Hasil Studi 1 'Implementasi transparansi BUMN (Studi berbasis website)'

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

Pengendalian Informasi BPJS Ketenagakerjaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.


BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

PUTUSAN Nomor: 234/PTSN-MK. PA/KI-JBR/IV/2014

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.04/2015 TENTANG SITUS WEB EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

2 Salah satu pemanfaatan teknologi internet sebagai media penyampaian informasi adalah dengan memanfaatkan Situs Web (website). Hal ini mengingat Situ

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN (State Owned Enterprises)

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

DAFTAR ISI PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN TAHUNAN PT INDOFARMA (Persero) Tbk. Halaman BAB I PENDAHULUAN: 1 1. Latar Belakang 2. Tujuan 3.

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Transkripsi:

1. Latar Belakang Hasil Studi 1 'Implementasi transparansi BUMN (Studi berbasis website)' 1.1. Peran Penting BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran yang amat penting dalam perekonomian negara sebagai salah satu maksud dan tujuan didirikannya BUMN. 2 Seperti yang digambarkan Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam kolom 'Manufactoring Hope 47' yang dimuat di beberapa media massa, BUMN adalah 'tangan kedua' Pemerintah dalam menggerakkan roda perekonomian negara. Menurut Menteri Dahlan, peran penting BUMN itu dapat dilihat dari fakta kemampuan investasi 141 BUMN yang berjumlah sekitar Rp. 250 triliun per tahun yang kurang lebih sama dengan kemampuan 'tangan pertama' Pemerintah, Anggaran Pendapatan Belanja Negara. 3 Peran penting BUMN juga tergambar dari sisi total asetnya. Seperti yang dikatakan Wakil Menteri Mahmuddin Yasin, pada tahun 2012, total aset BUMN berjumlah Rp. 2.950 triliun, dan jumlah itu akan bertambah menjadi Rp. 6.000 triliun setelah semuat aset BUMN direvaluasi. 4 1.2. Kepemilikan BUMN dan Hak Publik Tidak sebagaimana model kepemilikan (ownership) di perusahaan swasta, dua lapis ownership eksis di BUMN. Pada lapis pertama, Pemerintah dianggap sebagai pemilik BUMN karena Pemerintah adalah representasi dan bertindak untuk dan atas nama publik dalam mengelola BUMN, disebut dengan acting owner/shareholders. Publik 1 Studi dirancang dan dilaksanakan oleh 4 orang peneliti dari i-reformbumn, yakni Miko Kamal, PhD; Sudi Prayitno, SH, LLM; Dr Asrinaldi Asril; dan Dr (cand) Akmal, SE, MSi yang dibantu oleh 3 orang asisten riset (Roshanty, Hendra Ritonga, dan Fauzan). 2 Maksud dan tujuan didirikannya BUMN dapat dilihat di dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 19/2003, yakni (a) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; (b) mengejar keuntungan; (c) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; (d) menjadi perintis kegiatankegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; (e) turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. 3 Dahlan Iskan, Menggerakkan Tangan Kiri BUMN 22 Kali, http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/10/15/menggerakkan-tangan-kiri-bumn-22-kali/ pada 10 April 2013. 4 Republika Online, Wow, Aset BUMN Capai Rp. 6.000 Triliun, http://ekbis.rmol.co/read/2012/07/17/71228/wow,-aset-bumn-capai-rp-6.000-triliunpada 9 Mei 2013. 1

secara umum adalah pemilik BUMN yang sebenarnya pada lapis kedua. Publik sebagai pemilik yang sebenarnya ini disebut dengan ultimate owners/shareholders. 5 Sebagai ultimate owners/shareholders, masyarakat berhak mengetahui dan/atau mengontrol aktivitas BUMN. Hak publik untuk mengetahui dan/atau mengontrol aktivitas BUMN tersebut diterjemahkan dengan baik oleh pembuat Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Kebebasan Informasi Publik. Sebagaimana yang termaktub di dalam Pasal 14, setiap BUMN diwajibkan memberikan informasi penting perusahaan kepada publik, yang sifatnya mengikat (binding) seluruh BUMN. 6 Keharusan pengurus BUMN mempublikasikan informasi penting perusahaan termuat secara eksplisit di dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang merupakan aturan yang mengikat. Di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tidak tersurat bagaimana cara atau medium apa yang dapat dipergunakan oleh para pengelola BUMN dalam menyebarkan informasi penting tersebut. Dengan kata lain, BUMN bebas memilih medium untuk menyebarkan informasi penting yang dimanatkan oleh undang-undang tersebut. Hal yang penting dalam penyebaran infomasi tersebut adalah publik dapat mengakses informasi dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana 7 Jaringan situs (website) merupakan salah satu medium yang dapat memudahkan masyarakat mengakses informasi sekaligus mengontrol BUMN. Melalui website yang informatif, masyarakat tidak perlu bersusah-payah, misalnya datang langsung ke kantor sebuah BUMN, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang BUMN tersebut. 1.3. Transparansi Transparansi (transparency), disamping akuntabiltas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency) dan kewajaran (fairness) adalah salah satu prinsip corporate governance. 8 Sebagaimana yang dirumuskan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), transparansi 5 Miko Kamal, The Role of Board of Commissioners in Creating Good Governance of Indonesia's State-owned Enterprises, Macquarie University 2012 (PhD Thesis) 6 Pasal 14 UU No. 14 Tahun 2008 7 Pasal 2 ayat (3) UU No. 14 Tahun 2008 8 Wilson Arafat dan Mohamad Fajri, Smart Strategy For 360 Degree GCG (Good Corporate Governance), Skyrocketing Publisher, 2009. 2

