BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modern yang memahami betul akan pentingnya kesehatan dalam. menunjang berbagai aktivitas dan penampilan (performance) mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kegiatannya yaitu penggunaan remote control, komputer,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk sosial. Hal ini menuntut manusia untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

KATA PENGANTAR. menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Reguler PS D-IV, Fisioterapi UEU

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) dan Polri (Polisi Republik Indonesia) sebagai intinya (Sumarsono,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut mempengaruhi mereka dalam beraktivitas. Keterbatasan gerak tersebut tidak hanya terjadi pada saat mereka melakukan gerakan aktif tetapi juga pada saat melakukan gerakan pasif. Manusia terbagi menjadi dua anggota gerak, yaitu anggota gerak atas dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas tulang, sendi, otot, ligamen dan saraf. Dalam menjalankan fungsinya dibutuhkan aspek-aspek seperti balance atau postural equilibrium, muscle performance, cardiopulmonalary atau endurance, mobility atau flexibility, neuromuscular control atau coordination dan stability (Kisner, 2007). Terganggunya salah satu dari hal tersebut dapat menyebabkan keterbatasan gerak. Tubuh manusia tersusun atas banyak sendi besar. Sendi lutut salah satunya. Lutut merupakan anggota gerak bawah yang menghubungkan antara tungkai atas dengan tungkai bawah. Fungsinya adalah sebagai stabilisasi tungkai, selain itu juga sebagai penopang berat badan saat melakukan aktivitas, seperti berjalan, melompat dan naik turun tangga. Agar kaki kita bisa bergerak dibutuhkan stabilitas pada sendi. Stabilisasi adalah kemampuan neuromuskuler untuk memerintah otot bekerja sinergis di segmen tubuh bagian proksimal atau distal dalam posisi statis 1

2 (diam) atau untuk mengontrol tubuh agar tetap stabil selama bergerak. Stabilitas pada sendi dibutuhkan untuk memelihara proper allignment dari sendi baik secara aktif maupun pasif. Sistem dari tubuh yang mengendalikan setiap aspek ini bereaksi, beradaptasi dan mengembangkan sebagai respon terhadap tekanan. Stabilisasi berpengaruh terhadap sensasi tubuh terhadap gaya gesekan yang bisa memberikan efek meningkatkan fungsi proprioseptif pada stabilisator aktif sendi dan menstabilkan tonus antar otot meningkatkan recruitmen motor unit yang akan mengaktivasi golgi tendon dan memperbaiki koordinasi serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf efferent yang ada di muscle spindel sehingga dapat meningkatkan fungsi dari proprioseptif maka hal tersebut juga akan meningkatkan input sensoris yang akan di proses di otak sebagai central proccesing. Central proccesing berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan alligment gravitasi pada tubuh membentuk kontrol posture yang baik dan mengorganisasikan respon sensori motor yang di perlukan tubuh selanjutnya otak akan meneruskan impuls tersebut ke effektor agar tubuh mampu menciptakan stabilitas yang baik ketika bergerak. Stabilitas dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu statik dan dinamik. Stabilisasi statik adalah kemampuan tubuh untuk menjaga pada posisi tetap. Contohnya berdiri dengan tumpuan satu kaki sedangkan kaki yang satu lagi ditekuk 90 0. Sedangkan stabilisasi dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi dalam melakukan gerakan dan dalam keadaan

3 bergerak dan posisi tubuh stabil dan tidak mudak jatuh. Contohnya berdiri satu kaki di atas wobble board. Stabilitas dibentuk oleh saraf yang menyediakan input yang tepat dari reseptor aferen ke sistem saraf pusat serta otot, ligamen dan meniscus yang membantu mempertahankan ujung tulang pembentuk sendi secara bersamasama. Saat ligamen mengalami cedera, reseptor aferen yang berlokasi di ligamen tersebut tidak bisa menyediakan input sensori yang adekuat. Hal ini membuat input neural lemah dan menimbulkan respon otot yang tidak tepat. Hasilnya adalah berkurangnya stabilitas statik karena cedera itu sendiri dan ketidakstabilan dinamik disebabkan oleh kerusakan reseptor aferen. Stabilitas dinamik dipengaruhi oleh sistem neuro, sistem muskuloskeletal, peredaran darah dan interaksi lingkungan. Sistem neuro terdiri dari sistem informasi sensoris, aktivasi motor unit dan konduktivitas saraf. Dalam sistem informasi sensoris terdapat reseptor visual dan sensomotor yang terdiri dari taktil dan proprioseptif. Aktivasi motor unit dan konduktivitas saraf berpengaruh terhadap interaksi sistem sensorik yang dapat meningkatkan recruitment motor unit yang dibutuhkan dalam peningkatan kekuatan otot. Ketidakstabilan dinamik terjadi jika otot di sekeliling lutut tidak seimbang. Pada tungkai otot utama yang bekerja untuk stabilitas lutut adalah M. Quadriceps dan M. Hamsting (Page, 2006). Jika salah satu mengalami kelemahan maka akan terjadi ketidakseimbangan otot (muscle imbalance)

