Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-100

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

BAB IV DATA DAN ANALISA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36

Persentasi Tugas Akhir

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

Pelaksanaan Uji Tarik

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

Laporan Praktikum. Laboratorium Teknik Material. Modul F Analisis Struktur Mikro Sambungan Las (SMAW) Oleh : : Surya Eko Sulistiawan NIM :

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-275

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Analisa Pengaruh Jenis Elektroda terhadap Laju Korosi pada Pengelasan Pipa API 5L Grade X65 dengan Media Korosi FeCl 3

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

Kata Kunci : Pengelasan SMAW, perlakuan panas, Kekuatan tarik, kekerasan, stuktur mikro. Jurnal Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW PADA BAJA TAHAN KARAT FERITIK DENGAN VARIASI ARUS DAN ELEKTRODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman, Heri Supomo Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail: hsupomo@na.its.ac.id Abstrak Struktur konstruksi badan kapal lambat laun akan mengalami kerusakan. Ketika kapal mengalami kerusakan pada kondisi darurat, pekerjaan las bawah air menjadi hal yang penting. Melalui penelitian ini, dikaji perbandingan laju korosi pada sambungan las material baja karbon rendah yang diberi perlakuan pengelasan di udara terbuka dan pengelasan basah bawah air. Dari kedua media pengelasan tersebut diberikan variasi ketebalan pelat sebagai pembanding. Pekerjaan pengelasan basah bawah air dilakukan dengan menggunakan metode SMAW Wet Welding pada posisi 1G (datar) dengan elektroda AWS E-6013 yang dilapisi isolasi yang bersifat kedap air. Sedangkan untuk pengelasan di udara terbuka menggunakan elektroda AWS E-6013 tanpa pelapis tambahan. Dari data hasil pengujian korosi diketahui bahwa pengelasan basah bawah air menghasilkan nilai laju korosi yang lebih tinggi dibandingkan pengelasan di udara terbuka. Dan semakin tebal pelat, laju korosinya juga cenderung lebih tinggi, yaitu sebesar 0,38678 (mmpy) untuk pelat 8 mm, 0,41149 (mmpy) untuk pelat 10 mm, dan 0,44798 (mmpy) untuk pelat 12 mm pada pengelasan di udara terbuka. Sedangkan untuk pengelasan basah bawah air, nilai laju korosinya sebesar 0,57106 (mmpy) untuk pelat 8 mm, 0,61289 (mmpy) untuk pelat 10 mm, dan 0,68774 (mmpy) untuk pelat 12 mm. Kata kunci---, di Udara Terbuka, Basah Bawah Air, Tebal Pelat. I. PENDAHULUAN Teknologi pengelasan saat ini banyak digunakan untuk membangun kapal dan memperbaiki kerusakan yang terjadi pada badan kapal. Kerusakan dapat berupa retakan bocoran atau korosi dimana dalam keadaan memaksa atau situasi darurat harus dilakukan perbaikan dengan menggunakan teknologi pengelasan bawah air. Metode yang lazim digunakan adalah SMAW (Shielded Metal Arc Welding) [1]. di udara terbuka masih merupakan prioritas utama, sedangkan pengelasan bawah air adalah alternatif yang dapat dipilih bilamana tidak memungkinkan untuk melakukan pengelasan di udara terbuka. Metode pengelasan SMAW adalah metode yang paling sering digunakan untuk pengelasan bawah air. Metode ini dipilih karena peralatan yang digunakan sederhana, murah, dan mudah untuk dipindahkan, karena pengelasan bawah air memiliki daerah akses yang terbatas dan metode ini paling sesuai untuk logam baja karbon rendah. bawah air menciptakan kualitas lasan yang buruk karena selalu banyak menimbulkan cacat las. Selain itu, pengelasan bawah air memiliki kecepatan pendinginan yang tinggi dimana sangat mempengaruhi sifat mekanisnya, seperti lebih getasnya logam lasan, mengurangi keuletan, dan meningkatkan porositas. Ini merupakan beberapan perbedaan