dimaksudkan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, yakni keharusan perusahaan menyediakan informasi material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Lebih jauh KNKG mengatakan bahwa perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tentang perusahaan, tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya 9 Dalam konteks BUMN, transparansi didefinisikan sebagai 'keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan'. 10 2. Research Question Untuk menjaga fokus riset ini, peneliti merumuskan research question dari penelitian ini, yaitu apakah BUMN transparan kepada publik, sebagai ultimate shareholders, dilihat dari konten website? Research question ini kemudian diturunkan menjadi beberapa pertanyaan detail sebagaimana yang termaktub di dalam Pasal 14 Undang- Undang No. 14 Tahun 2008. Pasal 14 Informasi Publik yang wajib disediakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan/atau badan usaha lainnya yang dimiliki oleh negara dalam Undang- Undang ini adalah: a. nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; b. nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan; c. laporan tahunan, laporan keuangan, neraca laporan laba rugi, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit; d. hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya; e. sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi; f. mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas; g. kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang terbuka sebagai Informasi Publik; h. pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran; i. pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang; j. penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; k. perubahan tahun fiskal perusahaan; l. kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi; m. mekanisme pengadaan barang dan jasa; dan/atau n. informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah. 9 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance, KNKG, 2006. 10 Penjelasan Pasal 14 huruf h UU No. 14 Tahun 2008 dan Pasal 3 Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011. 3

3. Metoda Studi dan Teknik Analisis Data Website analysis adalah metoda yang dipergunakan dalam studi ini, yakni peneliti melakukan analisis terhadap isi website dengan mengacu kepada kewajiban BUMN sebagaimana yang termaktub di dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik sensus dengan analisis statistik deskriptif. 4. Prosedur Pengumpulan Data Peneliti menempuh dua langkah dalam mengumpulkan data. Pertama, Peneliti memastikan apakah BUMN memiliki website atau tidak dengan cara: 1. Peneliti mengakses tautan (link) yang ada di website Kementerian BUMN (www.bumn.go.id) untuk memastikan apakah BUMN tersebut memiliki website atau tidak; 2. Peneliti mempergunakan mesin pencari google dengan cara mengetikkan nama BUMN yang diriset. Kedua sumber tersebut (website Kementerian BUMN dan hasil telusuran mesin pencari google) digunakan sebagai sumber riset dan sekaligus menjadi bahan perbandingan. Selanjutnya, kalau BUMN yang diriset memiliki website, peneliti mengisi checklist di dalam daftar pertanyaan. 5. Waktu Pelaksanaan Studi Studi ini dilaksanakan dalam rentang waktu 1 Februari 21 Maret 2013. 6. Obyek Studi (BUMN yang diriset): Obyek studi ini adalah semua BUMN, 141 BUMN. Jumlah ini mengacu kepada daftar BUMN yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN (http://www.bumn.go.id/daftarbumn/). 7. Informasi Penting Sebagaimana tertera dalam definisi transparansi yang dirumuskan dalam Penjelasan Pasal 14 huruf h Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011, tujuan dari transparansi adalah agar pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya dapat dengan leluasa mengakses setiap informasi penting dan relevan tentang perusahaan. Setelah peneliti mempelajari dengan seksama poin-poin dari informasi wajib yang harus dibuka kepada publik sebagaimana yang termuat di dalam Pasal 14 4

