Ketentuan GSB samping

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

Rencana Tahapan Pelaksanaan Siklus PLPBK Lanjutan. Kelurahan Baru Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat KAMPUNG GLINTUNG GO GREEN KOTA MALANG

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini

BAB III: DATA DAN ANALISA

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB III ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember Studio Perencanaan Kota 2014 EXECUTIVE SUMMARY

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Indikator Konten Kuesioner

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

KELURAHAN SELINDUNG BARU

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GAMBARAN UMUM DESA DONOROJO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS KELURAHAN PUCANGSAWIT, KEC. JEBRES KOTA SURAKARTA

Transkripsi:

3. KLB berubah sesuai dengan perubahan nilai KDB, dengan ketentuan Tinggi Bangunan tetap. (KLB=KDB x Jml. Lantai/100). Ketentuan GSB samping Ketentuan khusus untuk GSB samping adalah berikut ini: 1. Luas kaveling < 250 m 2, tidak disyaratkan sempadan samping maupun belakang, namun harus memperhatikan bukaan untuk sirkulasi udara; 2. Luas kaveling 250 1.000 m 2, tidak disyaratkan sempadan samping namun disyaratkan adanya sempadan belakang. Bila berlantai lebih dari 2 lantai, maka lantai ketiga dan seterusnya disyaratkan mempunyai sempadan/jarak antar bangunan, minimal 1,5 m; dan 3. Luas kaveling > 1.000 m 2 sesuai tabel GSB, namun pada daerah dengan intensitas tinggi, sempadan samping hanya ditetapkan untuk lantai ketiga dan seterusnya. 3.3. Konsep Penataan Kawasan Prioritas 3.3.1. Kriteria Kawasan Prioritas Kawasan prioritas pada lokasi PLPBK adalah kawasan yang dipilih untuk diprioritaskan penangananpermasalahan lingkungan permukimannya terutama dalam upaya pengentasan kemiskinan melaluipembangunan fisik kawasan. Kawasan prioritas ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut : Kawasan yang memiliki persoalan-persoalan fisik yang mendesak untuk ditangani. Kawasan yang mengalamipenurunan kualitas lingkungannya sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup penghuninya. Kawasan strategis yaitu kawasan yang memiliki potensi sumberdaya lokal yang lebih tinggi dibandingkankawasan lainnya dan apabila potensi tersebut didayagunakan, diperkirakan dapat membangkitkanperkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi kelurahan. Kawasan berpotensi atau rawan bencana alam. Bedasarkan pertimbangan di atas, penentuan dalam penetapan kawasan prioritas penanganan pada lokasiplpbk yaitu di Kelurahan Limbangan Wetan dilakukan dengan menggunakan analisis skoring dan pembobotan sesuai dengankriteria yang ditetapkan dan disepakati. Analisis skoring dan pembobotan yang dilakukan didasarkan padapermasalahan yang muncul yang ada di Kelurahan Limbangan Wetan. Kriteria penilaian yang ditetapkan dalam penentuan kawasan prioritas adalah: a. Tingkat kepadatan b. Tingkat Kekumuhan c. KK miskin 3.3.2. Penentuan Kawasan Prioritas Berdasarkan kesepakatan warga dengan meninjau dan menganalisis hasil temuan pemetaan swadaya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Maka diperoleh kawasan prioritas sebagai berikut: No Tabel Kawasan Prioritas Perencanaan PLPBK Limbangan Wetan Prioritas 1 Kawasan Prioritas I 2 Kawasan Prioritas II 3 Kawasan Proritas III 4 Kawasan Prioritas IV Lokasi RW 5 Dan Sebagian RW 2 Bantaran Sungai Sigeleng Kawasan Perdagangan dan Jasa Pantura, Pasar RW 4 dan sebagian RW 5 5 Kawasan Prioritas V RW 6 6 Kawasan Proritas VI 7 Kawasan Prioritas VII Sebagian RW 2 dan RW 3 RW 1 dan Sebagian RW 2 8 Kawasan Prioritas VIII RW 7 dan RW 8 Sumber: Hasil Rembug Warga, 2014 Luas (Ha) 3,92 2,97 2,72 8,66 6,78 6,41 2,76 25,18 Keterangan Kawasan Prioritas I dipilih di RW 5 dan sebagian RW 2 karena merupakan lokasi PAKUMIS terbanyak dan merupakan daerah rawan bencana banjir Kawasan prioritas II di fokuskan untuk penataan bantaran sungai Sigeleng karena urgensi permasalahan lingkungan sungai dan potensi pengembangan ekonomi warga Kawasan Prioritas III difokuskan pada Kawasan Pantura karena merupakan Lokasi Strategis kelurahan Kawasan Prioritas IV dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena sebagai lokasi UKM dan warga Rawan Pakumis Kawasan Prioritas V dipilih di RW 6 karena sebagai lokasi warga PAKUMIS terbanyak kedua Kawasan PrioritasVI dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena sebagai lokasi Sentra UKM dan warga Rawan Pakumis Kawasan Prioritas VII dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena sebagai lokasi Sentra UKM dan warga Rawan Pakumis Kawasan PrioritasVIII dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena kondisinya sudah cukup baik 35

