik peserta didik dengan niat hanya beribadah kepada Allāh, tidak boleh mengharapkan duniawi seperti gaji, memiliki kualitas keilmuan dan telah mengamalkan apa yang dikatakan atau diperintahkan kepada muridnya. Sebagai seorang pendidik, A. Hassan tidak memandang siapa yang

218 menjadi peserta didik atau lawan bicaranya. Jika ada peserta didiknya yang ingin berdiskusi, beliau akan dengan sigap dan semangat menyanggupi keinginan mereka dan meninggalkan apa yang sedang dia kerjakan. Bahkan beliau tidak keberatan jika harus membayarkan tempat untuk peserta didiknya. Adapun peserta didik menurut beliau, memiliki beberapa syarat dan kewajiban selama belajar di Pesantren Persatuan Islam atau setelah lulus dari sekolah. Diantaranya, mereka wajib beribadah hanya kepada Allāh Swt, melakukan amr ma ruf nahy munkar, mempertahankan syiar Islam, memiliki akhlāq mulia dan menjaga kerapihan dan kebersihan. A. Hassan memandang peserta didik dalam mengajar bukan hanya orang yang tidak tahu apa-apa, akan tetapi sebagai rekan berbicara. Oleh karena itu, beliau sangat santun terhadap siapapun yang ingin belajar terhadapnya. Hal ini membuktikan, peserta didik sangat diperhatikan perkembangannya, termasuk ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam menyampaikan materi, beliau menggunakan beberapa metode pengajaran seperti ceramah, diskusi, debat dan tanya jawab. Metode debat dan tanya jawab merupakan metode favorit beliau, sehingga beliau sering menggunakannya ketika proses belajar mengajar di kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan santri dalam memahami pendidikan agama Islām sesuai Al-Qur ān dan Sunaħ dan mengajarkan peserta didik agar terhindar dari perbuatan taqlīd. Sebagai muatan pendidikan, kurikulum A. Hassan secara umum sudah memenuhi kriteria konsep pendidikan menurut para ahli pendidikan Islam. Selain memasukan ilmu agama Islam sebagai materi yang paling dominan, beliau juga menambahkan pelajaran umum seperti ilmu geografi, ilmu bumi, ilmu bahasa Melayu, ilmu jurnalistik, ilmu hisāb, sejarah kebudayaan Indonesia, olahraga dan kesehatan, ilmu hayat dan ilmu alam (IPA). Hal ini dimaksudkan, agar mubaliġ-mubaliġ menguasai ilmu agama Islam dan dasar-dasar ilmu umum sebagai bekal pengetahuan mereka saat berdakwah.

219 Media atau alat pendidikan dapat dianalisis dari Qanoen 1936 yang menjadikan rumah, kelas dan mesjid sebagai alat pendidikan. A. Hassan menggunakan buku-buku karangannya sendiri dan buku lain yang mendukung sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan beliau masih terbatas dan tradisional seperti buku, papan tulis, dan visual cetak. Untuk mengetahui hasil kemampuan peserta didik, A. Hassan menggunakan sistem evaluasi secara langsung. Beliau menggunakan pengukuran jenis tes lisan dan tulisan. Seperti hafalan-hafalan mengenai Al-Qur ān, Hadīst dan tes kemampuan bahasa Arab salah satunya dengan membaca kitab kuning. Evaluasi yang beliau laksanakan setiap akhir pelajaran, pertengahan semester dan akhir semester pembelajaran. Rancangan konsep pendidikan Islam, secara garis besar sudah selaras dengan teori-teori pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam. Kesimpulan ini dibuat setelah peneliti melakukan analisis terhadap unsur-unsur pendidikan Islam yang dirancang A. Hassan dengan dasar teori-teori pada kajian kepustakaan. Secara praktis, kedelapan konsep pendidikan itu diimplementasikan di lembaga pendidikan Pesantren Persatuan Islām Bandung dari tahun 1936. Konsep pendidikannya menjadi ciri khas bagi pesantren-pesantren Persatuan Islām yang ada di berbagai kota di Indonesia. Meskipun demikian, konsep pendidikan dan manajemennya mengalami penyesuaian dengan tantangan zaman. Hingga tahun 2012, Pesantren Persatuan Islām sudah memiliki 225 pesantren dimulai dari Ḥaḍanatu Aṭfal, Rauḍatu Aṭfal, Ibtidaiyaħ, Ṡanawiyaħ, Mu alimīn dan Perguruan tinggi. Dalam tatanan Implementasi, konsep pendidikan A. Hassan masih dipakai hingga saat ini di lembaga pendidikan Pesantren Persatuan Islam Pajagalan Bandung. Meskipun demikian, tuntutan zaman membuatnya harus selalu berkembang menjadi lembaga pendidikan yang lebih baik. Perubahan ini dapat dilihat dari rekuitmen pendidik, pada masa A. Hassan pendidik yang mengajar di Pesantren Persatuan Islam harus anggota