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, didapat kesimpulan bahwa sebagian dari informasi tersebut adalah informasi yang bersifat administratif atau bukanlah informasi relevan yang mesti diketahui publik. Berdasarkan itu, studi ini menetapkan 8 informasi penting dan relevan yang harus disediakan oleh BUMN, yakni: (1) Nama lengkap pemegang saham; (2) Laporan tahunan; (3) Laporan keuangan, neraca laporan laba rugi; (4) Laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit; (5) Hasil penilaian oleh auditor eksternal; (6) Sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi; (7) Kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi; (8) Menkanisme pengadaan barang dan jasa. 8. Hasil Studi 8.1. BUMN yang Memiliki Website Dari hasil penelitian diketahui bahwa keseluruhan BUMN (141 atau 100%) memiliki website, baik website yang terintegrasi ke website Kementerian Badan Usaha Milik Negara maupun website yang berdiri sendiri. 8.2. BUMN yang Meng-upload dan Tidak Meng-upload Semua Informasi Wajib Dari 141 BUMN yang diteliti, sebanyak 139 BUMN (99%) adalah BUMN yang tidak meng-upload semua informasi wajib di masing-masing websitenya. Hanya ada 2 BUMN yang memenuhi perintah Pasal 14 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 (meng-upload semua informasi wajib). Dua BUMN tersebut adalah PT Pertamina (Persero) dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. 5

PT Pertamina (Persero) PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan milik negara bidang energi yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. Sebagai perusahaan milik negara, kepemilikan saham PT Pertamina (Persero) diwakili oleh Kementerian BUMN sebagai acting shareholders. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk terdaftar di bursa efek Indonesia. 8.3. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload nama lengkap pemegang saham Dari 141 BUMN, 63% diantaranya meng-upload nama lengkap pemegang sahamnya di website perusahaan. Sisanya (37%) tidak meng-uploadnya di websitenya. 8.4. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload laporan tahunan Dari 141 BUMN, 59% diantaranya tidak mengupload laporan tahunan (annual report) mereka di website mereka masing-masing. Hanya sebagian kecil (41%) yang mengupload informasi tentang laporan tahunan di website mereka. 6

8.5. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload laporan keuangan, neraca dan laba rugi Sebesar 55% BUMN tidak meng-upload laporan keuangan, neraca dan laba rugi di website mereka masing-masing. Hanya 45% diantaranya yang meng-upload informasi tersebut di website mereka. 8.6. BUMN meng-upload dan tidak meng-upload laporan CSR Tidak banyak BUMN yang meng-upload laporan Corporate Social Responsibilty (CSR) di website mereka masing-masing, hanya 45%. Sedangkan sebagian besarnya (55%) tidak melakukannya. ()"#*$!"#$ &&'$!"#$ %&'$ 8.7. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload hasil penilaian dari auditor eksternal Sebagian besar (69%) dari BUMN tidak meng-upload informasi tentang hasil penilaian auditor eksternal di dalam website mereka. BUMN yang meng-upload informasi tersebut hanya 31%. 7

8.8. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload sistem dan alokasi dana Remunerasi anggota dewan komisaris/pengawas dan direksi Informasi tentang sistem dan alokasi dana remunerasi anggota dewan komisaris/pengawas dan direksi sangat penting untuk diketahui publik. Sayangnya, hanya 16% BUMN yang meng-upload informasi tersebut di website mereka. Sebagian besar lainnya (84%) tidak melakukanya. 8.9. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload informasi tentang penugasan oleh pemerintah dan atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi Sebagian besar (55%) BUMN meng-upload informasi tentang penugasan oleh Pemerintah dan atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi. Hanya 45% BUMN yang tidak melakukannya. 8.10. BUMN yang meng-upload dan tidak meng-upload informasi tentang mekanisme pengadaan barang dan jasa Perihal pengadaan barang dan jasa, sebagian besar (62%) BUMN tidak meng-upload di website mereka. Hanya 38% BUMN yang melakukannya. 8

