Kardiwinata, et.al Vol. 1 No. 1 : 50-54

dokumen-dokumen yang mirip
PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

UNIVERSITAS UDAYANA KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA IDA AYU LAKSMI UTAMI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, Salma Maroef *) '4B STRACT

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANGGOTA SEKAA TERUNA TERUNI TENTANG PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI DESA KESIMAN

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota Bitung

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA

ANALISIS KASUS KEMATIAN IBU BERDASARKAN PENDEKATAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN PENERAPAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

Factors Associated with Rabies Dog Vaccination Practices in Bebandem

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

Meike C. Pangemanan John Hein Goni

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA SERTA PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN ALASAN LANSIA TIDAK BERPARTISIPASI DALAM POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYANGAN BULAN DESEMBER 2013-JANUARI

ABSTRAK. Rechta Antartika Pembimbing: Felix Kasim, dr., M.Kes

SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG BALI TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HEPATITIS B DAN IMUNISASI HEPATITIS B SERTA JADWAL PEMBERIAN VAKSINASINYA PADA BAYI DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian di seluruh dunia akibat rabies mencapai kisaran jiwa, terbanyak di daerah pedesaan Afrika

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

tertentu, pengetahuan dapat menjadikan seseorang mampu melakukan perubahan

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA WABAH RABIES DI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012

Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DALAM PENGOBATAN TB PARU DENGAN STRATEGI DOTS PADA PUSKESMAS DI KOTA LANGSA

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di. Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

KATA PENGANTAR. Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS XI DAN XII TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN Oleh : LASTRI DIYANI S

T E S I S. Oleh PARUHUM TIRUON RITONGA /IKM

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA JALANAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : LORA INVESTISIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Karakteristik Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu terhadap Penyajian Makanan yang Aman di Kompleks Johor Indah Permai pada Tahun 2011.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Transkripsi:

SISTEM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI SALAH SATU HEWAN PENULAR RABIES PADA PENDERITA RABIES DI PROVINSI BALI TAHUN 2011 Made Pasek Kardiwinata*, I Made Sutarga, I Made Subrata, Ni Luh Putu Suariyani PS IKM FK Universitas Udayana *Email: pkardiwinata@yahoo.com ABSTRACT The number of cases of dog bites in the province of Bali has been a rise high enough. 2009, the number of dog bites 21 806 bite, the amount of gain VAR as many as 18 825 people, as many as 27 people died. October 16, 2010 the number of bites as much as 44 629 bites, which get the VAR as many as 38 982 people, as many as 62 people died. According Disnak (2010) maintance system of dog conducted by the Balinese tend to be untied so the dogs are freely to enter and out of the house. An objective to be achieved in this study was to determine the system of dog maintance which is one of the animals transmi ing rabies (HPR) in patients with rabies in Bali. The study design used was descriptive cross-sectional. The population in this study were all patients who die from the bite of HPR in Bali in 2010-2011, the sample was part of the patient population rabies recorded in Bali Provincial Health Office in 2010-2011 with a porpusive sampling technique People with rabies who had HPR were 35.4%, HPR which were not given VAR about 63.6%, and mostly were detachable cages. The reason of had dogs were to guard the house and hobbyists. Dogs that bite the sample were not known who were the owner / wild, so a er the bite were not known its existence, it is difficult to observe, there were also death but were killed only a small part due to illness It showed that the mantaince system of dog were not good. The results of this study can be used as a reference to the stakeholders in order to prevent disease, especially rabies in dogs and the maintenance system. Future studies on rabies vaccination coverage in dogs and the prevention model in order to reduce the incidence of rabies in the Bali. Keyword: HPR, Rabies, Bali PENDAHULUAN Penyakit rabies adalah penyakit infeksius akut yang disebabkan oleh virus rabies (Aksono,2007), penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis selalu diakhiri dengan kematian, sebesar 40% dari seluruh kematian dari orang-orang yang digigit oleh hewan tersangka rabies adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Anjing merupakan penyebab dari 99% kematian rabies pada manusia (WHO, 2010). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, di Indonesia rabies menelan korban jiwa lebih dari 90 orang dengan CFR 100% (Disnak Provinsi Bali, 2008). Provinsi Bali merupakan daerah tertular baru dengan penyakit rabies, dulunya secara historis belum pernah terjangkit rabies, kemudian ditemukannya kasus kematian akibat rabies sebanyak 4 kasus sehingga dinyatakan sebagai daerah KLB rabies oleh Pemerintah Provinsi Bali yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian pada 1 Desember 2008 (Kepmen Pertanian, 2008). Kasus rabies di Bali pertama kali muncul di Kabupaten Badung pada bulan Oktober tahun 2008 akibat gigitan anjing, sampai tahun 2010 seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Bali telah dinyatakan sebagai status daerah yang terinfeksi rabies, dengan jumlah kematian sampai September 2010 sebanyak 94. Kasus gigitan anjing di Provinsi Bali cukup tinggi yaitu pada tahun 2008 jumlah gigitan sebanyak 1.103, mendapatakan 50 Indonesian Journal of Public Health