antara pengelasan bawah air dan pengelasan di udara terbuka. Perbedaan lainnya adalah pada pengelasan bawah air banyak kandungan hidrogen yang terdapat pada logam lasan sehingga menyebabkan embrittlement, retak, dan porositas. Dimana porositas dapat menyebabkan terjadinya korosi. Ketika kapal beroperasi logam lasan akan mengalami korosi dalam waktu yang cepat atau lambat tergantung dari lingkungan pengoperasiannya. Air laut merupakan lingkungan yang sangat bersifat korosif. menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai barang. II. METODE Setelah melakukan studi literatur yang berupa Tugas Akhir tahun lalu, Standart AWS, Teknologi Logam, dan Corrosion Engineering. Kemudian dilakukan review dan evaluasi terhadap data-data tersebut. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan alat, material, dan bahan. Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam percobaan ini antara lain peralatan pengelasan SMAW, peralatan pemotong spesimen, sumber GGL sel tiga elektroda, peralatan uji tarik dan uji tekuk, dan peralatan foto mikro. Persiapan material meliputi persiapan pelat dengan ukuran (400x100x8), (400x100x10), dan (400x100x12). Sedangkan persiapan bahan meliputi persiapan larutan pengganti air laut sesuai standart ASTM D1141-90 sebagai media pada pengelasan basah bawah air dan NaCl dengan salinitas 33 sebagai media elektrolit dalam pengujian korosi. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelasan untuk menggabungkan setiap dua lembar pelat yang berukuran (400x100x8), (400x100x10), dan (400x100x12). Setiap variasi ketebalan pelat dibagi dalam dua media pengelasan, yaitu pengelasan di udara terbuka dan pengelasan basah bawah air. Kemudian melakukan pemotongan spesimen sebanyak dua buah untuk spesimen uji tarik dengan ukuran (200x35x10) dan pemotongan spesimen sebanyak empat buah untuk spesimen uji tekuk dengan ukuran (200x40x10). Spesimen uji tarik dan uji tekuk ini diambil dari pengelasan basah bawah air pelat 10 mm. Lalu melakukan pemotongan spesimen uji korosi berukuran (50x25x8 mm), (50x25x10 mm), dan (50x25x12 mm) sebanyak 4 buah (untuk masingmasing variasi tebal pelat dan media pengelasan). Sehingga jumlah total spesimen yang digunakan untuk uji korosi sebanyak 24 buah.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-74 Setelah pembuatan spesimen, kemudian dilakukan pengujian tarik, pengujian tekuk, dan pengujian korosi. Setelah pengujian korosi, dilakukan pengamatan metalografi pada spesimen yang telah di uji korosi. Dari masing-masing variasi media pengelasan dan tebal pelat diambil satu spesimen untuk di foto mikro. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pengaruh Media Terhadap Media pengelasan mempengaruhi laju korosi pada logam las. Dalam penelitian ini, media pengelasan yang digunakan adalah di udara terbuka dan di bawah air. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan data laju korosi pada masing-masing media pengelasan yang diujikan. Berikut adalah hasil laju korosi berdasarkan media pengelasannya. Tebal Pelat di Udara Terbuka 8 0.40358 Tabel 1. Hasil Uji Rata-rata di Udara Terbuka Basah Bawah Air 0.61393 8 0.37049 0.57605 0.38678 8 0.36536 0.54451 8 0.40768 0.54976 10 0.47670 0.62821 10 0.40834 0.59439 0.41149 10 0.42365 0.61844 10 0.33728 0.61052 12 0.48537 0.69683 12 0.40950 0.68216 0.44798 12 0.43957 0.65412 12 0.45748 0.71785 Rata-rata Basah Bawah Air (mm/year) 0.57106 0.61289 0.68774 Berdasarkan Tabel 1. di atas, diketahui bahwa pengelasan basah bawah air memiliki laju korosi yang lebih besar daripada pengelasan di udara terbuka. Hal ini disebabkan karena lingkungan dimana benda konstruksi akan dibuat juga merupakan salah satu faktor dalam kecepatan korosi. yang timbul akan dipengaruhi oleh media