PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT STEK TEH (Camellia sinensis L)

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG MAWAR (Rosa damascena Mill.)

KEBERHASILAN TUMBUH RAGAM STEK TANAMAN TEH (Camellia sinensis, L.) PADA PENGGUNAAN LAMA SIMPAN URIN SAPI

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAKAU (Rhizophora apiculata Bl.) TERHADAP PEMBERIAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI E JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN METODE PENELITIAN

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum) di Pottray

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PERTUMBUHAN BERBAGAI SETEK ASAL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI IBA. Muliadi Karo Karo 1) ABSTRACTS

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Lama Perendaman Auksin pada Bibit Tebu Teknik Bud Chip

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

RESPONS ASAL BAHAN STEK SIRIH MERAH

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

Agrium, April 2013 Volume 18 No 1

EFFECT OF CONCENTRATION OF EXTRACT ONION (Allium Cepa L.) ON GROWTH CUTTINGS SHOOTS SOME ACID ORANGE (Citrus S p.)

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

RESPON PERTUMBUHAN STUMPKARET

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

M.H. Bintoro I), Yudi Herdiana 2 ), Salwa L. Dalimunthe 3 )

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TUMBUH DAN DIAMETER STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JERUK NIPIS TANPA BIJI (Citrus aurantifolis S)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap Pemberian Giberelin dan Pupuk TSP

Oleh : Bambang Supriyanto Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

Repositori FMIPA UNISMA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

Amran Jaenudin* 1, Yora Erviani 2, dan Siti Wahyuni 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

Transkripsi:

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT STEK TEH (Camellia sinensis L) Sutrisno 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi sfaqotzz@yahoo.com Memet Hikmat 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi irhmemethikmat@gmail.com Rakhmat Iskandar 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi rais_riska56@yahoo.co.id Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Tlp: (0265) 330634 Fax: (0265) 325812 Website: www.unsil.ac.id E-mail: info@unsil.ac.id ABSTRACT The experiment was conducted in the Banyuasih, Taraju, Tasikmalaya. Andosol soil type with ± 800 meters altitude above the sea level. The study was conducted in July to October 2013. The experimental design used was a randomized block design ( RAK ) factorial with two factors repeated three times, each replicate consisting of 9 treatment combinations. The first factor is the concentration of growth regulators Atonik ( Z ) which consists of three levels that are: z1: 0.15 cc/l of water, z2: 0.25 cc/l of water, z3: 0.35 cc/l of water. The second factor is the length of immersion ( P ) which consists of three levels that are: p1 : 10 minutes, p2 : 15 minutes, p3 : 20 minutes. The results showed no interaction between the administration of growth regulator concentration and immersion time on the parameters of the number of leaves, stem diameter, root length, root volume, root dry weight, and dry weight of shoots. Independently concentration of growth regulator Z2 ( 0.25 cc/l ) resulted in the highest shoot height growth. Keyword : Growing Regulator Substances, Immersion Time, Tea. ABSTRAK Percobaan ini dilaksanakan di Kampung Banyuasih, Desa Banyuasih, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Jenis tanah Andosol dengan ketinggian tempat ± 800 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober tahun 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan diulang tiga kali, tiap ulangan terdiri dari 9 kombinasi perlakuan. Faktor pertama konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (Z) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: z 1 : 0,15 cc/l air, z 2 : 0,25 cc/l air, z 3 : 0,35 cc/l air. Faktor kedua adalah lama perendaman (P) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: p 1 : 10 menit, p 2 : 15 menit, p 3 : 20 menit. Hasil percobaan menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh dan lama perendaman terhadap parameter jumlah daun, diameter tunas, panjang akar, volume akar, berat kering akar, dan berat kering tunas. Secara mandiri konsentrasi zat pengatur tumbuh Z 2 (0,25 cc/l) menghasilkan pertumbuhan tinggi tunas tertinggi. Kata Kunci : Zat Pengatur Tumbuh, Lama Perendaman, Teh. 1

