PENERAPAN e-government DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KOTA CILEGON. Dewi Kurniasih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

REKAPITULASI DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) PER PROVINSI TAHUN 2012 SUMBER DATA : DINAS SOSIAL PROVINSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1.

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN SOSIAL

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, 10 Januari 2015 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Memberikan jaminan sosial kepada warga masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial;

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN

RANCANGAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016

PEMERINTAH KOTA PAREPARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

PRESIDEN REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE C DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

13. URUSAN WAJIB SOSIAL

LAPORAN KINERJA KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA.

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

Dr. Alamsyah, M.Hum. Drs. Sugiyarto, M.Hum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL

PENETAPAN RENCANA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 23 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

Transkripsi:

PENERAPAN e-government DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KOTA CILEGON Dewi Kurniasih Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom, Jl Dipatiukur No. 112-118, Bandung, 40123, Indonesia dekur010575@yahoo.com Pendahuluan Pembangunan Kesejahteraan sosial, pada hakekatnya merupakan upaya untuk merealisasikan cita-cita luhur kemerdekaan, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial pun menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Kita menganut prinsip keadilan sosial (sila kelima Pancasila) dan secara eksplisit konstitusinya (pasal 27 dan 34 UUD 1945) mengamanatkan tanggung jawab pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial, namun letak tanggung jawab pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Prinsip keadilan sosial di Indonesia terletak pada usaha secara bersama seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. Pembangunan sosial adalah tanggung jawab pemerintah, juga masyarakat, dunia usaha dan komponen lainnya. Konsekuensinya harus terjadi saling sinergi dalam penanganan masalah sosial antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha bahkan khususnya perguruan tinggi sebagai pencetak kader bangsa. Demikian halnya dalam penanganan kemiskinan. Jika kita merujuk kembali pada persoalan penanggulangan kemiskinan, maka penanggulangan kemiskinan adalah tanggung jawab bersama. Keliru jika meletakkan tanggung jawab itu hanya pada pundak pemerintah atau hanya pada masyarakat. Pemerintah membuka tangan lebar-lebar bagi siapapun komponen bangsa untuk terlibat dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Melakukan usaha kesejahteraan sosial khususnya untuk menangani masalah sosial kemiskinan. 1

PERMASALAHAN Dalam bidang kesejahteraan sosial, masih ditemukan permasalahan yang berkaitan dengan penyandang masalah sosial, anak jalanan, anak terlantar, kecacatan, lanjut usia dan kelompok rentan lainnya. Untuk memperjelas fokus permasalahan dalam kajian ini, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana identifikasi masalah sosial di Kota Cilegon? 2. Bagaimana ketersediaan pengembangan e-governmetn di bidang kesejahteraan sosial di Kota Cilegon? 3. Bagaimana pemetaan kerjasama lintas sektor dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Kota Cilegon? KAJIAN PUSTAKA Analisis Kerjasama Lintas Sektor Analisis merupakan sebuah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti dari keseluruhan (Ali, 1995:37). Analisis merupakan suatu pemahaman dari suatu hal yang diperoleh melalui penyelidikan sehingga dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Kerjasama adalah sebuah kata yang sangat sering kita dengar dan sangat akrab di telinga kita. Dalam hidup ini, seseorang tidak bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dan juga sebaliknya. Dasar itulah yang membuat seseorang untuk bekerjasama dengan yang lainnya. Kerjasama menggambarkan orang-orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu hubungan yang menguntungkan. Karena selalu mengerjakan sesuatu hal secara bersama-sama memungkinkan tujuan tidak dapat dicapai kalau bekerja sendirian (Frank and Smith, 2000:5). Kerjasama menggambarkan bentuk interaksi antara sesuatu dengan lainnya. Kerjasama adalah solusi segala hal. Kerjasama merupakan kunci untuk menciptakan multikulturalisme. 2

Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesejahteraan sosial adalah suatu aktivitas yang kemudian dikenal dengan istilah Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS). Berdasarkan literatur, konsep kesejahteraan sosial merujuk pada tiga konsepsi, yaitu 1) suatu kondisi statis atau keadaan sejahtera, yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial, 2) kondisi dinamis, yaitu kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi statis diatas; serta 3) institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan atau pelayanan sosial. Pemahaman kesejahteraan sosial pada konsepsi pertama, akan memberikan pengertian pada pembangunan kesejahteraan sosial sebagai proses perubahan terencana dan berkesinambungan yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Pengertian ini kemudian membawa pemahaman tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang sebangun dengan pembangunan sosial, bahkan dengan pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pada akhirnya, seluruh aspek pembangunan ditujukan untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan untuk segenap rakyatnya. Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 2005:4). Tujuan PKS adalah meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang meliputi: 1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. 3