Arc. Com. Health Juli 2012 ISSN: 9772302139009 VAR sebanyak 266 dan meninggal dunia 5 orang, tahun 2009 jumlah gigitan 21.806, mendapatkan VAR sebanyak 18.825 orang, meninggal dunia 27 orang sedangkan sampai tanggal 16 Oktober 2010 jumlah gigitan sebanyak 44.629 gigitan, mendapatkan VAR sebanyak 38.982 orang, meninggal dunia 62 orang (Dinkes Prov. Bali 2010) Kegiatan yang dilakukan selama ini oleh sektor peternakan berfokus pada hewan penular rabies yang dilakukan dengan cara memberi vaksinasi, eleminasi, observasi hewan tersangka rabies, dan sosialisasi kepada masyarakat. Pelaksanaan vaksinasi oleh Dinas Peternakan Kabupaten Badung bekerjasama dengan kelompok penyayang binatang BAWA (Bali Animal Welfare Association), sedangkan eliminasi dilaksanakan secara selektif dengan cara melakukan eliminasi di daerah tertular rabies dan mengeliminasi hewan tersangka rabies yang menunjukkan gejala klinis. (Disnak Badung, 2010). Menurut Kepala Kesehatan Hewan Kabupaten Badung peran masyarakat relatif rendah dalam program pencegahan rabies, hal ini ditandai dengan sistem pemeliharaan anjing yang masih dilepas oleh pemilik anjing (Disnak Badung, 2010). sistem pemeliharaan anjing, status vaksinasi, pengetahuan tentang rabies, pengalaman memelihara anjing, asal anjing memiliki asosiasi positif terhadap kejadian rabies (M.Kamil, dkk, 2003). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian sistem HPR pada penderita rabies di Provinsi Bali. METODE Rancangan penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional, mengenai sistem pemeliharaan HPR, pencarian pengobatan, status vaksinasi pada penderita rabies di Bali. Populasi penelitian seluruh penderita yang meninggal oleh karena gigitan HPR di Bali tahun 2010-2011, sampelnya adalah total sampling yaitu penderita yang tercatat di Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun tahun 2010-2011 sejumlah 32 penderita, pemilihan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria penelitian dan diambil secara porpusive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Bali, waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan April September 2011. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner terstruktur yang telah divalidasi. Data dianalisis secara deskriptif. HASIL Vol. 1 No. 1 : 50-54 Berdasarkan karakteristik, penderita rabies di Bali lebih banyak terjadi pada laki - laki yaitu 59,4%, kelompok umur tertinggi terjadi pada lansia yaitu 40,6%. Berdasarkan wilayan kabupaten/ kota, kasus rabies tertinggi terjadi di Badung dan Karangasem yaitu masing - masing sebesar 31,3%, kemudian Denpasar, Gianyar, dan Klungkung masing - masing sebesar 12,5%. Berdasarkan Tingkat pendidikan, paling tinggi lulusan SMA/MA sebesar 28,1% penderita. Penderita rabies yang terjadi di Provinsi Bali lebih banyak tidak bekerja, hal ini dapat dilihat dari ketegori pekerjaan, sebesar 31,3 % penderita rabies tidak memiliki pekerjaan (didominasi oleh anak-anak dan remaja). Tabel 1. Karakteristik Penderita Rabies di Provinsi Bali Karakteristik Penderita Frekuensi Jenis Kelamin Laki laki 19 59,4 Perempuan 13 40,6 Kelompok Umur Anak-anak 3 9,4 Orang muda/ Remaja 4 12,5 Dewasa 12 37,5 Lansia 13 40,6 Karakteristik Penderita Frekuensi Alamat (Kabupaten/Kota) Badung 10 31,3 Denpasar 4 12,5 Gianyar 4 12,5 Karang Asem 10 31,3 Klungkung 4 12,5 Pekerjaan Pedagang 5 15,6 Pegawai Swasta 9 28,1 Pelajar 4 12,5 Petani 1 3,1 PNS 1 3,1 Tidak Bekerja 10 31,3 Buruh 2 6,2 Indonesian Journal of Public Health 51