4 yang dapat mengakibatkan beberapa penyebab seperti nyeri, perubahan postur, atau adanya instabil mengingat fungsi otot adalah stabilisator aktif. Ketidakseimbangan otot menyebabkan stabilitas terganggu dan stabilitas menjadi menurun sehingga menimbulkan tekanan yang lebih pada sendi lutut. Jika tidak ditangani maka akan berpotensi menimbulkan cedera. M. quadriceps merupakan sekelompok otot yang berada pada paha bagian depan dan berperan sebagai otot utama dalam menjaga stabilisasi lutut. Fungsi dari M. Quadriceps adalah ekstensi lutut. M. Hamstring merupakan sekelompok otot yang berada pada paha bagian belakang dan berperan sebagai antagonis M. Quadriceps terutama pada gerakan ekstensi lutut. M. Hamstring berfungsi sebagai fleksi lutut. Selain itu bisa juga karena sprain, ruptur ligamen dan otot, strain. Sehingga lutut mengalami penurunan fungsi berupa penurunan motor recruitment otot dan non aktivasi badan golgi sehingga terjadi defisit sensorimotor sehingga terjadi penurunan kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot membuat stabilitas sendi lutut menjadi berkurang. Karena itu perlu dilakukan cara untuk meningkatkan stabilitas sendi lutut untuk mencegah terjadinya cedera. Sesuai dengan definisi fisioterapi menurut KEPMENKES 1363 tahun 2009, yang berbunyi: Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentan kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

5 peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi, dan komunikasi. Sedangkan menurut WCPT 2011 Fisioterapi adalah, Fisioterapi memberikan layanan kepada individu dan populasi untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak maksimum dan kemampuan fungsional selama daur kehidupan. Ini meliputi pemberian jasa dalam keadaan dimana gerakan dan fungsi terancam oleh penuaan, cedera, penyakit, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan. Seperti uraian di atas maka fisioterapi berperan bukan hanya untuk orang sakit saja tetapi juga untuk orang sehat agar mencegah terjadinya cedera. Oleh karena itu fisioterapi sebagai bentuk tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif sepanjang daur kehidupan bertanggung jawab terhadap gangguan gerak dan fungsi yang timbul karena faktor sistem informasi sensoris, kekuatan otot. Fisioterapi dapat memberikan penanganan berupa preventif untuk mencegah terjadinya cedera. Dengan memberikan latihan terjadi muscle reedukasi pada sistem neuromuskular sehingga terjadi keseimbangan kekuatan otot pada otot agonis-antagonis di lutut. Dalam kasus stabilisasi ini fisioterapi dapat memberikan latihan peningkatan stabilisasi dinamik berupa kinesio taping dengan wobble board exercise. Wobble board exercise merupakan salah satu latihan keseimbangan. Latihan tersebut merangsang propioseptif pada ankle, terutama

6 mechanoreseptor. Latihan ini menciptakan gerakan ke segala arah pada kaki ketika berdiri diatas wobble board, sama seperti ketika berada pada kondisi berjalan, berlari ataupun melompat. Wobble board exercise digunakan pada bagian tungkai yang tidak stabil, dengan cara berdiri diatas papan keseimbangan (wobble board). Saat berdiri satu kaki tungkai bekerja dengan keras, dengan kata lain saat berdiri satu kaki melatih otot tungkai (Abrams, 2010). Prinsip dari wobble board exercise ialah meningkatkan fungsi dari pengontrol keseimbangan tubuh, yaitu sistem informasi sensorik, central processing, dan effektor untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Kinesio taping merupakan plester elastik yang dimaksudkan untuk memfasilitasi proses penyembuhan alami tubuh dan memungkinkan untuk menstabilisasi otot dan sendi tanpa membatasi ruang gerak sendi dan penguluran dari otot tersebut. Kinesio taping biasa digunakan untuk mencegah terjadinya cidera atau menyembuhkan cedera pada otot dan ligamen. Kinesio taping telah di desain agar dapat di regang secara longitudinal sekitar 55-60% dari panjang keseluruhannya. Derajat regang tersebut telah di sesuaikan dengan kualitas elastisitas dari kulit manusia. Penerapan kinesio taping dari origo ke insertio pada otot dapat mendukung dan meningkatkan fungsi sendi. Kinesio taping menyebabkan peningkatan propioceptik melalui peningkatan rangsang untuk cutaneus mechanoreceptor ( Murray, 2001). Karena alasan diatas, peneliti ingin mengetahui apakah kinesio taping yang dikombinasikan dengan wooble board exercise berfungsi dalam