pengkorosif yang terkandung dalam lingkungan tersebut [2]. Selain hal tersebut di atas, pada pengelasan basah bawah air banyak terdapat cacat las (discontinuitas), baik cacat pada permukaan maupun cacat di dalam. Cacat ini terbentuk karena pengelasan basah bawah air mengalami kontak langsung dengan air, maka air di sekitar area pengelasan menjadi mendidih dan terionisasi menjadi gas oksigen dan hidrogen. Sebagian gas ini melebur ke area weld metal tapi sebagian besar lainnya akan mengalir ke udara. Mekanisme ini dimulai dengan atom hidrogen tunggal menyebar melalui logam. Pada suhu tinggi, peningkatan kelarutan hidrogen memungkinkan hidrogen untuk berdifusi ke dalam logam (atau hidrogen dapat berdifusi di pada suhu rendah, dibantu oleh gradien konsentrasi). Kemudian atom hidrogen kembali bergabung dalam rongga kecil dari matriks logam untuk membentuk molekul hidrogen. Lingkungan yang kotor atau larutan yang mengendap di dalam celah adalah merupakan unsur permiable dan difusif terhadap terjadinya media korosif yang terperangkap di dalam celah. Zat yang termasuk deposit ini diantaranya kotoran, karat, dan bentuk padat kecil lainnya. B. Analisis Pengaruh Tebal Pelat Terhadap Dari data pengujian laju korosi di atas terlihat bahwa semakin tebal suatu pelat kecenderungan laju korosinya semakin naik walaupun tingkat kenaikannya relatif kecil. Hal ini diakibatkan karena semakin tebal pelat proses pengelasannya akan mengalami proses panas yang berubahubah. Karena dalam pengelasan pelat tebal terdiri dari beberapa layer. Oleh sebab itu, hal ini sangat erat kaitannya dengan difusi Hidrogen, dimana Hidrogen mempunyai tingkat kelarutan pada besi dalam keadaan cair lebih besar dibandingkan apabila besi dalam keadaan padat. Kelarutannya Hidrogen tersebut menurun seiring dengan turunnya temperatur. Semakin tinggi masukan panas (Heat Input) pada logam cair, maka difusi Hidrogen semakin besar dan akan terlepas dalam jumlah besar pula pada saat proses pendinginan. Komponen Hidrogen akan berubah selama proses pendinginan (pembekuan) logam las. Hal ini dapat terjadi karena atom H yang kecil mudah larut ke dalam besi. Akan tetapi, jika kecepatan pendinginan cukup tinggi, maka jumlah atom H yang terjebak pada besi akan tetap. Ion Hidrogen di dalam logam las dapat berevolusi membentuk H 2(g), gelembung-gelembung gas yang terjebak di dalam logam las inilah yang akan membentuk pori-pori. Selain menyebabkan timbulnya cacat dalam, hal ini juga dapat menyebabkan cacat-cacat las yang lain seperti retak, inklusi, dan sejenisnya. Di samping itu atom H yang tersebar pada permukaan pelat akan bereaksi dengan atom Cl pada media cairan atau atmosfer, kemudian membentuk suatu molekul bebas di atmosfer. Hal ini yang menyebabkan korosi pada pelat lapisan las tersebut. Inklusi gas yang lain adalah masuknya Oksigen yang terperangkap di dalam logam las akibat pengaruh lingkungan dan menyebabkan lubang-lubang halus karena gas tersebut tidak larut dalam logam padat. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan batas kelarutan antara logam cair dan logam padat pada suhu pembekuan, gas yang terbentuk adalah gas Hidrogen dan gas Nitrogen. Yang kedua, terbentuknya gas karena adanya reaksi kimia di dalam logam las, gas tersebut adalah gas CO. Dan yang ketiga, penyusupan gas ke dalam atmosfer busur. Proses deoksidasi dalam logam las juga harus harus dikurangi, karena gas Oksigen dapat bereaksi dengan logam, seperti yang terjadi pada persamaan kimia berikut ini : 3Fe + 2O 2 Fe 3 O 4 (karat) (1) Kadar Oksigen diusahakan diturunkan serendahrendahnya, selain dapat menurunkan sifat ketangguhan logam juga dapat berpengaruh pada proses korosi, dimana oksigen tersebut akan bereaksi dengan udara dan air membentuk karat (rust).

