EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nyeri yang mengganggu, dan hilangnya fungsi dari jaringan. Inflamasi ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah mempunyai tanaman obat yang telah dibuktikan kemanjurannya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengetahuan pemanfaatan tanaman bagi kesehatan merupakan warisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 132 jenis, Jawa 29 jenis, Kalimantan 138 jenis, Sulawesi 86 jenis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam penelitian ini, akan diuji aktivitas antiinflamasi senyawa turunan benzoiltiourea sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satunya adalah tanaman tanaman yang sebagian besar berkhasiat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. sensitivitas terhadap nyeri. Ekspresi COX-2 meningkat melalui mekanisme

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ulkus yang terdapat di mukosa mulut merupakan lesi oral yang umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. Selain pohonnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat luas pada masa sekarang. Berbagai contoh penyakit yang berhubungan

Gambar 1.1. Struktur molekul asam salisilat dan turunannya (Gringauz, 1997 ). O C OH CH 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulserasi peptik. Mukus gaster disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa gaster

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

30,90%; heksil format 4,78%; derivat monoterpen teroksigenasi (borneol 0,03% dan kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (kamfen 0,04%,

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

Uji Aktivitas Antiinflamasi dari Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica L) terhadap Tikus Wistar Jantan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

5/7/2012. HM Bakhriansyah, MD., M.Sc., M.Med.Ed Bagian Farmakologi PSPD FK UNLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lamk) terhadap Tikus Wistar Jantan

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Transkripsi:

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Oleh: KENDRI SRI YULIATI K 100 060 193 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah inflamasi atau radang. Inflamasi memiliki angka kejadian yang cukup tinggi, dimana inflamasi dapat disebabkan oleh trauma fisik, infeksi maupun reaksi antigen dari penyakit; seperti terpukul benda tumpul dan infeksi bakteri pada luka terbuka (timbulnya nanah pada luka) yang dapat menimbulkan nyeri dan dapat mengganggu aktivitas (Noer dan Wasradji, 1996). Pengobatan yang selama ini dilakukan pada umumnya menggunakan obat-obatan modern yang tidak menutup kemungkinan memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dikembangkan penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan (Santoso, 1996). Kulit kacang tanah yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, ternyata mempunyai beberapa kandungan kimia yang bermaanfaat bagi kesehatan. Kandungan kimia dari kulit kacang tanah antara lain luteolin, eriodictyol, dan 5,7- dihydroxychromone (De Lucca et. al., 1987). Luteolin banyak terdapat pada kulit kacang tanah yang telah masak, sedangkan eriodictyol lebih banyak terdapat pada kulit kacang tanah yang belum masak (Daigle et. al., 1988). Luteolin merupakan flavonoid tanaman yang berpotensi sebagai antiinflamasi secara in vitro dan in vivo (Chen et. al., 2007). Luteolin (flavon) mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan memodulasi ekspresi gen proinflammatory seperti siklooksigenase-2

(COX2), menginduksi nitric oxide synthase dan sitokin (Kim et. al., 2004). Luteolin secara oral dapat digunakan pada kondisi alergi, inflamasi kronik (pernapasan, gastrointestinal, tulang), arterosklerosis dan gangguan vaskuler lainnya. Luteolin pada penggunaan luar dapat digunakan untuk alergi kulit/inflamasi dan pencegahan kanker kulit (Anonim, 2007). Kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) mengandung senyawa luteolin seperti terurai di atas maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) mempunyai aktivitas antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang telah diinduksi karagenin. Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan informasi tambahan mengenai manfaat penggunaan kulit kacang tanah sebagai salah satu obat alami yang berkhasiat sebagai antiinflamasi atau anti radang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang muncul adalah apakah ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang telah diinduksi dengan karagenin 1%? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tikus putih jantan galur Wistar yang telah diinduksi dengan karagenin 1%.