2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menunjang harga diri dan martabat kemanusiaan. 3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Prioritas utama PKS adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya yang terkait dengan masalah kemiskinan. Sasaran PKS biasanya dikenal dengan nama Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) yang antara lain meliputi orang miskin, penyandang cacat, anak jalanan, anak yang mengalami perlakuan salah, anak yang diperdagangkan, Komunitas Adat Terpencil (KAT), serta kelompok-kelompok lain yang mengalami masalah psikososial, disfungi sosial atau ketunaan sosial. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan seseorang keluarga atau kelompok masyarakat, yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecatatan, ketunasosialan, keterbelakangan atau keterasingan, dan kondisi atau perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan. Program Penanggulangan Kemiskinan Program pengentasan kemiskinan dapat dipandang sebagai kebijakan untuk mempersiapkan manusianya, dan sekaligus menanggulangi kemiskinan itu sendiri. Programprogram tersebut antara lain meliputi : 1. Pengembangan data dasar dalam targeting pengentasan kemiskinan. 4

Salah satu kunci keberhasilan program pengentasan kemiskinan adalah ketepatan dalam menentukan kelompok sasaran, yang dikenal dengan metode targeting (data kependudukan). Penentuan kelompok sasaran berarti pula penyediaan data atau informasi penunjang secara lengkap tentang potensi wilayah dan karakteristik penduduk miskin. Efektivitas metode ini ditentukan oleh kelengkapan informasi yang tersedia serta dukungan aparat pelaksana pengumpul dan pengguna data. 2. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi program. Keterpaduan dalam pelaksanaan pengentasan kemiskinan menyangkut keterpaduan program dan lokasi pembangunan. Disamping itu, program pengentasan kemiskinan akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam satu unit yang agregatif atau berkelompok. Tetapi, tingkat agregasi dalam pelaksanaan tersebut harus sedekat mungkin dengan kelompok sasaran. Perencanaan program ini akan lebih efektif jika dikoordinasikan menjadi satu Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP). Dari bentuk koordinasi tersebut, maka kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat UDKP atau kecamatan dapat dilakukan secara terpadu dan serentak, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Tujuannya adalah efektifitas dalam meningkatkan kesejahteraan kelompok sasaran, dan efisiensi dalam mengalokasikan anggaran pembangunan. 3. Penyiapan dan pendampingan masyarakat Dalam strategi pembangunan daerah, masing-masing penanggulangan kantong-kantong kemiskinan perlu memperoleh prioritas setinggi-tingginya. Efektifitas pelaksanaan program sangat ditentukan oleh kemampuan pelaksanaan program, proyek dan kegiatan dalam menjangkau kelompok sasaran. Ini berarti bahwa kesiapan masyarakat harus ditumbuhkan oleh aparat daerah. Di sinilah LSM/LPSM (Lembaga Swadaya Masyarakat/Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat) bisa berperan. LSM/LPSM bukanlah menggantikan peran pemerintah sebagai motor pembangunan, tetapi bertindak sebagai penasihat, bahkan penunjang bagi program pemerintah. 4. Pengembangan perekonomian rakyat 5