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-75 C. Analisis Hasil Uji Tarik Untuk mengetahui kualitas sambungan pengelasan basah bawah air, maka dilakukan pengujian tarik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik dan kuat luluh dari sambungan las tersebut. Hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Uji Tarik Tension Test Specification Sample Tensile Test Result Code Yield Ultimate Width Thick Dia. C S A Material Strength Strength Breaking (mm 2 ) MPa MPa 1. BA 1 20.2 8.45-170.69 363.231 483.332 Base Metal 2. BA 2 20.12 8.68-174.64 332.117 483.852 Weld Metal F. Yield F. Ultimate KN N KN N 1. 62 62000 82.5 82500 2. 58 58000 84.5 84500 Berdasarkan data hasil pengujian tekuk, hasil pengelasan basah bawah air tersebut dapat diterima karena cacat yang ada masih diizinkan yaitu kurang dari untuk open defect (edge) dan kurang dari untuk open defect [3]. E. Analisis Struktur Mikro inchi (6,375 mm) inchi (3,125 mm) Setelah dilakukan pengamatan struktur mikro, maka didapatkan gambar struktur mikro untuk masing-masing specimen, dimana pengambilan foto untuk setiap spesimen diambil pada bagian Weld Metal, Base Metal, dan HAZ. Berikut ini adalah foto mikro dari pengelasan di udara terbuka dan Basah bawah Air. Untuk di Udara terbuka Pelat 8 mm Dari data pada Tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa dari dua spesimen uji tarik tersebut, satu spesimen patah di daerah base metal dan satu spesimen yang lain patah di daerah weld metal. Kuat tarik spesimen yang patah di daerah base metal (483.332 MPa), sedangkan kuat tarik spesimen yang patah di daerah weld metal (483.852 MPa). Berdasarkan data pengujian tersebut, hasil pengelasan basah bawah air dapat diterima karena kuat tarik spesimen yang patah di daerah weld metal lebih tinggi daripada kuat tarik minimum material base metal ASTM A36. D. Analisis Hasil Uji Tekuk Untuk mengetahui kualitas sambungan las dari material, maka dilakukan pengujian tekuk. Jenis pengujian yang dilakukan adalah Root Bend dan Face Bend. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keliatan dan mendeteksi cacat pada bagian logam las tersebut. Hasil pengujian adalah sebagai berikut. Tabel 3. Hasil Uji Tekuk BENDING TEST, ANGLE OF BEND : 180, DIA MANDREL : 50 mm Test Piece Code Lebar Tebal Open defect Crack 1 RB 1 38.78 8.71 - - 2 FB 1 38.53 8.42 - - 3 RB 2 38.48 8.37 0,95-4 FB 2 38.59 8.52 - - Gambar 1. Foto Struktur Mikro pada di Udara Terbuka Pelat 8 mm Dari Gambar 1. di atas, tampak bahwa pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ tidak terjadi perbedaan yang mencolok. Hal ini dikarenakan karena pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ mengalami pencairan dan pendinginan normal. Secara keseluruhan dari masing-masing foto mikro terlihat bahwa untuk daerah weld metal, base metal, dan HAZ hasil pengelasan di udara terbuka adalah sama, yaitu ferrit dan perlit. Untuk ferrit berwarna putih (terang), sedangkan perlit berwarna hitam (gelap). Dari Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa hanya 1 (satu) spesimen pengelasan yang mengalami cacat las berupa open defect. Cacat las ini dapat terjadi karena pada pengelasan basah bawah air, busur las mengalami kontak langsung dengan air sehingga menyebabkan air di sekitar area pengelasan menjadi mendidih dan terionisasi menjadi gas oksigen dan hidrogen. Sebagian gas ini melebur ke area weld metal dan menimbulkan celah-celah kecil. Sehingga, ketika dilakukan uji tekuk akan mengalami open defect. Ketika sudut tekuk belum mencapai 180, indikasi cacat belum terlihat. Namun ketika mencapai sudut tekuk 180, tampak keretakan keretakan pada logam lasnya.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-76 Untuk di Udara terbuka Pelat 10 mm Untuk Basah Bawah Air Pelat 8 mm Gambar 2. Foto Struktur Mikro pada di Udara Terbuka Pelat 10 mm Sama halnya dengan Gambar 1. Dari Gambar 2. di atas tampak bahwa pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ tidak terjadi perbedaan yang mencolok. Secara keseluruhan dari masing-masing foto mikro terlihat bahwa untuk daerah weld metal, base metal, dan HAZ hasil pengelasan di udara terbuka adalah sama, yaitu ferrit dan perlit. Untuk di Udara terbuka Pelat 12 mm Gambar 4. Foto Struktur Mikro pada Basah Bawah Air Pelat 8 mm Pada Gambar 4. di atas, dapat dilihat bahwa pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ, struktur mikro pengelasan basah bawah air lebih kecil, lebih halus, dan lebih rapat dibandingkan pengelasan di udara terbuka. Perbedaan ukuran butir ini disebabkan karena adanya perbedaan laju pendinginan, dimana laju pendinginan pengelasan basah bawah air lebih cepat daripada laju pendinginan pengelasan di udara terbuka. pada media bawah air mengalami pemanasan sampai temperatur yang tinggi dan kemudian mengalami proses pendinginan yang sangat cepat. Hal ini menyebabkan ferrit dan perlit yang terbentuk dari austenit tidak sempat bertransformasi secara sempurna. Oleh karena itu, struktur mikro yang terbentuk dari pengelasan basah bawah air lebih kecil dan lebih rapat. Untuk Basah Bawah Air Pelat 10 mm Gambar 3. Foto Struktur Mikro pada di Udara Terbuka Pelat 12 mm Tidak berbeda dengan Gambar 1. dan 2. Dari Gambar 3. di atas tampak bahwa pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ tidak terjadi perbedaan yang mencolok. Secara keseluruhan dari masing-masing foto mikro terlihat bahwa untuk daerah weld metal, base metal, dan HAZ hasil pengelasan di udara terbuka adalah sama, yaitu ferrit dan perlit. Gambar 5. Foto Struktur Mikro pada Basah Bawah Air Pelat 10 mm Sama seperti pada Gambar 4. Pada Gambar 5. di atas dapat dilihat bahwa pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ, struktur mikro pengelasan basah bawah air lebih kecil, lebih

