EFEKTIFITAS HIPEROKSIGENASI PADA PROSES SUCTIONING TERHADAP SATURASI OKSIGEN PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK DI INTENSIVE CARE UNIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

Berty Irwin Kitong Mulyadi Reginus Malara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS DI AJUKAN OLEH. BENNY SASANA, S.Kep PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

Andria Permatasari 1), Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep 2) dan Ns. Isnaini Rahmawati, MAN 2)

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

2. PERFUSI PARU - PARU

PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

PEMAHAMAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OKSIGEN DAN HUMIDIFIKASI PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS DI RUANG ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO NAQI AYYUBI

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

penyakit,cedera,penyulit yang mengancam nyawaatau

TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU

OKSIGENASI DENGAN BAG AND MASK 10 LPM MEMPERBAIKI ASIDOSIS RESPIRATORIK (Oxygenation by Using 10 lpm Bag and Mask Improves Respiratory Acidosis)

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Easy Way to Interpret

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

RINGKASAN EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONI DI RUANG ANAK RSUD.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MEMBRAN RESPIRATORIUS

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh kesadaran. Pusat pernafasan terletak dalam medulla oblongata dan pons

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan komplikasi pada organ lainnya (Tabrani, 2008).

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

ASIDOSIS RESPIRATORIK

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

BLADDER TRAINING MODIFIKASI CARA KOZIER PADA PASIEN PASCABEDAH ORTOPEDI YANG TERPASANG KATETER URIN

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Sri Hartini 1, Edy Soesanto 2, Dera Alfiyanti 3. Perawat PICU/NICU RS Dokter Kariadi Abstrak

The Effect of Oxygen Supply Via Oral Catheterization in the Suction Process to the Oxygen Saturation Level in the Patient with Head Injury

A.TINJAUAN TEORI a. Pengertian b. Indikasi

e-jurnal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat

AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS.

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

MANFAAT IRIGASI HANGAT DURANTE OPERASI TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI PASCA BEDAH TUR PROSTAT

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERPRETASI ELECTROCARDIOGRAM (ECG) PERAWAT DENGAN PEMBELAJARAN PELATIHAN DAN MULTIMEDIA DI RSUD DR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERACUNAN OKSIGEN. Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada Terhadap Kejadian Ventilator Associated Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif

EFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah cross sectional (Sopiyudin, 2009). yang diteliti (Notoarmodjo, 2012). Populasi dibagi menjadi dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

Perawatan Ventilator

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

Transkripsi:

EFEKTIFITAS HIPEROKSIGENASI PADA PROSES SUCTIONING TERHADAP SATURASI OKSIGEN PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK DI INTENSIVE CARE UNIT Superdana, G, M 1 ; Retno Sumara 2 Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan 1,2 Universitas Muhammadiyah Surabaya Email: retnosumara.gmail.com ABSTRACT The use of a mechanical ventilator induces the clearance of airway problems, that is, the increase amount of sputum production so that it is needed appropriate nursing care. One of the effective nursing interventions is by performing suctioning action. The Suction procedure is not only mucus is inhaled, but also the supply of oxygen that enters the respiratory tract, thus allowing it to cause shortly hypoxemia characterized by a decrease in oxygen saturation (SpO2). Hyperoxygenation is very important in every procedure of inhalation in order to avoid the decrease of oxygen saturation. This research uses pre-experimental design in the form of one group pretest-posttest design. Samples were taken 20 patients with mechanical ventilation in the ICU room of Husada Utama hospital. The respondents were selected using non probability sampling; sampling saturated. The collection of data itself used is the observation sheet. And the data is analyzed using statistical test of Wilcoxon Signed Rank Test.From the results of statistical test with Wilcoxon Signed Rank Test was obtained p-value = 0.001 (α <0.05). Based on these results the H1 accepted, it means that hyperoxygenation is effective in suctioning procedure to saturate oxygen on patients with mechanical ventilation in the ICU room of Husada Utama Hospital Surabaya. Thus, it is concluded that hyperoxygenation is effective in suctioning procedure for oxygen saturation. Keywords: Hyperoksigenation, Suctioning, Oxygen Saturation PENDAHULUAN Peranan ventilator mekanik sebagai salah satu alat terapi gawat nafas sudah tidak diragukan lagi, sehingga ventilator mekanik merupakan salah satu alat yang relatif sering digunakan di unit perawatan intensif. Masalah utama pasien dengan alat bantu nafas atau ventilator mekanik yang sering muncul adalah bersihan jalan nafas inefektif, salah satu intervensi untuk masalah tersebut adalah dilakukannya tindakan suction. Namun pada proses dilakukan suction tidak hanya lendir yang terhisap, suplai oksigen yang masuk ke saluran pernafasan juga ikut terhisap, sehingga memungkinkan untuk terjadi hipoksemia sesaat yang ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SpO2). Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik untuk menghindari hipoksemia akibat penghisapan dan harus digunakan pada semua prosedur penghisapan (Clark, et al, 1990). Berdasarkan studi pendahuluan di ruang Intensive Care Unit (ICU) di Rs. Husada Utama pada bulam Agustus sampai dengan September 2014 sebanyak 30 pasien dengan pemakaian mesin perhari 3-5 mesin. Dengan mode dan diagnosa medis yang berbeda-beda. Dimana pasien tersebut diberi hiperoksigenasi sebelum suctioning, di dapatkan bahwa 25 pasien saturasi oksigen meningkat hingga 100% dan 5 pasien saturasinya naik sampai dengan 96-98%. Fenomena di ICU Rs. Husada Utama masih ada beberapa yang tidak melakukan hiperoksigenasi pada proses suctioning pada pasien pengguna ventilator sebanyak 25%, sisanya sebanyak 75% melakukan hiperoksigenasi. Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan 17

pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Hal ini akan menyebabkan tekanan oksigen kurang dari 50 mmhg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmhg/ hiperkapnia (Smeltzer & Bare, 2004). Beberapa kasus gagal nafas berakhir dengan pemberian ventillator mekanik, yang bertujuan untuk membantu atau mengambil alih fungsi pernafasan. Resiko pemasangan ventilator mekanik pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan merupakan hal yang harus dihadapi dalam upaya menyelamatkan hidup seseorang. Jika ventilator dapat berfungsi dengan baik maka perlu dipasang articial airway (jalan nafas buatan) dengan endotracheal tube atau tracheostomy. Tindakan invasive dari pemasangan articial airway ini merupakan masalah yang paling sering terjadi diantaranya hipoksia, trauma jaringan, meningkatkan resiko infeksi dan stimulasi vagal dan bronkoskopasme (Hudak & Gallo, 1998). Penggunaan alat ventilator mekanik mempengaruhi munculnya masalah pada bersihan jalan nafas, di antaranya adalah meningkatnya produksi sputum sehingga diperlukan tindakan perawatan yang tepat. Salah satu intervensi keperawatan yang efektif yaitu dengan melakukan tindakan suctioning. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Pada proses dilakukan penghisapan tidak hanya lendir yang terhisap, suplai oksigen yang masuk ke saluran nafas juga ikut terhisap, sehingga memungkinkan untuk terjadi hipoksemia sesaat ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SpO2). Dalam hal ini diperlukan tindakan hiperoksigenasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan suction, hiperoksigenasi diberikan dengan cara menggunakan kantong resusitasi manual atau melalui ventilator dan dilakukan dengan meningkatkan aliran oksigen, biasanya sampai 100% sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Penelitian sebelumnya menyatakan SaO2 pada kelompok preoksigenasi lebih tinggi daripada kelompok yang tidak memperoleh hiperoksigenasi (Pritchard, Flenady, & Woodgate, 2001). Mengingat pentingnya suctioning pada pasien gagal nafas yang mempunyai masalah bersihan jalan nafas inefektif mempunyai dampak hipoksemia sesaat yang ditandai dengan penurunan saturasi oksigen, hiperoksigenasi sangat penting dalam setiap prosedur penghisapan agar tidak terjadi penurunan saturasi oksigen yang bermakna. Hal inilah yang telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagimanakah efektifitas hiperoksigenasi pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik di ICU RS. Husada Utama. METODE Desain penelitian ini adalah preeksperimental design, one group pre testpost test design. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang menggunakan alat bantu ventilator di ICU Rs. Husada Utama Surabaya. Jumlah populasi pasien yang menggunakan ventilator di ICU Rs. Teknik sampling yang digunakan adalah non probabilty sampling dengan total sampling. Peneliti mengambil sampel seluruh pasien ICU yang menggunakan ventilator mekanik kemudian mengadakan pendekatan kepada keluarga pasien. Pengukuran penelitian menggunkan alat oxymetri nadi (pulse oxymetri) untuk mengetahui hasil saturasi oksigen lembar observasi untuk mengetahui hasil saturasi oksigen. Pasien yang menggunakan ventilator setiap waktu sesuai kebutuhannya dilakukan tindakan suction. Sebelum dilakukan tindakan suction pasien diberi terapi nebulizer terlebih dahulu sesuai advis dari dokter kemudian dilakukan fisioterapi dada. Sebelum 18