220 Persatuan Islam tetapi menerima juga non-persis. Meskipun demikian, saat ini hal itu tidak diprioritaskan lagi karena tuntutan komponen muatan kurikulum yang berubah. Kekhasan dari lembaga pendidikan Persatuan Islam ini adalah konsistennya dalam tujuan pendidikan dari masa A. Hassan sampai sekarang. Tujuan pendidikannya adalah mencetak umat yang tafaqquh fī al-dīn dan menjadikan manusia sebagai khilafaħ dengan pribadi yang insan kamīl. Perubahan lain dapat dilihat dari berkembangnya muatan pendidikan, metode pendidikan dan alat atau media pendidikan yang lebih inovatif dan melek teknologi. Dalam sistem evaluasi, tentu mengalami perubahan, namun secara praktis masih menggunakan tes lisan dan tulisan sebagai bentuk evaluasi utama, disusul oleh penilaian segi afektif sebagai bukti pengamalan santri. Lulusannya sudah tidak dituntut lagi menjadi mubaliġ, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan santri dan masyarakat. Demikian juga lulusannya tidak hanya dituntut menjadi seorang mubaliġ saja. Oleh karena itu, mereka dapat dengan mudah melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar lembaga pendidikan Persatuan Islam. Ijazahnya juga dapat dijadikan untuk melamar kerja untuk peningkatan material peserta didik. Tidak sedikit dinamika kepesantrenan yang dialami Pesantren Persatuan Islam ini. Perubahan-perubahan kebijakan Undang-undang Pendidikan, kebijakan politik, perubahan masyarakat, dan kondisi zaman menjadi faktor utamanya. Meskipun demikian, Persatuan Islam telah berkiprah selama kurang lebih 77 tahun di bidang dakwah, pendidikan dan sosial, ini mencerminkan Persatuan Islam memiliki bagian dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari tokoh-tokoh seperti A. Hassan, M. Natsir, Zamzam, KH. Abdurrahman, dan tokoh lainnya yang memajukan eksistensi Persatuan Islam.

221 B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran dan rekomendasi yang mudah-mudahan bermanfaat khususnya bagi perkembangan Pesantren Persatuan Islam dan Persatuan Islam (Persis), diantaranya: Pertama, untuk lembaga Universitas Pendidikan Indonesia. Karya tulis ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk menambah pengetahuan dan referensi mengenai konsep pemikiran A. Hassan tentang pendidikan Islam di lembaga pendidikan Persatuan Islam (Persis). Kedua, Pihak Pimpinan Pusat Persatuan Islam untuk selalu melakukan inventarisasi berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan A. Hassan. Untuk dijadikan dokumen resmi bagi Persatuan Islam akan sosok dan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa. Ketiga, seluruh pihak lembaga pendidikan Persatuan Islam yang untuk tetap mempertahankan tujuan pendidikan yang mulia bagi kehidupan dunia dan akhirat yaitu mencetak santri yang faham agama atau dikenal dengan tafaquh fī al-dīn. Agar terlahirnya sosok mubaliġ dan tidak hilangnya sosok ulama yang menjadikan umat tetap dalam aturan dan ajaran agama Islam. Dalam pengembangan pendidikan, Persatuan Islam harus terus melakukan perkembangan dan perubahan untuk membenahi sistem pendidikan Islam. Beberapa hal diantaranya: (1) Penyempurnaan dan penyesuaian kurikulum atau muatan pendidikan dari bidang Tarbiyaħ PP Persis, dengan pendidikan Nasional dan diimplementasikan di seluruh lembaga pendidikan Persis; (2) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk menunjang minat dan bakat peserta didik; (3) meningkatkan kualitas pendidik dalam kompetensi yang dimiliki, kualifikasi akademik, sertifikasi pendidik dan melakukan pengajaran sesuai bidang keahliannya; (4) peningkatan kualitas peserta didik dengan memperbaiki sistem pendidikan di sekolah; (5) menggunakan media dan metode pendidikan masa kini seperti melakukan model pendidikan berbasis internet dan model lainnya; (6) melengkapi sarana dan prasarana

222 yang menunjang pembelajaran dan penyampaian materi; (7) mempertahankan metode lisan sebagai bahan evaluasi dan menyempurnakan sistem evaluasi untuk menghasilkan kinerja peserta didik yang berkualitas baik. Keempat, kepada peneliti selanjutnya. Masih banyak hal-hal yang perlu digali kembali mengenai pemikiran A. Hassan. Karena penelitian ini hanya membahas mengenai konsep pendidikan Islam terhadap delapan unsur pendidikan. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian mengenai filsafat pendidikan A. Hassan, implikasi konsep pendidikan A. Hassan dalam tatanan praktis dan kualitas lulusan pendidikan dari lembaga yang didirikan A. Hassan.