PENDAHULUAN Tanaman teh (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam perekonomian di Indonesia. Karena teh merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia yang menghasilkan devisa bagi negara sesudah minyak dan gas (Nanang Yusroni, Ratna Kusumawati, Khanifah, 2012). Teh dikenal penduduk Indonesia sebagai minuman penyegar, karena daun teh mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh, diantaranya polifenol, teofilin, teobromin, flavonoid, vitamin C, vitamin E, katekin, kafein, serta beberapa mineral. Jadi selain sebagai minuman penyegar, teh juga diminati karena manfaatnya yang baik bagi tubuh. Teh juga mampu menetralisir radikal bebas, yaitu suatu produk sampingan dari proses kimiawi dalam tubuh yang mengganggu. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktifitas tanaman teh, tentunya sangat didukung dengan adanya penyediaan bibit, pembiakan secara vegetatif yang paling umum dilakukan pada tanaman teh adalah stek. Stek adalah proses perbanyakan tanaman dengan bagian vegetatif, bila ditempatkan pada kondisi yang optimum akan menjadi tanaman lengkap (Hartman dan Kester, 1983). Dalam upaya mempercepat pertumbuhan tunas dan perakaran dapat dilakukan dengan penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan dilakukan perendaman stek dengan beberapa perlakuan sebelum penanaman. ZPT seringkali dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman. Salah satu senyawa sintetis yang mengandung beberapa hormon auksin, sitokinin, giberelin yang diperdagangkan adalah Atonik. Manurung (1985) menyatakan bahwa peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan melalui teroboson tekhnologi konvensional yang belum diusahakan secara intensif seperti penggunaan ZPT. Atonik merupakan salah satu hormon tumbuh atau zat pengatur tumbuh yang berwujud cair berwarna coklat dengan bahan utama berupa kompleks aromatik nitrogen yang memiliki rumus C 6 H 4 ONaNO 2. Bahan penyusun atonik terdiri atas unsur Natrium dan Fenol (Suhartini Halidah, 1993). Zat pengatur tumbuh yang diberikan mampu membantu zat pengatur tumbuh yang ada pada tanaman, sebab jika ZPT yang ada pada tanaman dalam jumlah sedikit maka ZPT Atonik dapat mendukung memodifikasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Kusnu Suwandi, 1987). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilakukan penelitian tentang konsentrasi zat pengatur tumbuh dan lama perendaman terhadap pertumbuhan bibit stek teh (Camellia sinensis L). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh dan lama perendaman yang tepat terhadap pertumbuhan bibit stek teh. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Banyuasih, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat ±800 meter di atas muka laut. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. 2

Bahan dan Alat Percobaan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit stek klon GMB4, Atonik, Dithane M-45, Tawas, TSP, KCl, tanah, air. Alat yang digunakan adalah polibag 20 cm x 12 cm dengan tebal 0,04 mm, cangkul, plastik sungkup, bambu, tali rapia, meteran, timbangan analitik, penggaris, jangka sorong, gelas ukur, ember, pisau, gunting stek, alat tulis dan papan nama. Metode Percobaan Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pola eksperimental, sedangkan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dua faktor dengan diulang tiga kali, tiap ulangan terdiri dari 9 kombinasi perlakuan. Faktor pertama konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (Z) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: z 1 = 0,15 cc/l air z 2 = 0,25 cc/l air z 3 = 0,35 cc/l air p 1 = 10 menit p 2 = 15 menit p 3 = 20 menit Pengamatan Faktor kedua adalah lama perendaman (P ) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: Pengamatan Penunjang Pengamatan ini dilakukan meliputi pengamatan yang datanya tidak diuji secara statistik yaitu meliputi tumbuhan pengganggu (gulma), analisis tanah, serangan hama penyakit dan data curah hujan dari daerah tempat penelitian. Pengamatan Utama a. Tinggi Tunas Pengamatan tinggi tunas diukur mulai pangkal tunas sampai titik tumbuh tertinggi dari dari tanaman tersebut. Nilainya dihitung dari rata-rata tinggi tunas setiap sampel dalam satu plot. Pengamatan pengukuran dilakukan setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanam. b. Jumlah Daun Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang sudah terbentuk setelah penanaman, tidak termasuk satu lembar daun asal. Nilai dihitung dari rata-rata jumlah sampel setiap plot. Penghitungan dilakukan setelah 12 minggu setelah tanam. c. Diameter Tunas Pengamatan pengukuran diameter batang tunas stek dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada batang stek dengan tinggi 1 cm dari pangkal tunas, nilai dihitung dari rata-rata jumlah sampel setiap plot. Pengukuran dilakukan setelah 12 minggu setelah tanam. 3