Berdasarkan kepemilikan HPR, 34,4 % penderita rabies memiliki HPR, HPR yang dimiliki atau dipelihara dengan alasan untuk menjaga rumah, sekedar hobi, sayangnnya dalam sistem pemeliharaan masih dilepas keluar masuk halaman rumah yaitu 45,4%, 27,3% dilepas hanya di halaman rumah, hanya sebagian kecil saja yaitu 18,2% diikat, dan 9,1% dikandangkan. Berdasarakan HPR yang menggigit, sebagian besar HPR yang menggigit tidak diketahui pemiliknya (liar) yaitu 46,9 %. Tabel 2. Kepemilikan HPR dan status Gigitan Kepemilikan HPR Frekuensi Kepemilikan HPR Ya 11 34,4 Tidak 21 65,6 HPR yang Menggigit Milik sendiri 7 21,9 Milik orang lain 10 31,3 liar/ tidak diketahui pemiliknya 15 46,9 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 11 penderita yang memelihara HPR, sebagian besar HPR yang dipelihara tidak diberikan VAR yaitu 63,6% HPR. Tempat pemberian VAR dilakukan di pos hewan milik pemerintah dan ada bukti peneng pada HPR yang telah diberikan VAR. PEMBAHASAN Penderita rabies yang memelihara HPR yaitu 35,4, HPR yang dipelihara sebagian besar tidak diberikan VAR yaitu 63,6%, tidak dikandangkan dilepas keluar masuk rumah dibiarkan berkeliaran bebas. Alasan memelihara anjing adalah untuk penjaga rumah dan sekedar hobi. Kondisi HPR yang tidak dipelihara dengan baik, liar atau diliarkan merupakan suatu kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah endemis rabies. HPR liar atau yang diliarkan dapat saling menggigit satu sama lainnya, apabila salah satu yang menggigit tersebut positif (+) rabies, maka akan terjadi kasus kasus positif (+) rabies yang semakin tinggi (Malahayati, 2009), senada dengan Darmawan (2009) menyatakan bahwa anjing peliharaan yang merupakan salah satu HPR juga merupakan faktor yang berperan dalam kasus gigitan, hal ini dapat terjadi bila HPR yang dipelihara tidak sesuai dengan prosedur pemeliharaan, disisi lain masih rendahnya cakupan vaksinasi (VAR) kurang dari 70% berdapak terhadap lemahnya imunitas HPR sehingga menyebabkan semakin meningkatkan penularan rabies di masyarakat, senada dengan Kamil dkk (2003) menyatakan bahwa sistem pemeliharaan HPR yang dilepas keluar masuk halaman rumah memberikan peluang yang lebih besar terjangkit rabies dibandingkan HPR yang diikat. Sistem pemeliharaan HPR yang selalu dilepas berkeliaran sepanjang waktu akan memberikan peluang kontak yang lebih besar dengan HPR liar yang terinfeksi rabies. Penelitian ini juga menunjukan bahwa HPR yang tidak diberikan vaksinasi kemungkinan besar akan terjangkit rabies daripada HPR yang telah divaksinasi. Menurut Tioho (2009) yang memegang perannan penting terkait dengan tingginya kasus gigitan HPR pada manusia adalah adalah kepemilikan, cara pemeliharaan, dan status vaksinasi HPR yang kurang baik (Tioho, 2009). Raperda Provinsi Bali tentang penanggulangan rabies di Bali dinyatakan adanya peran serta masyarakat dalam penanggulangan rabies, dalam rancangan tersebut peran masyarakat khususnya yang memiliki hewan penular rabies diantaranya adalah melakukan pemeliharaan hewan penular rabies secara baik, vaksinasi, pembatasan kepemilikan hewan penular rabies, melaporkan korban gigitan hewan penular rabies, melaporkan dan menangkap hewan penular rabies yang menggigit. Selain itu disebutkan juga tentang cara pemeliharaan hewan penular rabies yang baik yaitu setiap pemilik hewan penular rabies harus memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan hewannya, memiliki kartu registrasi hewan, 52 Indonesian Journal of Public Health