Pendekatan yang paling tepat dalam mengentaskan kemiskinan, adalah pengembangan ekonomi rakyat melalui pendekatan kelompok, dalam bentuk usaha ekonomi bersama. Dari pengalaman, model pendekatan kebersamaan melalui usaha simpan pinjam pada umumnya, merupakan pendekatan yang efektif dan dapat dikembangkan. Usaha simpan pinjam prinsip ekonomi yang dilandasi unsur kebersamaan dan tanggung jawab moral merupakan landasan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam usaha yang mandiri. METODE Pendekatan Studi Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif: Memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran, dan utuh (holistic) karena setiap aspek dari objek itu memiliki satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah dalam beberapa variabel (Sugiyono, 2005:5). Untuk selanjutnya pendekatan ini mengacu pada buku Charles Zastrow (2000) yang berjudul Introduction to Social Work and Social Welfare yaitu ada tiga perspektif dalam PKS. Perspektif tersebut adalah perspektif residual, institusional dan pengembangan. Ketiga pendekatan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk model welfare state (negara kesejahteraan) yang merupakan basis pembangunan kesejahteraan sosial, khususnya pemberatasan kemiskinan di negara-negara demokratis (Suharto, 2005:10). Model Analisis Studi Kebijakan Model analisis yang digunakan dalam kajian lintas sektor ini memerlukan parameter yang jelas untuk menentukan apakah program PKS bersifat strategis, kurang strategis atau tidak strategis. Secara konseptual, parameter untuk menentukan kerjasama lintas sektor dalam PKS dapat diringkas dalam akronim FIT-V seperti tampak pada gambar berikut: 6

Values Factors STRATEGIC PROGRAM Trends Impacts Gambar 3.1 Parameter Program Lintas Sektor PKS Pemahaman mengenai program yang akan dilansir sebagai kegiatan lintas sektor dalam PKS ini selain akan membantu memudahkan penentuan prioritas program PKS, juga dapat meningkatkan daya saing program PKS dibandingkan dengan program pembangunan lainnya. Unit Analisis Dalam studi ini, yang menjadi unit analisisnya adalah seluruh SKPD di lingkungan Pemerintahan Kota Cilegon dan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang memiliki perhatian terhandap pengentasan masalah sosial di Kota Cilegon. Adapun tehnik pemilihannya dilakukan secara purposive (bertujuan) yaitu: Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dapat diartikan bahwa informan yang kita pilih dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2005:54). Metode dan Teknik Pengumpulan Data 7

Metode yang digunakan adalah deskriptif. Metode ini menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan. Hal ini dikemukakan oleh Nasir bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam memilih suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir,1998:5). Sedangkan teknik pengumpulan data adalah: 1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan untuk informan atau nara sumber mengenai analisis kerjasama lintas sektor dalam PKS. 2. Observasi, yaitu cara menghimpun data dengan melakukan pengamatan langsung ke instansi/lembaga/skpd yang terkait di Kota Cilegon. 3. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari dan mencari buku-buku pegangan yang berhubungan dengan kerjasama lintas sektor dalam PKS. Analisa Data Model analisis data yang sesuai dengan studi ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam keseluruhan. Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian kualitatif dimana terbagi menjadi: 1. Reduksi Data Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan. 2. Sajian Data Sajain data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. 3. Penarikan Kesimpulan Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang 8

sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. (Sugiyono, 2005:92-99). HASIL DAN PEMBAHASAN Masalah Sosial di Kota Cilegon Kesejahteraan sosial merupakan kebutuhan setiap orang yang secara jelas diamanatkan di dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Hal ini penting khususnya bagi mereka yang rentan mengalami masalah sosial. Penyandang masalah kesejahteraan sosial merupakan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, keterbelakangan atau keterasingan dan kondisi atau perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan. Permasalahan mengenai PMKS (penyandang masalah kemiskinan) di Kota Cilegon untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Rekapitulasi Jumlah PMKS Tingkat Kota Cilegon Tahun 2009 No. JENIS PMKS SINGKATAN JUMLAH SATUAN 1 Anak Balita Terlantar ABT 347 Jiwa 2 Anak Terlantar AT 646 Jiwa 3 Wanita Rawan Sosial WRSE 326 Jiwa Ekonomi 4 Lanjut Usia Terlantar LUT 204 Jiwa 5 Penyandang Cacat PACA 122 Jiwa 6 Keluarga Fakir Miskin KFM 1.193 KK 7 Keluarga yang Tinggal di RTLH 97 KK Rumah Tak Layak 8 Keluarga Rentan KLGRTN 134 KK 9 Anak Nakal AN 4 Jiwa 9