D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) a. Sistematika tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) Kerajaan Divisi Sub Divisi Kelas Bangsa Suku Marga : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Leguminales : Papilionaceae : Arachis Jenis : Arachis hypogaea L. (Anonim, 2000). b. Nama lain kacang tanah (Arachis hypogaea L.) Nama daerah dari kacang tanah (Arachis hypogaea L.), antara lain; Sumatera: Aneu kacang (Aceh), Kacang kembili (Batak), Kacang suuk (Sunda), Kacang prol (Jawa), Kacang aduk (Madura), Kacang tanah (Bali) (Heyne, 1987). c. Kegunaan di masyarakat Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki banyak manfaat bagi manusia, kacang tanah digunakan secara tradisional sebagai obat sakit sendi, aprodisiak, pencahar, obat bermacam-macam pendarahan dan leukemia (Ozora et. al., 2006).

d. Kandungan kimia Biji kacang tanah mengandung lemak (40-50%), protein (27%), karbohidrat, lesitin, kolin, vitamin (A, B, C, D, E, dan K), mineral (kalsium, klorida, besi, magnesium, fosfor, kalium, sulfur) dan asam amino (Anonim, 2000). Kulit kacang tanah mengandung luteolin, eriodictyol, dan 5,7-dihydroxychromone (De Lucca et. al., 1987). 2. Inflamasi Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap serangan bahan infeksi, antigen atau hanya cedera fisik. Selama proses inflamasi terjadi perubahan patofisiologi yaitu aliran darah menuju tempat terjadinya inflamasi meningkat, permeabilitas dari pembuluh darah meningkat, jumlah leukosit meningkat yang dimulai oleh neutrofil kemudian makrofag dan limposit keluar dari pembuluh darah menuju jaringan di sekitar tempat inflamasi yang selanjutnya bergerak ke tempat cedera di bawah pengaruh stimulus kemotaksis (Noer dan Wasradji, 1996). Lima ciri khas inflamasi dikenal dengan tanda-tanda utama inflamasi, adalah kemerahan (eritema) terjadi akibat adanya sel darah merah yamg terkumpul pada daerah cedera jaringan, panas (kolor) terjadi karena bertambahnya pengumpulan darah dan dimungkinkan juga adanya pirogen (substansi yang menimbulkan demam), pembengkakan (udem) akibat merembesnya plasma sel ke dalam jaringan intestinal pada tempat cedera, nyeri (dolor) terjadi karena pelepasan mediator-mediator nyeri (histamin, kinin, dan prostaglandin) dan hilangnya fungsi (function laesa) karena adanya gangguan nyeri dan penumpukan cairan (Kee dan Hayes, 1996).

Dua tahap inflamasi adalah tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular berkaitan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler yang menyebabkan substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan pergi menuju ke tempat cedera. Tahap lambat terjadi ketika leukosit menginfiltrasi jaringan inflamasi (Kee dan Hayes, 1996). Selama berlangsungnya inflamasi banyak mediator yang dilepaskan secara lokal antara lain: histamin, kinin dan postaglandin (Wilmana dan Gan, 1995). Histamin merupakan mediator pertama dalam proses inflamasi, menyebabkan dilatasi arteriol dan meninggikan permeabilitas kapiler sehingga cairan dapat meninggalkan kapiler dan mengalir ke dalam cedera. Kinin seperti bradikinin juga meningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri. Prostaglandin menyebabkan bertambahnya vasodilatasi, permeabilitas kapiler, nyeri dan demam. Obatobatan untuk inflamasi seperti obat-obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dan steroid (preparat kortison) menghambat mediator-mediator kimia sehingga mengurangi proses inflamasi (Kee dan Hayes, 1996). Inflamasi dapat dibagi menjadi inflamasi akut dan inflamasi kronik. Inflamasi akut yaitu antigen yang menginduksi proses inflamasi dapat dieliminasi, sehingga proses ini berhenti. Antigen yang menginduksi proses inflamasi kronik, tidak dapat dieliminasi karena antigen tersebut bertambah banyak atau karena mekanisme protektif tidak mampu mengeliminasi antigen tersebut. Proses inflamasi berlanjut menjadi kronik dan seringkali menyebabkan destruksi yang irreversibel pada jaringan (Santoso, 1996).

3. Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS) Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Obat antiinflamasi non steroid memiliki sifat rangkap analgetik dan antiinflamasi, sehingga pada kasuskasus penyakit sistem otot dan tulang merupakan pilihan utama dalam mengatasi gejala nyeri dan inflamasinya (Anonim, 2003). Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya (Anonim, 1993). Obat antiinflamasi non steroid menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi endoperoksid terganggu. Setiap obat antiinflamasi non steroid menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim siklookigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2. Aktivitas COX-1 di mukosa lambung menghasilkan prostaglandin yang bersifat sitoprotektif. Siklooksigenase-2 ini diinduksi berbagai stimulus inflamator, termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan (growth factors). Tromboksan A 2, yang disintesis trombosit oleh COX-1, menyebabkan agregasi trombosit, vasokonstriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin (PGI 2 ) yang disintesis oleh COX-2 di endotel makrovaskular melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit, vasodilatasi, dan efek anti-proliferatif (Wilmana dan Gan, 1995).

Trauma/luka pada sel Gangguan pada membran sel Fosfolipid Dihambat kortikosteroid Enzim fosfolipase Asam arakidonat Enzim lipooksigenase Hidroperoksid Enzim siklooksigenase Dihambat obat AINS (seperti aspirin) Endoperoksid PGG 2 /PGH Leukotrin PGE 2, PGF 2, PGD 2 Tromboksan A Prostasiklik Gambar 1. Biosintesis Prostaglandin (Wilmana dan Gan, 1995) Inhibisi sintesis prostaglandin dalam mukosa lambung sering menyebabkan kerusakan gastrointestinal (dispepsia, mual, dan gastritis).. Inhibisi COX-2 diduga bertanggungjawab untuk efek antiinflamasi OAINS, sementara inhibisi COX-1 bertanggung jawab untuk toksisitas gastrointestinalnya (Neal, 2007). Kedua prostaglandin tersebut berfungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif, sehingga penghambatan COX-1 dapat menyebabkan tukak lambung (Wilmana dan Gan, 1995). Obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu: 1. Golongan asam karboksilat a. Derivat asam fenamat (asam mefenamat, meklofenamat)

b. Derivat asam propionat (asam tiaprofenat, fenbufen, fenoprofen, flurbiprofen ibuprofen, ketoprofen, naproksen) c. Derivat asam salisilat (aspirin, benorilat, diflunisal, salsalat) d. Derivat asam fenilasetat (diklofenak, fenklofenak) e. Derivat asam asetat-inden/indol (indometasin, sulindak, tolmetin) 2. Golongan asam enolat a. Derivat pirozolon (azapropazon, fenilbutazon, oksifenbutazon) b. Derivat oksikam (piroksikam, tenoksikam) (Wilmana dan Gan, 1995). 4. Diklofenak Diklofenak adalah derivat sederhana dari phenylacetic acid (asam fenilasetat) yang menyerupai flurbiprofen dan meclofenamate. Obat ini adalah penghambat cyclooxygenase yang relatif non selekif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat. Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik yang biasa. Obat-obat ini cepat diserap sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavailabilitas sistemiknya hanya antara 30-70% karena metabolisme lintas pertama. Obat ini mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Klirens empedu bisa mencapai 30% dari klirens total (Katzung, 2002). Diklofenak merupakan inhibitor siklooksigenase, dan potensinya jauh lebih besar daripada indometasin, naproksen, atau senyawa lain (Goodman dan Gilman, 2007). 5. Karagenin Karagenin merupakan suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari Chondrus crispus. Mekanisme aksi karagenin dalam menimbulkan radang

yaitu dengan merangsang lisisnya sel mast dan melepaskan mediatormediator radang yang dapat mengakibatkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eksudasi dinding kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang akibatnya terjadi pembengkakan pada daerah tersebut (Hamor, 1996). Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan Nurulita, 2005). E. Landasan Teori Kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) mengandung luteolin, eriodictyol, dan 5,7-dihydroxychromone (De Lucca et. al., 1987). Luteolin banyak terdapat pada kulit kacang tanah yang telah masak (Daigle et. al., 1988). Luteolin merupakan flavonoid tanaman yang berpotensi sebagai antiinflamasi secara in vitro dan in vivo (Chen et. al., 2007). Luteolin (flavon) mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan memodulasi ekspresi gen proinflammatory seperti siklooksigenase-2, menginduksi nitric oxide synthase dan sitokin (Kim et. al., 2004). F. Hipotesis Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diduga mempunyai efek antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksis karagenin 1%.