d. Volume Akar Perhitungan volume akar dilakukan terlebih dahulu dengan membongkar stek secara hati-hati untuk mencegah rusak dan putusnya akar, kemudian dicuci sampai tanah yang menempel pada akar hilang untuk memudahkan perhitungan. Pengamatan dilakukan dengan cara memasukan akar kedalam gelas ukur dan kenaikan air nya dihitung pada setiap stek yang dijadikan sampel dalam satu plot. e. Panjang Akar Pengamatan panjang akar dilakukan terlebih dahulu dengan membongkar stek secara hati-hati untuk mencegah putusnya akar, kemudian dicuci sampai tanah yang menempel pada akar hilang untuk memudahkan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur dari leher akar sampai dengan ujung akar terpanjang, akar yang diukur diambil dari tanaman sampel dalam setiap plot. f. Bobot Kering Tunas Pengukuran bobot kering bagian atas dilakukan dengan terlebih dahulu membongkar tanaman secara hati-hati, dicuci sampai bersih. Tunas dipotong dari permukan tunas, selanjutnya dibungkus dengan kertas kemudian masukan kedalam oven selama 2 jam dengan suhu 100 0. Setelah selesai pengovenan selanjutnya dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan analitik. g. Bobot Kering Akar Pengukuran bobot kering bagian bawah dilakukan dengan terlebih dahulu memotong bagian pangkal akar kemudian dibungkus dengan kertas selanjutnya masukan kedalam oven selama 2 jam dengan suhu 100 0. Dan selanjunya dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan analitik. h. Nisbah Pupus Akar Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan bobot kering pupus (tunas) terhadap bobot kering akar yang dilakukan pada akhir percobaan. Hasil Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Penunjang Berdasarkan peta tanah tinjau dari laboratorium uji tanah Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi (2013) jenis tanah tempat percobaan termasuk jenis Andosol berdasarkan hasil analisis tanah diketahui bahwa tanah tempat percobaan bahwa ph masam (5,20); kadar nitrogen sangat tinggi (0,78 %), kadar P rendah (18 mg/100 g), kadar Kalium rendah (15 mg/100 g), C/N sangat rendah (0,64), kadar C-Organik sangat rendah (0,50%). Hasil analisis tanah dapat di lihat pada lampiran 6. Pengamatan di lapangan terlihat tunas mulai tumbuh pada awal minggu ke enam, pertumbuhan tunas mulai terlihat meskipun tidak serempak, dilakukan pengaturan kerapatan naungan sinar matahari yang masuk kedalam persemaian diusahakan hanya 25-30 %, diamati untuk menghindari terpaan angin terhadap hamparan paku andam yang digunakan sebagai atap naungan. Menurut Zuhdi Sri Wibowo (1997), Penentuan intensitas sinar matahari yang masuk diatur atas dasar presentase luas lubang atap dan penghalangnya, naungan yang terlalu jarang dan sinar masuk lebih dari 30 % akan memacu pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar 4