10 Anak Jalanan AJ 0 Jiwa 11 Tuna Susila TS 12 Jiwa 12 Gelandangan GLDNG 7 Jiwa 13 Pengemis PGMS 31 Jiwa 14 Bekas Warga Binaan BWBLK 3 Jiwa Lembaga Kemasyarakatan 15 Korban Tindak Kekerasan KTK 3 Jiwa 16 Korban Penyalahgunaan NAPZA 1 Jiwa Napza 17 Orang dengan HIV/AIDS ODHA 0 Jiwa 18 Korban Bencana Alam KBA 0 Jiwa 19 Korban Bencana Sosial KBS 22 Jiwa 20 Pekerja Migran PM 1 Jiwa Bermasalah Sosial 21 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis KBSP 247 Jiwa Dalam rangka pemberdayaan kelompok fakir miskin, KAT dan PMKS yang lain, dilakukan dengan (1) meningkatkan pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil dan PMKS lain, melalui peningkatan usaha ekonomi produktif (UEP) dan usaha kesejahteraan sosial (UKS) serta kelompok usaha bersama (KUBE); (2) meningkatkan kerja sama kemitraan pengusaha dengan KUBE dan LKM; (3) mengembangkan Geographic Information System (GIS) bagi pemetaan dan pemberdayaan KAT dan PMKS; dan (4) meningkatkan kemampuan bagi petugas dan pendamping pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, KAT, dan PMKS yang lain. Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial di Kota Cilegon Penanganan masalah sosial akan merespon masalah dan kebutuhan manusia dalam masyarakat yang senantiasa berubah, meningkatkan keadilan dan hak azasi manusia serta mengubah struktur masyarakat yang menghambat pencapaian usaha dan tujuan kesejahteraan sosial. Salah satu upaya penanganan sosial adalah melalui pembangunan. Pembangunan adalah karya terstruktur yang mempunyai implikasi luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena konstruksi pembangunan terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan manusia. 10

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Daerah menjadikan peran Pemerintah Kota Cilegon cukup strategis dalam membantu memberikan gambaran tentang kondisi sosial di wilayahnya. Hal ini dikarenakan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial di Kota Cilegon dilakukan berdasarkan asas kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan keberlanjutan. Tanggung jawab Pemerintah Kota Cilegon dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi penyelenggaraan kesejahteraan sosial di wilayah termasuk tugas pembantuan, pengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah, merancang bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial, memelihara taman makam pahlawan dan melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial. PKS di Kota Cilegon ditujukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat. Sedangkan bentuk kegiatannya meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Kerjasama Lintas Sektor Dalam Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial di Kota Cilegon Semua sektor pembangunan memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya. Perubahan yang terjadi pada setiap bidang pembangunan, akan saling mempengaruhi dan berdampak terhadap perkembangan di bidang lainnya. Pemerintah Kota Cilegon dapat mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dalam melakukan lintas sektor pembangunan bidang kesejahteraan sosial, Pemerintah Kota Cilegon hendaknya 11

memperhatikan sumber daya penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta sumber pendanaan. Masyarakat Cilegon mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Peran ini dapat dilakukan oleh: perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial asing. Kerjasama lintas sektor dan dunia usaha dalam manajemen pembangunan/program kesejahteraan sosial dewasa ini makin difokuskan pada kemampuan mengatur, menggerakkan, mengarahkan serta memperluas kerjasama koordinatif dan kolaboratif lintas sektor dan dengan dunia usaha. Semakin luas kerjasama dibangun dan dikembangkan, maka semakin berkembang pula peluang meningkatkan jangkauan dan kualitas pembangunan/ program kesejahteraan sosial. Sementara peran pemerintah makin memberat pada pelaksanaan oleh masyarakat, yang secara bertahap diharapkan makin sinergi dengan peran yang dilakukan terhadap pemerintah dan dunia usaha. Tujuan program ini adalah agar menguatnya kegiatan lintas sektor dan tanggung jawab sosial dunia usaha di dalam mendukung pelaksanaan UKS secara berkelanjutan berbasiskan kemitraan dan kerjasama. Adapun yang menjadi sasaran kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesejahteraan sosial di Kota Cilegon ini adalah: 1. Kalangan dunia usaha baik di daerah maupun pusat 2. Bagian unsur lintas sektor ditingkat daerah maupun pusat 3. Pelaku-pelaku masyarakat (Orsos/LSM-UKS dan lain-lain) yang potensial bekerjasama dengan dunia usaha dalam pelaksanaan PKS. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 12