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-77 halus, dan lebih rapat dibandingkan pengelasan di udara terbuka. Untuk Basah Bawah Air Pelat 12 mm 0,68774 mmpy. Dari kedua kesimpulan tersebut, maka hasil pengujian dari penelitian ini mendukung hipotesis. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih Laboratorium Teknologi Produksi dan Manajemen Perkapalan atas segala fasilitas yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Gambar 6. Foto Struktur Mikro pada Basah Bawah Air Pelat 12 mm [1] A. Pradityana, Tugas Akhir "Komparasi Hasil SMAW dalam Air Tawar, Air Laut, dan Udara. Surabaya: Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, FTI, ITS (2007) 1. [2] H. Supomo, Buku Ajar. Surabaya: ITS (2003) Modul 3. [3] American Welding Society, Structural Welding Code Steel, AWS D1.1/D1.1M. Miami, Florida: ANSI (2010) 128.. Tidak berbeda dengan Gambar 4. dan 5. Pada Gambar 6. di atas dapat dilihat bahwa pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ, struktur mikro pengelasan basah bawah air lebih kecil, lebih halus, dan lebih rapat dibandingkan pengelasan di udara terbuka. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. basah bawah air memiliki laju korosi yang lebih tinggi daripada pengelasan di udara terbuka. Untuk pengelasan basah bawah air, nilai laju korosi berturut-turut pada pelat 8 mm, 10 mm, dan 12 mm adalah sebesar 0,57106 mmpy, 0,61289 mmpy, dan 0,68774 mmpy. Sedangkan untuk pengelasan di udara terbuka, nilai laju korosi berturut-turut pada pelat 8 mm, 10 mm, dan 12 mm adalah sebesar 0,38678 mmpy, 0,41149 mmpy, dan 0,44789 mmpy. basah bawah air memiliki nilai laju korosi yang lebih tinggi diakibatkan karena pada hasil pengelasan tersebut banyak terdapat cacat dan celah-celah yang dapat berpotensi untuk menimbulkan korosi. 2. Ketebalan pelat tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap besarnya laju korosi. Meskipun demikian, tetap ada perbedaan meskipun nilainya relatif kecil. Untuk pelat 8 mm, nilai laju korosi pada pengelasan di udara terbuka sebesar 0,38678 mmpy, sedangkan untuk pengelasan basah bawah air nilai laju korosinya sebesar 0,57106 mmpy. Untuk pelat 10 mm, nilai laju korosi pada pengelasan di udara terbuka sebesar 0,41149 mmpy, sedangkan untuk pengelasan basah bawah air nilai laju korosinya sebesar 0,61289 mmpy. Untuk pelat 12 mm, nilai laju korosi pada pengelasan di udara terbuka sebesar 0,44789 mmpy, sedangkan untuk pengelasan basah bawah air nilai laju korosinya sebesar