akan terhambat bahkan tidak akan tumbuh sama sekali, kemudian diikuti pertumbuhan kalus, sebaliknya apabila naungan terlalu rapat dan gelap akan menghambat pertumbuhan tunas bahkan menyebabkan busuk pada tangkai dan ketiak daun. Selama penelitian berlangsung di dalam naungan dilakukan pemeliharaan diantaranya; 1). Embun didalam sungkup dibersihkan (keprik) setiap pagi, bertujuan untuk penyiraman pada bekongan; 2). Sungkup plastik harus diusahakan rapat, yang bocor segera ditambal dengan selotip dan dijaga kebocoran dari sisi bedengan; 3). Genangan-genangan air di atas sungkup plastik dibuang; 4). Memperbaiki saluran air dalam bedengan agar drainase tetap baik; 5). Gulma yang tumbuh selama penelitian berlangsung diantaranya yaitu babadotan (Ageratum Conyzoides), teki (cyperus rotundus), kakawatan (Cynodon dactylon L.), penyiangan dilakukan pada saat-saat tertentu. Pengamatan Utama 1. Tinggi Tunas, Diameter Tunas dan Jumlah Daun. Pengamatan pada parameter tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun dilakukan setelah bibit berumur 12 minggu setelah tanam. Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara konsentrasi ZPT dengan lama perendaman stek terhadap rata-rata tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada umur 12 minggu setelah tanam (mst). Hasil uji statistik dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Lama Perendaman terhadap rata-rata Tinggi Tunas, Diameter Tunas dan Jumlah Daun pada umur 12 minggu setelah tanam. Perlakuan Tinggi Tunas (cm) Diameter Tunas (mm) Jumlah Daun (helai) Konsentrasi ZPT Z 1 (0,15 cc/l) 6,82 a 2,13 a 2,80 a Z 2 (0,25 cc/l) 8,44 b 2,26 a 3,16 a Z 3 (0,35 cc/l) 6,87 a 2,16 a 2,82 a Lama Perendaman P 1 (10 menit) 7,82 a 2,21 a 2,98 a P 2 (15 menit) 7,31 a 2,21 a 2,96 a P 3 (20 menit) 7,01 a 2,13 a 2,84 a Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 %. Pada Tabel 1 terlihat bahwa secara mandiri konsentrasi ZPT berpengaruh terhadap tinggi tunas, dimana pada perlakuan Z 2 (0,25 cc/l) menghasilkan tinggi tunas tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada perlakuan lama perendaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tunas. Hal ini diduga karena pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 0,25 cc/l, dapat mendorong pertumbuhan akar sehingga penyerapan hara lebih efektif. Koesriningrum dan Haryadi (1973), menyatakan bahwa stek batang dengan kandungan karbohidrat yang cukup dan kandungan nitrogen tinggi dapat merangsang pertumbuhan tunas yang kuat. Konsentrasi zat pengatur tumbuh antara 0,15 cc/l sampai dengan 0,35 cc/l dan lama perendaman 10 menit sampai 20 menit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tunas dan jumlah daun. Hal ini diduga pemberian konsentrasi berlebih ataupun konsentrasi yang diberikan kurang. Konsentrasi yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan, dan konsentrasi yang kurang dapat atau belum memberikan pertumbuhan yang optimal. Pada perlakuan lama perendamanpun belum ditemukan waktu yang tepat untuk proses masuknya IAA ke dalam sel tanaman melalui proses absorbsi yang terjadi di seluruh 5

permukaan stek batang tanaman teh sehingga pengamatan pada parameter diameter tunas maupun jumlah daun tidak menunjukan hasil yang berbeda. Menurut Sri Setyati Haryadi (1993), bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman selain dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh yang ada dalam tanaman tersebut ataupun zat pengatur tumbuh yang diberikan dari luar, tetapi dipengaruhi oleh ada dan tidaknya kandungan kambium yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan diameter tunas, akan tetapi tanaman yang diteliti ini termasuk tanaman tahunan yang dalam proses pengamatan memerlukan waktu yang tidak singkat, sehingga diameter tunas maupun jumlah daun tidak nampak signifikan. 2. Panjang Akar dan Volume Akar Hasil uji statistik menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi ZPT dengan lama perendaman terhadap panjang akar dan volume akar. Demikian pula secara mandiri konsentrasi ZPT dan lama perendaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap panjang akar dan volume akar. (Tabel 5). Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Lama Perendaman terhadap rata-rata Panjang akar dan Volume akar pada umur 12 minggu setelah tanam. Perlakuan Panjang Akar (cm) Volume Akar (ml) Konsentrasi ZPT Z 1 (0,15 cc/l) 15,43 a 1.34 a Z 2 (0,25 cc/l) 16,11 a 1.33 a Z 3 (0,35 cc/l) 15,38 a 0.95 a Lama Perendaman P 1 (10 menit) 16,91 a 1,29 a P 2 (15 menit) 15,93 a 1,37 a P 3 (20 menit) 14,08 a 0,96 a Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 %. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemberian ZPT pada konsentrasi 0,15 cc/l sampai 0,35 cc/l dan lama perendaman 10 menit sampai dengan 20 menit belum memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga pemberian konsentrasi berlebih ataupun konsentrasi yang diberikan kurang. Konsentrasi yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan, dan konsentrasi yang kurang dapat atau belum memberikan pertumbuhan yang optimal. Pada perlakuan lama perendamanpun belum ditemukan waktu yang tepat untuk proses masuknya IAA ke dalam sel tanaman melalui proses absorbsi yang terjadi di seluruh permukaan stek batang tanaman teh sehingga pengamatan pada parameter panjang akar maupun volume akar tidak menunjukan hasil yang berbeda. Terlihat pada Tabel 2 di atas konsentrasi maupun lama perendaman tidak memberikan pengaruh terhadap semua parameter yang diamati, tetapi dapat terlihat perbedaan pertumbuhan antara tinggi tunas (Tabel 1) dan panjang akar yang lebih panjang ini menunjukan pertumbuhan akar lebih merespon serempak dan menyerap unsur hara yang tersedia lebih banyak oleh pertumbuhan akar, adanya penambahan konsentrasi zat pengatur tumbuh dan lama perendaman dengan banyaknya unsur hara menyebabkan pertumbuhan akar dapat serempak. Pengamatan pada parameter volume akar pada Tabel 5 diatas terlihat selisih yang berbeda tetapi tidak memberikan hasil yang signifikan. Pertumbuhan akar terlihat lebih cepat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tunas dari hasil pengamatan di lapangan. 6