Kesimpulan Rendahnya kualitas penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) disebabkan produktivitas dan hak untuk hidup normal yang meliputi antara lain akses ke pelayanan sosial dasar, terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial untuk berbagai jenis kecacatan, dan aksesibilitas terhadap pelayanan umum untuk mempermudah kehidupan mereka. Sedangkan masalah ketuna sosialan yang terdiri dari gelandangan dan pengemis serta tuna susila, selain disebabkan oleh kemiskinan juga diakibatkan oleh ketidakmampuan individu untuk hidup dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Masalah lainnya adalah rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial dan belum serasinya kebijakan kesejahteraan sosial di tingkat nasional dan daerah. Permasalahan kesejahteraan sosial yang terjadi di Kota Cilegon yang banyak terjadi adalah mengenai permasalahan keluarga fakir miskin yaitu sebanyak 1.193 kepala keluarga. Hampir di setiap kecamatan yang ada di Kota Cilegon terdapat keluarga yang dikategorikan fakir miskin. Masalah ini akan terus membelit selama masalah akarnya yakni kemiskinan itu belum diatasi. Rekomendasi Diperlukan kerja sama lintas sektor dengan instansi-instansi yang terkait dalam menangani permasalahan kesejahteraan sosial yang terjadi di Kota Cilegon terutama dalam penanganan fakir miskin yang menjadi permasalahan kesejahteraan sosial yang paling tinggi. Harapan dan kenyataan hidup masyarakat merupakan titik tolak kerjasama lintas sektor sebagai awal pemecahan masalah sosial dengan karakteristik : 1) Kondisi yang dirasakan banyak orang. 2). Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan 3). Kondisi yang menuntut pemecahan, suatu kondisi di masyarakat yang memerlukan pemecahan. 4). Pemecahan masalah sosial yang dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif melalui rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial. 13

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Kota Cilegon dan pemetaan kerjasama lintas sektor dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Kota Cilegon : 1. Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan memperhatikan sumber daya penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta sumber pendanaan yang meliputi panti sosial, pusat rehabilitasi sosial, pusat pendidikan dan pelatihan, pusat kesejahteraan sosial, rumah singgah, rumah perlindungan sosial. 2. Kerjasama lintas sektor dan dunia usaha dalam manajemen pembangunan/program kesejahteraan sosial yang difokuskan pada kemampuan mengatur, menggerakkan, mengarahkan serta memperluas kerjasama koordinatif dan kolaboratif lintas sektor dan dengan dunia usaha. 3. Menguatnya kegiatan lintas sektor dan tanggung jawab sosial dunia usaha di dalam mendukung pelaksanaan UKS secara berkelanjutan berbasiskan kemitraan dan kerjasama. 4. Memperkuat komitmen lintas sektor dan dunia usaha melalui sosialisasi prinsip-prinsip kemitraan. 5. Perlu memberdayakan infrastruktur sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial yang sudah tumbuh dan berkembang di daerah, seperti LSM, Orsos Desa, Karang Taruna dan lain-lain yang dapat menggantikan peran PSK dan PSM yang sudah tidak ada di daerah. 6. Dalam hal melakukan usaha-usaha dalam merehabilitasi sosial para penderita narkotika sebagai berikut : a. Melalui tehnik pekerjaan sosial ditanamkan motivasi untuk mengatasi ketergantungannya kepada obat-obat narkotika. b. Mengajarkan dan melatih ketrampilan yang diperlukan para penderita agar mereka mampu kembali ke dalam lingkungan masyarakat. c. Secara efektif mengadakan penyaluran kembali orang-orang yang bersangkutan ke dalam penghidupan bersama. 14

7. Penyelenggaraan pembinaan para penderita cacat meliputi aspek rehabilitasi maupun kesejahteraan bagi para penderita cacat tubuh, cacat mental dan cacat tunanetra. Guna mencapai maksud tersebut telah dilaksanakan: a. Untuk penderita cacat tubuh: membangun asrama, ruang latihan kerja, kantor, serta melengkapi peralatan-peralatan rehabilitasi. b. Untuk penderita cacat mental: membangun asrama, ruang latihan kerja, kantor, serta perlengkapan rehabilitasi pada Lembaga Rehabilitasi. 8. Untuk penderita cacat tunanetra: memperluas bangunan dan melengkapi peralatan rehabilitasi pada Panti Pendidikan dan Pengajaran Kegunaan Tunanetra. Daftar Pustaka Nasir, Mohammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABETA Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:Refika Aditama. Sobur, Alex (2002). Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik, Framing. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. 15