9. Analisis 9.1. Sebagian besar BUMN tidak transparan Sebagaimana yang disampaikan di atas, hanya 2 BUMN (1%) yang meng-upload semua informasi wajib pada masing-masing websitenya. Dari perspektif hak publik untuk mendapatkan akses informasi terhadap BUMN dengan cepat, tepat dan sederhana, fakta ini menunjukkan bahwa sebagian besar BUMN (99%) adalah perusahaan-perusahaan pelat merah (apakah semuanya plat merah?) yang tidak transparan. Kebijakan sebagian besar BUMN yang tidak meng-upload semua informasi wajib itu menyulitkan publik sebagai ultimate shareholders BUMN untuk mengetahui keadaan BUMN dan memastikan apakah BUMN dijalankan dengan baik demi tercapainya salah satu maksud dan tujuan penting pendirian BUMN, yakni memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. 9.2. BUMN tertutup dan terbuka bukan penentu transparansi Hasil studi yang mengungkapkan bahwa 2 BUMN yang transparan adalah BUMN tertutup (seluruh sahamnya dimiliki oleh negara) dan BUMN terbuka (sebagian sahamnya sudah dilepas kepada publik), memberikan gambaran bahwa jenis BUMN (terbuka atau tertutup) bukanlah menjadi faktor penentu transparan atau tidaknya sebuah BUMN. Sebagaimana diketahui, dari 141 BUMN, 15 BUMN merupakan BUMN yang sudah melantai (go public) di pasar modal 11 dan faktanya hanya 1 diantaranya yang transparan. Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, dua BUMN yang terkategori transparan adalah PT Pertamina (Persero) dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. 9.3. Sebagian besar BUMN tidak transparan dalam hal informasi sensitif Studi ini menemukan bahwa sebagian besar BUMN tidak transparan dalam 6 hal, yakni: (1) Laporan tahunan; (2) laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi; (3) Laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit; (4) Laporan hasil audit yang dikeluarkan oleh auditor eksternal; (5) Sistem dan alokasi dana remunerasi 11 Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Daftar BUMN, http://www.bumn.go.id/daftarbumn/ 9 Mei 2013. 9

anggota dewan komisaris/dewan pengawas dan direksi; (6) mekanisme pengadaan barang dan jasa. 9.4. Sebagian besar BUMN transparan dalam hal informasi administratif Berbeda dengan 6 informasi di atas, sebagian besar BUMN (diatas 61%) transparan dalam dua hal, yakni: (1) informasi tentang nama lengkap pemegang saham, dimana 63.1% BUMN membuka informasi ini kepada publik; (2) informasi tentang kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umu atau subsidi, dimana 53.3% BUMN memberitahukan soal ini kepada publik. Poin 9.3. dan 9.4. bisa bermakna bahwa BUMN tidak transparan kepada publik berkenaan dengan informasi-informasi sensitif. Misalnya, sebagian besar BUMN tidak menginformasikan kepada publik tentang pendapatan (sistem dan alokasi remunerasi) direksi dan dewan komisaris. Transparansi BUMN dalam hal pendapatan direksi dan komisaris bisa menjadi alat yang efektif bagi publik untuk mengontrol keseimbangan pendapatan dan pengeluaran sebuah BUMN. Sedangkan tentang informasi yang bersifat admnistratif, sebagian besar BUMN sangat terbuka kepada publik. Misalnya, BUMN sangat terbuka kepada publik memberikan informasi tentang nama-nama pemegang saham. 10. Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil penelitian membuktikan bahwa 99% BUMN tidak transparan kepada publik dilihat dari sisi pemuatan (uploading) informasi-informasi wajib yang harus disampaikan BUMN kepada publik sebagai ultimate shareholders. Secara khusus, berkenaan dengan informasi yang bersifat administratif, sebagian BUMN transparan kepada publik. Berdasarkan hasil studi, berikut adalah beberapa rekomendasi yang semestinya ditempuh baik oleh pengambil kebijakan maupun pengelola BUMN: 10.1. Karena sekarang Pemerintah dan DPR sedang mempersiapkan undang-undang BUMN yang baru (sebagai pengganti Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara), semestinya undang-undang baru tersebut memastikan seluruh BUMN transparan kepada publik. Berkaca dari UU KIP yang tidak menyediakan sanksi bagi BUMN yang tidak transparan, UU baru 10

tersebut seharusnya memuat sanksi yang tegas bagi BUMN yang tidak transparan. 10.2. Studi ini adalah pintu pembuka bagi riset-riset selanjutnya yang berhubungan dengan transparansi BUMN. Riset yang mendalam dan khusus harus dilakukan demi mendorong transparansi BUMN yang pada akhirnya menjamin terwujudnya BUMN profesional, sehat dan berlaba banyak. Misalnya, hasil studi ini tentang pendapatan direksi dan dewan komisaris mesti ditindaklanjuti dengan kajian atas keseimbangan besaran pendapatan direksi dan dewan komisaris dengan keuntungan BUMN. 10.3. Menghimbau seluruh BUMN agar menjalankan prinsip-prinsip corporate governance khususnya transparansi melalui pemuatan seluruh informasi publik yang wajib diketahui masyarakat luas dalam website perusahaan dan meng-up-date-nye secara reguler. 10.4. Mendesak Kementerian BUMN untuk melakukan monitoring dan supervisi terhadap semua BUMN yang ada agar menjalankan prinsip transparansi secara bertanggung jawab. 11