BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perusahaan selain meningkatkan nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sugiarto 2009). Wild et al (2005) mengatakan perbandingan antara hutang dan modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi (Suhayati dan Anggadini, 2013). Bagi sebuah perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan usahanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada

BAB I PENDAHULUAN. dan dewan direksi. Kepemilikan manajerial harus diikutsertakan dalam

Bab 1 Pendahuluan. Peristiwa yang terjadi pada dunia global membawa perubahan-perubahan baik

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan. kemakmuran para pemegang saham perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Banyak perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. semua produknya. Perusahaan-perusahaan tersebut harus dapat mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. (principle) bisa mempercayakan dananya kepada profesional (managerial)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya. Sumber dana yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut perusahaan tidak bisa terus stagnan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi dan cara berpikir manusia yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

I PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi untuk jangka

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Daftar Efek Syariah (DES) tahun

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. (shareholder) dengan jalan memaksimalkan kekayaan pemilik.

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pribadi dan menimbulkan cost bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Menurut Munawir (2004)

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Tujuan perusahaan tersebut mendorong peningkatan kinerja perusahaan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan perusahaan dapat terwujud jika pengelolaan seluruh perusahaan dilakukan dengan baik. Konflik kepentingan antara pihak manajer perusahaan dengan pemilik modal seringkali terjadi dalam penyerahan pengelolaan perusahaan dari pemilik modal kepada manajer. Konflik ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan berbeda dari pemegang saham. Konflik kepentingan ini menimbulkan agency cost yang dikeluarkan oleh pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap kegiatan manajemen. Untuk mengurangi agency cost tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan hutang. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang bersumber dari eksternal perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. (Pithaloka, 2009). Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan adanya hutang, perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar pokok hutang beserta bunganya secara berkala. Hal ini akan memaksa 1

2 manajer untuk lebih bekerja keras dalam meningkatkan laba sehingga perusahaan dapat memenuhi kewajibannya. Karena jika perusahaan tidak mampu memenuhi semua kewajibannya maka perusahaan akan dihadapkan pada resiko keuangan dan kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan ini akan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi (agency cost). Mega (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi nilai perusahaan karena adanya pengurangan pajak karena bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang. Namun pada situasi tertentu peningkaan hutang akan akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkan. Oleh karena itu, perusahaan harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan hutang. Dana eksternal dalam bentuk hutang merupakan alternatif yang paling diutamakan oleh para manajer dibandingkan penerbitan saham baru. Karena para manajer menganggap bahwa penggunaan hutang lebih aman dibanding menerbitkan saham baru. Menurut Husnan (2010:325) terdapat dua alasan mengapa perusahaan lebih menyukai hutang dari pada penerbitan saham baru. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi, biaya emisi obligasi akan lebih murah dibanding biaya emisi penerbitan saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar jelek oleh para pemodal dan membuat harga saham turun. Para manajer memiliki kecenderungan untuk menggunakan hutang lebih tinggi dikarenakan untuk

3 kepentingan opportunistik yang dapat menyebabkan biaya bunga yang tinggi dan beresiko kebangkrutan yang semakin tinggi. Oleh karena itu, hutang juga berfungsi untuk memonitoring tindakan para manajer dalam mengelola perusahaan. Beberapa perusahaan yang termasuk dalam perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2014 menggunakan hutang sebagai dana tambahan perusahaannya. Jumlah hutang yang digunakan setiap tahunnya berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Total Hutang Beberapa Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012-2014 (Dalam Jutaan Rupiah) Kode 2012 2013 2014 Perusahaan Hutang Ekuitas Hutang Ekuitas Hutang Ekuitas ADES 179.972 209.122 176.286 264.778 209.066 295.799 PRAS 297.056 280.293 389.182 406.448 601.006 685.821 ICBP 5.766.682 17.753.480 8.001.739 13.265.731 9.870.264 15.039.947 TRIS 123.691 242.556 166.702 282.306 214.390 309.510 VOKS 1.095.012 603.066 1.354.581 601.249 1.038.049 515.855 Sumber : www.idx.co.id (Data Diolah) Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa perusahaan ADES pada tahun 2012 menggunakan hutang sebanyak Rp 179.972 juta dan ekuitasnya berjumlah Rp. 209.122 juta. Pada tahun 2013 jumlah hutang menurun menjadi Rp 176.286 juta dan ekuitasnya meningkat menjadi Rp. 264.778 juta. Tahun 2014 peggunaan hutang meningkat menjadi Rp 209.066 juta dan ekuitasnya meningkat menjadi Rp 295.799 juta. Dapat disimpulkan bahwa jumlah hutang berfluktuasi dan pertumbuhan ekuitas perusahaan ini terus meningkat. Perusahaan PRAS pada tahun 2012 menggunakan hutang sebanyak Rp 297.056 juta dan ekuitasnya berjumlah Rp. 280.293 juta. Pada tahun 2013 jumlah