melakukan suction dan hiperoksigenasi peneliti melihat hasil saturasi oksigen terlebih dahulu kemudian melakukan hiperoksigenasi dilanjutkan dengan suctioning. Kemudian melihat hasil saturasi oksigen setelah dilakukan hiperoksigenasi dan suctioning. Dalam penelitian menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan confident interval 95% dan ρ < α (0,05). HASIL Berdasarkan data diagram pai dibawah ini didapatkan 10 orang (50%) jenis kelamin laki-laki dan 10 orang (50%) adalah perempuan. Berdasarkan gambar 2 didapatkan 10 orang (50%) berusia 41-60 tahun, 6 orang (30%) berusia 61-80 tahun, 4 orang (20%) berusia 21-40 tahun. Dalam data khusus ini akan disajikan hasil analisa tentang penilaian efektifitas hiperoksigenasi pada proses suctioning sebelum dan sesudah terhadap saturasi oksigen pada pasien dengan ventilator mekanik. Berdasarkan table 1 hasil PO2 112-180 mmhg, suhu Gambar 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Gambar 2. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Grafik 1. Hasil PO2, suhu tubuh, asam basa, dan 2-3 DPG pada responden 19

Tabel 1. 1 Hasil PO2, suhu pasien, Ph, DPG pasien 36-39, Ph 7,3-7,5, 2-3 DPG pasien tidak ada riwayat hipoksia kronis, anemia, hipertiroid, hipotirois dan transfuse darah yang multiple PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penilaian saturasi sebelum dilakukan hiperoksigenasi pada prosedur suctioning dari 20 pasien didapatkan 17 pasien (85%) hasil saturasi oksigennya 95%-100% dan 3 pasien (15%) hasil saturasi oksigennya < 95%. Berdasarkan hasil penilaian saturasi sesudah dilakukan hiperoksigenasi pada prosedur suctioning dari 20 pasien didapatkan 18 pasien (90%) hasil saturasi oksigennya 95%-100% dan 2 pasien (5%) hasil saturasi oksigennya < 95%. Nilai saturasi oksigen yang normal untuk orang dewasa adalah 95-100% (Kozier & Erb, 2009). Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa hasil saturasi oksigen setalah dilakukan hiperoksigenasi pada proses suctioning, saturasi oksigen pasien meningkat dan ada yang bertahan di nilai yang sama. penelitian yang dilakukan dari Pritchard, Flenady, Woodgate (2001) menyatakan SaO2 pada kelompok preoksigenasi lebih tinggi daripada kelompok yang tidak memperoleh hiperoksigenasi. 20