Arc. Com. Health Juli 2012 ISSN: 9772302139009 memvaksinasi hewannya secara berkala dengan vaksin rabies, memiliki tanda bukti vaksinasi, memelihara hewannya di dalam rumah atu di dalam pekarangan rumah, mengandangkan/mengikat hewannya agar tidak berkeliaran di jalan - jalan umum dan tempat - tempat umum, serta memakai alat pengaman apabila membawa hewan keluar dari pekarangan rumah (Raperda Prov. Bali, 2009), hasil penelitian ini belum sesuai dengan hasil raperda tersebut karena masih tingginya HPR liar atau diliarkan di Bali. Data akurat mengenai populasi HPR tidak ada hal ini merupakan salah satu kendala dalam pemberantasan rabies, apabila tidak dilakukan penertiban HPR liar atau yang diliarkan, maka rabies dapat berkembang secara luas di Bali. Ada baiknya pihak terkait rutin memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit dalam upaya pencegahan penyakit rabies yang lebih menekankan pada pemilik HPR untuk lebih memperhatikan HPR peliharaannya dengan cara mengikat dengan rantai, atau mengandangkannya, memberangus muncongnya bila hendak dibawa keluar rumah, dan memberiakn VAR sebanyak 1-2 kali dalam setahun serta memberiakan bukti VAR. Untuk mencapai keberhasilan vaksinasi dibutuhkan vaksin yang berkualitas baik, tersedia dalam jumlah cukup dan tetap waktu pendistribusiannya. SIMPULAN Penderita rabies yang memelihara HPR yaitu 35,4%, HPR yang dipelihara sebagian besar tidak diberikan VAR yaitu 63,6%, tidak dikandangkan dilepas keluar masuk rumah dibiarkan berkeliaran bebas. Hasil penelitian ini sebagai acuan untuk (1) mencegah penularan rabies di masyarakat dengan penekanan pada sistem pemeliharaan HPR yang baik dengan cara mengandangkan, tidak meliarkan, menvaksinasi, eleminasi selektif, (2) untuk penelitian selanjutnya mengenai cakupan dan kelengkapan vaksinasi rabies pada HPR, serta pebuatan model pencegahan. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan selesainya penelitian ini, perkenankan saya mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. dr Pt. Ayu Swandewi Astuti selaku ketua PS IKM FK Unud yang telah membantu dalam pendanaan, fasilitas dalam pnyelesaian penelitian ini. 2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, beserta staf yang telah memberikan kesempatan dalam mengambil data skunder dan membantu kelancaran penelitian ini 3. Temen sejawat di Bagian Epidemiologi, dan segenap civitas akademika PS IKM FK Unud, atas kerja keras dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu. DAFTAR PUSTAKA Vol. 1 No. 1 : 50-54 Akoso, BT. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Rabies Penyakit Menular pada Hewan dan Manusia. Yogyakarta : Kanisius Departemen Pertanian RI. 2010. Situasi Daerah Tertular Rabies di Indonesia, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Available: h p: //www.keswan.ditjennak.go.id/ statusdaerah.php (accessed : 2010, 19 November) Depkes RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Program Penanggulangan. Dirjen P2 dan PL Departemen Kesehatan RI : Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. 2010. Laporan Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit. Dikes Kabupaten Badung, Badung Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2010. Laporan Bidang P2PL Seksi Bimbingan dan Pengendalian Penyakit. Dikes Provinsi Bali, Denpasar Dinas Peternakan Kabupaten Badung. 2010. Laporan Bidang Kesehatan Hewan. Disnak Badung, Badung Hiswani, 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies.Fakultas Kesehatan Masyarakat, Indonesian Journal of Public Health 53

USU. Available : h p://library.usu.ac.id/ pdf Lawnga, S.K and Lameshow, S. Sample Size Determination in Health Studies. World Health Organization. Malahayati, E. 2009. Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing terhadap Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009. Skripsi. Univeritas Sumatera Utara : Medan. Available: h p://repository.usu.ac.id/pdf (accessed : 2010, 18 August) Raperda Prov.Bali, 2009. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 15 Tahun 2009 Tentang Penanggulangan Rabies. Bali Surat Kepu. tusan Menteri Pertanian Nomor : 1637.1/Kpts/PD.640/12/2008 tentang Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Anjing Gila (Rabies) di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tioho, Hanna. 2009. Implementasi Kebijakan Pemberantasan Rabies di Provinsi Sulawesi Utara, Tesis, UGM, Yogyakarta.Available: h p://etd.ugm.ac.id WHO. 2010. The Journal Rabies-Bulletin-Europe. Information Surveillance Report. Vol 32:2 Available : h p://www.who-rabiesbulletin.orgjournal( accessed : 2011, 1 January) 54 Indonesian Journal of Public Health