4 hutang meningkat menjadi Rp 389.182 juta dan ekuitasnya juga meningkat menjadi Rp 406.448 juta. Tahun 2014 peggunaan hutang kembali meningkat menjadi Rp 601.006 juta dan ekuitasnya meningkat menjadi Rp 685.821 juta. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada hutang dapat dilihat dari pertumbuhan modal yang lebih besar jumlahnya daripada penggunaan hutang. Perusahaan ICBP pada tahun 2012 menggunakan hutang sebanyak Rp 5.766.682 juta dan ekuitasnya berjumlah Rp 17.753.480 juta. Pada tahun 2013 jumlah hutang meningkat menjadi Rp 8.001.739 juta dan ekuitasnya menurun menjadi Rp 13.265.731 juta. Tahun 2014 penggunaan hutang kembali meningkat menjadi Rp 9.870.264 juta dan ekuitasnya meningkat menjadi Rp 15.039.947 juta. Dapat disimpulkan bahwa jumlah hutang terus meningkat sedangkan pertumbuhan ekuitas perusahaan ini berfluktuasi. Perusahaan TRIS pada tahun 2012 menggunakan hutang sebanyak Rp 123.691 juta dan ekuitasnya berjumlah Rp 242.556 juta. Pada tahun 2013 jumlah hutang meningkat menjadi Rp 166.702 juta dan ekuitasnya meningkat menjadi Rp 282.306 juta. Tahun 2014 penggunaan hutang kembali meningkat menjadi Rp 214.390 juta dan ekuitasnya meningkat menjadi Rp 309.510 juta. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada hutang dapat dilihat dari pertumbuhan modal yang lebih besar jumlahnya daripada penggunaan hutang. Perusahaan VOKS pada tahun 2012 menggunakan hutang sebanyak Rp 1.095.012 juta dan ekuitasnya berjumlah Rp 603.066 juta. Pada tahun 2013

5 jumlah hutang meningkat menjadi Rp 1.354.581 juta dan ekuitasnya menurun menjadi Rp 601.249 juta. Tahun 2014 penggunaan hutang menurun menjadi Rp 1.038.049 juta dan ekuitasnya juga menurun menjadi Rp 515.855 juta. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini lebih banyak menggunakan hutang daripada modal sendiri. Beberapa penelitian mengenai kebijakan hutang telah dilakukan, dari penelitian tersebut mengungkapkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang. Faktor pertama yang mempengaruhi kebijakan hutang yaitu Struktur Aset. Struktur Aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masingmasing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Susilawati, dkk, 2012). Aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap hubungannya dengan pihak lain. Proporsi aktiva tetap yang cukup besar sebagai dasar pertimbangan perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang. Struktur aset berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel (Manan, 2004 dalam Susilawati, dkk, 2012). Penelitian Hardiningsih dan Oktaviani (2012) dan Susilawati, dkk (2012) menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sementara penelitian Yuniarti (2013) menunjukkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Faktor kedua yang mempengaruhi kebijakan hutang yaitu free cash flow. Free cash flow adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor

6 atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset Siswandi (2011). Keputusan penggunaan free cash flow ada dibawah kontrol para manajer, maka penggunaannya memiliki dua kemungkinan yaitu sesuai atau tidak sesuai dengan kepentingan para pemilik modal. Free cash flow yang tinggi menyebabkan para manajer bisa bertindak oportunistik atas dana tersebut sehingga dibentuklah hutang sebagai pengendali. Semakin tinggi tingkat hutang dibutuhkan dana free cash flow yang tinggi untuk membayar pokok dari hutang dan beban bunganya. Hutang akan mengurangi tindakan manajemen yang menggunakan free cash flow untuk kegiatan opportunistik manajer yang tidak optimal Siswandi (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Indahningrum dan Handayani (2009) dan Sibagariang (2013) menunjukkan hasil bahwa free cash flow berpengaruh terhadap kebijaka hutang. Sementara penelitian yang dilakukan Siswandi (2011) menunjukkan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Faktor lain yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Dimana disini manajer berperan ganda yaitu sebagai seorang manajer dan sebagai pemilik modal. Keputusan dan tindakan sebagai manajer sekaligus pemilik modal akan berbeda dengan manajer yang tidak sebagai pemilik saham. Dimana manajer yang merangkap sebagai pemilik modal akan lebih berhati-hati dalam memutuskan keputusan yang akan diambil karena jika keputusan yang

7 diambil benar maupun salah akan berdampak kepadanya. Sementara manajer yang tidak sebagai pemilik modal kemungkinan akan mementingkan kepentingan sendiri. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri (Pithaloka, 2009). Penelitian Siswandi (2011) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian Pithaloka (2009), Indahningrum dan Handayani (2012), Hardiningsih dan Oktaviani (2012), Susilawati, dkk (2012) dan Sibagariang (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dikarenakan adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian terdahulu tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebijakan hutang. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Siswandi (2011). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini menambahkan variabel struktur aset sebagai alasan variabel struktur aset ikut menentukan para kreditur dalam keputusannya untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan, dimana pihak ketiga akan memberikan pinjaman jika perusahaan tersebut memiliki struktur aset yang fleksibel. Peneliti menggunakan tahun penelitian 2012-2014 dan perusahaan manufaktur sebagai lokasi penelitian dikarenakan perusahaan manufaktur skala produksinya cukup besar dan membutuhkan modal yang besar pula untuk mengembangkan produk dan ekspansi pasarnya sehingga cenderung mempunyai hutang yang cukup tinggi. Perusahaan manufaktur terdiri dari berbagai sektor yaitu sektor industri dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi. Dan dilihat dari jumlah

8 perusahaannya, perusahaan manufaktur lebih banyak dibandingkan jumlah perusahaan lainnya sehingga dapat memenuhi kriteria dalam penentuan sampel. Berdasarkan Uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Aset, Free Cash Flow, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apakah struktur aset mempengaruhi para kreditor dalam pemberian dana bagi perusahaan? 2. Apakah kebijakan hutang dapat mananggulangi tindakan manajemen yang menggunakan free cash flow untuk investasi yang tidak optimal bagi perusahaan? 3. Apakah kepemilikan manajerial dapat mengurangi kepentingan pribadi manajer yang menyebabkan hutang semakin meningkat? 4. Apakah struktur Aset, free cash flow dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang?

9 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Kebijakan hutang diukur dengan proksi debt to equity ratio (DER). 2. Struktur aset diukur dengan membandingkan antara aktiva tetap dengan total aktiva. 3. Free cash flow diukur dengan aliran kas operasi perusahaan dikurang pengeluaran modal dikurang modal kerja bersih. 4. Kepemilikan manajerial diukur dengan membandingkan jumlah kepemilikan saham manajerial dengan jumlah saham beredar dipersentasekan. 5. Tahun penelitian 2012-2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah Apakah struktur aset, free cash flow dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014?

10 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa struktur aset, free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Bagi Peneliti : Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kebijakan hutang dan faktor yang mempengaruhinya. 2. Bagi Akademis dan Peneliti Selanjutnya: Diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan tambahan literatur yang membantu dalam mengembangkan kajian mengenai struktur aset, free cash flow dan kepemilikan manajerial dalam keterkaitannya dengan kebijakan hutang. 3. Bagi Manajemen dan Investor : Diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.