Proses konsentrasi zat pengatur tumbuh dan lama perendaman tidak berpengaruh terhadap parameter panjang akar maupun volume akar, ini diduga dengan adanya zat pengatur tumbuh yang belum diketahui konsentrasi yang tepat. Begitupun dengan adanya lama perendaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang akar maupun volume akar. Respon zat pengatur tumbuh berkaitan erat dengan konsentrasinya, pada konsentrasi yang tepat akan dapat mengatur proses fisiologis tanaman sehingga akan dapat merangsang proses pertumbuhannya, sedangkan pada tingkat konsentrasi yang tinggi justru akan dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman. Permulaan pertumbuhan akar tidak hanya pipengaruhi oleh auksin saja, tetapi dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh lain seperti sitokinin, gibberellin dan sejumlah kofaktor pembentukan akar lainnya, akan tetapi auksin mempunyai pengaruh besar. Pembelahan sel-sel dari permulaan akar yang pertama tergantung pada auksin alami maupun yang diberikan dari luar (Hartmann dan Kester, 1983). Wattimena (1988), menyatakan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh pada jumlah yang optimum akan merangsang aktivitas auksin dan pembelahan sel pada jaringan meristimatik sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Proses utama yang dirangsang auksin terhadap pertumbuhan vegetatif adalah pembelahan sel, pembesaran sel dan deferensiasi sel yang meliputi pembentukan akar. Hal ini sejalan dengan pendapat Danoesastro (1976), menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh berpengaruh terhadap proses fisiologi dan biokimia tanaman. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa yang terdiri dari senyawa aromatik dan yang bersifat asam. Dalam pemberiannya harus diperhatikan konsentrasi yang digunakan, jika konsentrasinya terlalu tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian bagi tanaman. 3. Bobot Kering Tunas, Bobot Kering Akar dan Nisbah Pupus Akar Hasil uji statistik terhadap bobot kering tunas dan bobot kering akar menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT pada berbagai lama perendaman tidak berinteraksi nyata, demikian pula efek mandiri konsentrasi ZPT dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Lama Perendaman terhadap rata-rata Bobot Kering Tunas, Bobot Kering Akar dan Nisbah Pupus Akar pada umur 12 minggu setelah tanam. Perlakuan Bobot Kering Tunas (g) Bobot Kering Akar (g) Nisbah Pupus Akar Konsentrasi ZPT Z 1 (0,15 cc/l) 0,23 a 0,27 a 0,85 a Z 2 (0,25 cc/l) 0,27 a 0,32 a 0,84 a Z 3 (0,35 cc/l) 0,22 a 0,25 a 0,88 a Lama Perendaman P 1 (10 menit) 0,24 a 0,29 a 0,83 a P 2 (15 menit) 0,27 a 0,30 a 0,90 a P 3 (20 menit) 0,21 a 0,25 a 0,84 a Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 %. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh antara 0,15 cc/l sampai dengan 0,35 cc/l dan lama perendaman 10 menit sampai 20 menit tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga bahwa pemberian konsentrasi berlebih ataupun konsentrasi yang diberikan kurang. Konsentrasi yang berlebih dapat menghambat 7