Pasien yang mengalami masalah pada sistem pernapasan terutama iritasi kronis pada saluran pernapasan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel-sel globet penghasil mucus/lendir sehingga dapat meningkatkan jumlah mucus pada pasien yang mengalami masalah sistem pernafasan oleh karena itu sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir. Saskatoon (2010), mengatakan bahwa komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan penghisapan lendir salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Maggiore et, al. (2013), tentang efek samping dari penghisapan lendir ETT salah satunya adalah dapat terjadi penurunan kadar saturasi oksigen lebih dari 5%. Sehingga pasien yang menderita penyakit pada sistem pernapasan akan sangat rentan mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang signifikan pada saat dilakukan tindakan penghisapan lendir.dalam hal ini diperlukan tindakan hiperoksigenasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan suction, hiperoksigenasi diberikan dengan cara menggunakan kantong resusitasi manual atau melalui ventilator dan dilakukan dengan meningkatkan aliran oksigen, biasanya sampai 100% sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Menurut hasil penelitian dan teori maka pada pasien dengan alat bantu nafas atau ventilator mekanik biasanya terjadi penumpukan mucus di daerah bronkus dan alveoli, intervensi yang efektif adalah dilakukannya suctioning. Suctioning mempunyai dampak menurunkan saturasi oksigen, karena pada proses penghisapan bukan hanya lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran pernafasan juga ikut terhisap. Dalam hal ini hiperoksigenasi sangat penting pada prosedur penghisapan lendir atau suctioning. Hiperoksigenasi mampu meningkatkan saturasi oksigen atau bisa membuat saturasi oksigen tersebut stabil atau berada pada nilai yang sama pada proses sebelum penghisapan. Analisis efektifitas hiperoksigenasi pada jenis kelamin laki- laki sebanyak 9 pasien (90%) saturasinya 95-100% dan hanya 1 pasien (10%) yang kurang dari 95%. Pada jenis kelamin perempuan sebanyak 10 pasien (100%) saturasinya 95-100%. Hal ini sesuai dengan proses suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik di ICU Rs. Husada Utama Surabaya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan tindakan hiperoksigenasi pada proses suctioning. Hasil menunjukkan terjadi peningkatan kadar saturasi oksigen dari responden yaitu adanya selisih nilai kadar saturasi oksigen sebesar 5%. Selain itu dari hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test pada responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dimana nilai p- value = 0,001 (α < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima yang artinya hiperoksigenasi efektif pada prosedur suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik di ICU Rs. Husada Utama Surabaya. Penelitian yang dilakukan oleh Maggiore et, al. (2013), tentang Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice, dimana 46,8% responden mengalami penurunan saturasi oksigen dan 6,5% disebabkan karena tindakan suction. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan suction dapat menyebabkan terjadi penurunan kadar saturasi oksigen. Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik untuk menghindari hipoksemia akibat penghisapan dan harus digunakan pada semua prosedur penghisapan. Hal ini dikuatkan dengan penelitian dari Clark, Winslow, Tyler, dan White (1990). Saturasi Oksigen atau daya ikat Hb terhadap oksigen (afinitas) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1) Tekanan parsial oksigen di dalam arteri (PO2). Normal tekanan PO2 adalah 80-100 mmhg. Semakin tinggi PO2 dalam darah 21