7 meningkatkan stabilisasi dinamik lutut. Maka, peneliti mengambil judul Penambahan Kinesio Taping Pada Wobble Board Exercise Lebih Baik Meningkatkan Stabilitas Lutut. B. Identifikasi Masalah Sendi lutut merupakan salah satu sendi yang sangat berpengaruh dalam menjalan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berlari, melompat dan naik turun tangga. Ketika melakukan aktivitas tersebut sendi lutut mengalami tekanan. Sehingga stabilitas sendi lutut perlu dijaga agar dapat menjalankan ativitas sehari-hari tanpa adanya masalah. Ketidakstabilan pada sendi lutut menimbulkan banyak masalah pada tubuh terutama pada tungkai. Seperti menurunnya tonus postural tubuh dan menurunnya fungsi sensormotor, serta adanya nyeri yang membuat gangguan dalam menjalankan aktifitas sehari. Timbulnya nyeri menyebabkan propioseptif sendi menjadi menurun dan terjadi defisit sensormotor yang mengakibatkan tonus postural menurun. Tonus postural yang menurun membuat menurunnya sensitifitas reseptor visual dan reseptor vestibular sehingga berdampak pada allignment tubuh dan titik tumpu tubuh serta pusat massa tubuh, yang mengakibatkan keseimbangan tubuh menurun. Dan membuat stabilitas menjadi menurun. Stabilitas dibentuk oleh struktur yang membentuk sendi lutut, seperti ligamen, meniscus, otot dan saraf yang mempunyai propioseptif yang

8 termasuk dalam reseptor sensormotor tubuh yaitu somatosensoris. Semakin tinggi tegangan yang diterima oleh sendi maka stabilitas sendi tersebut semakin baik. Stabilitas dinamik dipengaruhi oleh sistem informasi sensoris dan kekuatan otot. Stabilitas dinamik sangat diperlukan saat kita beraktivitas karena stabilitas dinamik diperlukan saat kita mengontrol gerakan dan posisi. Latihan stabilisasi adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan dengan mengembangkan kontrol area proksimal tubuh yang ditandai dengan respon bebas. Karena berperan untuk menahan segmen tubuh agar tidak bergerak. Oleh karena itu pemendekan otot sangat sedikit. Latihan stabilisasi menggunakan wobble board merupakan latihan stabilisasi dengan melatih keseimbangan dengan memanfaatkan daya rangsang antara sistem vestibular, propioseptif dan otot-otot di lutut. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kontrol postur dengan beradaptasi terhadap perubahan wobble board yang berubah-ubah ketika kita berdiri diatas wobble board tersebut. Dengan meningkatnya kontrol postur dan kepekaan receptor sensoris diharapkan fungsi sensormotor pun meningkat. Dengan penerapan kinesio taping dari origo ke insertio pada otot dapat mendukung, meningkatkan kontraksi otot dan meningkatkan kekuatan otot. Kinesio taping merupakan fasilitator propioseptik yang diterapkan pada kulit untuk memberikan rangsangan taktil pada otot. Rangsangan taktil ini untuk berinteraksi dengan kontrol kinetik di sistem saraf pusat. Melalui stimulasi propioseptik sistem ketegangan otot diatur dan meningkatkan fungsi sendi.

9 C. Perumusan Masalah Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian wobble board exercise dapat meningkatan stabilitas dinamik lutut? 2. Apakah penambahan kinesio taping pada wobble board exercise dapat meningkatan stabilitas dinamik lutut? 3. Apakah penambahan kinesio taping pada wobble board exercise lebih baik dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut? D. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penambahan kinesio taping pada wobble board exercise dapat lebih baik dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui pemberian wobble board exercise dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut. b) Untuk mengetahui penambahan kinesio taping pada wobble board exercise dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut.

10 E. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi Penelitian a) Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan kesempatan bagi penulis untuk mempelajari pemberian penambahan kinesiotaping pada wobble board exercise dapat lebih baik daripada pemberian wobble board exercise dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut. b) Membuktikan apakah pemberian penambahan kinesio taping pada wobble board exercise dapat lebih baik dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut daripada pemberian wobble board exrcise. 2. Manfaat bagi Fisioterapi a) Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui penambahan kinesiotaping pada wobble board exercise dalam meningkatkan stabilitas dinamik lutut. b) Agar fisioterapis dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat berdasarkan ilmu pengetahuan fisioterapi. 3. Manfaat bagi institusi Pendidikan Memberikan informasi terbaru tentang stabilitas lutut serta dapat dijadikan bahan referensi yang berguna di kemudian hari.