pertumbuhan, dan konsentrasi yang kurang dapat atau belum memberikan pertumbuhan yang optimal. Pada perlakuan lama perendamanpun belum ditemukan waktu yang tepat untuk proses masuknya IAA ke dalam sel tanaman melalui proses absorbsi yang terjadi di seluruh permukaan stek batang tanaman teh sehingga pengamatan pada parameter bobot kering tunas maupun bobot kering akar tidak menunjukan hasil yang berbeda. Sri Setyati Harjadi (1991) menyatakan bahwa sistem perakaran yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ke atas yaitu tanaman bertambah tinggi, lalu kebagian samping (pembesaran kambium) dan daun bertambah banyak (tempat terjadinya fotosintesis) yang akhirnya akan bertambah pula bobot keringnya baik bobot kering tunas maupun bobot kering akar. Menurut Soeharsono (1985), pembentukan akar ditentukan oleh keberadaan daun dan tunas yang telah terbentuk. Pembentukan akar mula-mula terjadi karena adanya pergerakan auksin, karbohidrat dan kofaktor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin) baik dari tunas maupun daun. Dengan demikian berat kering akar yang tidak berbeda pada perlakuan lama perendaman, dipengaruhi oleh terbentuknya daun yang tidak berbeda pula. Sedangkan menurut Iskandar (1990), berkurangnya karbohidrat disebabkan adanya proses respirasi dalam bahan tanaman yang berfungsi untuk menyelengarakan proses kehidupan pada tanaman. Nisbah pupus akar (NPA) merupakan perbandingan bobot kering bagian pupus (tunas) dan akar tanaman. Nilai NPA dalam percobaan ini menunjukkan bahwa nilai yang didapat yaitu kurang dari satu (1) terlihat pada Tabel 6, ini menunjukkan bahwa pertumbuhan akar lebih merespon dibandingkan dengan pertumbuhan tunas. Terlihat pada percobaan ini didapat sistem perakaran yang kokoh dan luas yang memungkinkan untuk mendapatkan unsur hara dengan lebih baik. Pertumbuhan akar yang optimal tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan bagian pupusnya, karena energi yang digunakan untuk keperluan tersebut diperoleh dari hasil fotosintesis yang terjadi di bagian pupus. Tidak terdapat interaksi antara faktor konsentrasi dan lama perendaman terhadap pertumbuhan tunas dan akar Camellia sinensis L. Hal ini diduga karena proses absorbsi IAA yang masuk ke dalam sel sudah mencapai keadaan yang seimbang (jumlah IAA di luar sel dan di dalam sel sama), sehingga penambahan waktu perendaman tidak dapat meningkatkan jumlah IAA ke dalam stek. Sel tumbuhan akan mengalami pembengkakan jika air atau cairan masuk secara osmosis, namun jika konsentrasi cairan disekitar sel tumbuhan isotonis maka air tidak akan masuk kembali ke dalam sel (Campbell, Reece dan Mithcell, 2002 ). KESIMPULAN Tidak terjadinya interaksi antara konsentrasi zat pengatur tumbuh dan lama perendaman terhadap pertumbuhan bibit stek teh klon GMB 4 di dalam pembibitan. Pemberian ZPT Atonik pada konsentrasi konsentrasi 0,25 cc/l menghasilkan tinggi tunas tertinggi (8,44 cm) pada umur 12 mst. Perlakuan Lama Perendaman tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua parameter. DAFTAR PUSTAKA Campbell, N.A., J.B, Reece., L.G, Mithcell, 2002. Biologi. Alih Bahasa : Wasmen Manalu. Erlangga. Jakarta. 8

Danoesastro, H. 1976. Zat Pengatur Tumbuh Dalam Pertanian. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Hartanto Nugroho, Purnomo, Issirep Sumardi. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penerbit Penebar Swadaya. Depok. Hartman. H. T, and D.E. Kester. 1983. Plant Propagation Principles and Practice (4th ed.). Prentice Hall Inc.New York. Iskandar, W. 1990. Aneka Melipatgandakan Tanaman. Tirta Unggul. Semarang. Koesriningrum dan S.S. Hardjadi. 1973. Pembiakan vegetatif. Institut Pertanian Bogor. Kusnu Suwandi. 1987. Pengaruh Atonik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tebu dilahan kering. PT. Perkebunan Perseroan Terbatas 1998. Manurung, S. O. 1985. Penggunaan Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh Pada Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Nanang Yusroni, Ratna Kusumawati, Khanifah. 2012.Kajian ekonomi industri pada usaha produksi perkebunan teh rakyat di Indonesia. Universitas Wahid Hasyim. Semarang. Soeharsono. 1985. Perkembangan Vegetatif Cara Konvensional. LPP. Yogyakarta. Sri Setyati Hardjadi, 1991. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Sri Setyati Hardjadi, 1993. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Suhartini Halidah. 1993. Pengaruh media hormon dan pupuk terhadap pertumbuhan bibit Kakao. Jurnal Penelitian Kehutanan Vol. VII No.2 Maret 1993. Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.: PAU IPB Bogor Zuhdi Sri Wibowo. 1997. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Asosiasi penelitian Perkebunan Indonesia. PPTK Gambung, Bandung. 9