maka daya ikat hemoglobin (saturasi oksigen) semakin tinggi pula. Sebaliknya jika konsentrasi PO2 rendah (hipoksemia) maka daya ikat Hb terhadap oksigen semakin rendah dan saturasi O2 mengalami penurunan. Dengan demikian, konsentrasi PO2 terhadap Hb berbanding lurus. Berdasarkan hasil penelitian responden di dapatkan hasil PO2 berkisar 112-180 mmhg maka daya ikat hemoglobin (saturasi oksigen) semakin tinggi. Konsentrasi PO2 dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya volume gas di dalam paru, cukup tidaknya ventilasi alveolus (tidal volume / menit volume), fraksi oksigen (FiO2) yang diberikan, keadaan difusi dan perfusi antara alveolus dengan membrane (V/Q), usia seseorang dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen (status asam basa dalam darah) usia responden 10 orang (50%) berusia 41-60 tahun, 6 orang (30%) berusia 61-80 tahun, 4 orang (20%) berusia 21-40 tahun. 2) Suhu tubuh, suhu tubuh mempengaruhi afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Hipertermi mengakibatkan tingginya metabolisme dalam sel sehingga oksigen lebih cepat berdifusi ke dalam plasma ketimbang dengan Hb. Dengan demikian semakin tinggi suhu tubuh akan semakin mudah pelepasan oksigen dari Hb. Pada hasil penelitian ini di dapatkan suhu pasien berkisar 36-39,7 pasien tidak ada yang mengalami hiportermi. 3) Asam Basa, normal PH darah adalah 7,35 7,45. Asam basa dalam darah mempengaruhi pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin. Keadaan asidosis (PH rendah) mengakibatkan afinitas Hb terhadap O2 menurun sebaliknya alkalosis (PH tinggi) mengakibatkan afinitas Hb terhadap O2 meningkat. Pada hasil penelitian ini didapatkan hasil PH darah 17 pasien 7,3-7.4 dan 3 pasien alkalosis yaitu 7,5. PCO2 tinggi (asidosis respiratorik) mengakibatkan penurunan afinitas Hb Sebaliknya PCO2 rendah (alkalosis respiratorik) menyebabkan afinitas Hb terhadap O2 meningkat dan lebih sedikit O2 berikatan dengan plasma. Dalam hal ini masih banyak pasien yang PH dalam darahnya normal. 4) 2-3-diphosphoglycrate (2-3- DPG) adalah subtansi sel darah merah yang mempengaruhi daya ikat Hb terhadap oksigen. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan 2-3-DPG diantaranya hipoksia kronis, anemia dan hipertiroid. Sedangkan situasi yang dapat menurunkan diantaranya hipotirois dan transfuse darah yang multiple. Peningkatan konsentrasi 2-3-DPG akan mengakibatkan penurunan afinita Hb terhadap O2 sehingga lebih banyak ikatan oksigen terjadi di dalam plasma dan kurva bergeser ke kanan. Dalam hal ini pada penelitian tidak didapatkan pasien dengan hipoksia kronis, anemia, hipertiroid, hipotirois dan transfuse darah yang multiple. Menurut hasil penelitian dan teori pasien dengan alat bantu ventilator mekanik yang dilakukan hiperoksigenasi pada proses suctioning terbukti mampu bertahan dan juga meningkat. Mengingat tindakan suction ini dapat menyebabkan bahaya, maka sangat diperlukan kewaspadaan dini, kepatuhan melakukan tindakan suctioning sesuai dengan SPO yang benar dan keterampilan yang baik bagi petugas kesehatan yang melakukan tindakan tersebut, terlebih khusus bagi tenaga perawat. Selain itu juga melihat data penunjang lain sperti Po2, Suhu Tubuh, Asam Basa, dan 2-3 DPG dimana apakah pasien ada riwayat hipoksia kronis, anemia, hipertiroid, hipotirois dan transfuse darah yang multiple. Sebab tanpa adanya hal-hal tersebut, dapat memberikan dampak yang buruk bagi pasien yang dirawat. Salah satunya bisa terjadi penurunan kadar oksigen dan jika petugas kesehatan/perawat tidak peka terhadap masalah yang muncul bisa mengakibatkan pasien mengalami gagal nafas bahkan sampai kepada kematian. KESIMPULAN Hiperoksigenasi efektif pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik di ICU Rs. Husada Utama Surabaya. 22

DAFTAR PUSTAKA Clark AP, Winslow EH, Tyler DO, White. (1990) Effects of endotracheal suctioning on mixed venous oxygen saturation and heart rate in criticallyill adults. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/2211166 Hudak, C. M., & Gallo, B.M. 1998). Critical Care Nursing : a holistic approach. Philadelpia : JB. Lippincott. Kozier, B., & Erb, G. (2002). Kozier and Erb s Techniques in Clinical Nursing 5 th Edition. New Jersey: Pearson Education. Kozier & Erb. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC Maggiore, S.M. et al,. (2013). Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice. Continuing Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597. Pritchard M, Flenady V, Woodgate P. (2001). Preoxygenation for tracheal suctioning in intubated, ventilated newborn infants.http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pubmed/11686960 Saskatoon Health Region Authority (SHRA). (2005), June. Suctioning Artificial Airways in Adults. Paper presented at the RN and LPN Learning Package, Saskatoon, SK. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddarth s Textbook of Medical Surgical Nursing 10 th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Timby, B. K. (2009). Fundamental Nursing Skill and Concepts. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. 23