3.3.3. Analisis Konsep Penataan Ruang Perkembangan tata ruang Kelurahan Limbangan wetan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam wilayah itu sendiri (internal faktor) dan dari luar wilayah (eksternal faktor). Faktor internal meliputi perkembangan yang terjadi di sekitar kawasan permukiman dan beberapa kawasan pendukung lainnya. Dengan adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat maka membutuhkan juga ruang untuk lahan permukiman maupun lahan pendukung lainnya. Sedangkan ruang terbuka (pekarangan yang belum terbangun) yang tersedia di kawasan permukiman persentasenya sangat kecil, sehingga kawasan tersebut nantinya akan menjadi padat. Kecerendungan arah perkembangannya akan terpola linier dan memusat pada kawasan tertentu. Seperti halnya kawasan di sepanjang Jl. Gajahmada yang merupakan yang pada saat ini peruntukan lahannya untuk perdagangan dan jasa, maka arah perkembangannya menjadi kawasan cepat berkembang. Kawasan di Jalan Gunung jati juaga diarahakan untuk kawasan campuran. Sedangkan faktor eksternal dipengarui oleh aktivitas transportasi maupun fasilitas publik lainnya. Aktivitas transportasi yang sangat potensial ini sangat mendukung perubahan ketataruangan yang ada di kawasan perencanaan, sehingga dengan adanya arah kecerendungan ini dapat dianalisis untuk merencanakan pembangunan di masa depan. Konsep pengembangan tataruang kawasan perencanaan dalam upaya peningkatan potensi dan memberikan solusi tehadap permasalahan, yaitu dengan merencanakan sejak dini dengan perencanaan berbasis masyarakat. Untuk itu dilakukan perencanaan dalam upaya pengembangan dan revitalisasi kawasan perencanaan dengan penekanan penataan lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas lingkungan termasuk di dalamnya adalah perencanaan sistem infrastruktur kawasan. 36

3.3.4. Analisis dan Konsep Penataan Infrastruktur A. Analisis dan Konsep Penataan Jaringan Jalan Jaringan jalan/transportasi di kawasan perencanaan terbagi dalam kelas jalan arteri sekunder, lokal sekunder dan jalan lingkingkungan/gang. Kelas jalan yang ada terdiri dari: Arteri Sekunder : Jalan Gajah Mada Lokal Sekunder : Jalan Gunung Jati, Jalan Raden Patah B. Analisis dan Konsep Penataan Jaringan Drainase Jaringan drainase di kawasan perencanaan mengalami kendala cukup signifikan. Variabel yang mempengaruhi adalah topografi relatif datar, pembuatan saluran drainase secara parsial, kepentingan pribadi atau kelompok dan perilaku dalam merawat saluran drainase. Perencanaan sistem drainase di lingkungan kawasan prioritas, yaitu dengan mengatur air larian dan normalisasi saluran saluran yang ada serta pembangunan saluran. Adapun kondisi permasalahan saluran drainase, sebagai berikut: Lingkungan : Seluruh Jalan perumahan dan gang di Limbangan wetan Konsep Perencanaan dan pengembangan jaringan jalan mempertimbangkan faktor tata hijau (penghijauan di sepanjang jalan), penataan sistem pendukung (jaringan pipa air, listrik, penerangan jalan, pedestrian) dan sistem sirkulasi (lalu lintas) kendaraan. Dengan demikian akan terjadi perubahan dimensi dan elemen pelengkap jalan. a. Jalur Pedestrian Kondisi jalan utama di kawasan perencanaan (jalan Gajah Mada, Jalan Gunung Jati, Jalan Raden Patah) yang berpotensi sebagai jalur pengembangan kapasitas jalan dan fungsi akan meningkat di masa yang akan datang. Pedestrian Ways atau jalur pejalan kaki ini sangat vital. Bentuknya berupa trotoar atau paving blok yang dirancang secara manusiawi yang datar serta dilengkapi dengan pohon peneduh, sehingga lingkungan menjadi lebih nyaman kemudian khusus untuk Jalan Gunung jati dipadukan dengan pengembangan kuliner dan RTH sehingga membentuk Citywalk. Jalur pedestrian di kawasan perencanaan sudah ada, namun kondisinya kurang baik karena kurangnya tata hijau/pohon-pohon yang menaungi para pejalan kaki, sehingga pejalan kaki merasa tidak nyaman dan aman jika menggunakan jalur pedestrian. Potensi adanya jalur pedestrian ini dapat membentuk image kawasan dan adanya kesatuan visual di dalam kawasan, selain itu juga mendukung konsep wisata belanja dengan interaksi antara penjual dan pembeli yang berjalan kaki. Arahannya adalah dengan peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan pedestrian sehingga menarik sebanyak mungkin orang untuk berjalan kaki di sekitar kawasan. 37

C. Analisis dan Konsep Penataan Jaringan Air Bersih Sumber utama air bersih untuk konsumsi warga kelurahan limbangan wetan berasal dari PDAM Kabupaten Brebes, selain itu terdapat pula sumber air bersih dari sumur bor maupun dangkal. Secara umum, kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan mengalami permasalahan, yaitu kurang tingkat distribusi jaringan dan kondisi air sumur yang tidak layak minum. Dengan adanya permasalahan tersebut penataan dalam bidang penyediaan air bersih akan memperluas jaringan yang ada dengan konsep perluasan jaringan di sepanjang jalan sebagai jaringan distribusi air. Perluasan jaringan air bersih ini akan dapat melayani kebutuhan masyarakat. Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: 1. Penyediaan kebutuhan air bersih Penyediaan air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain dengan ketentuan yang berlaku, dalam memenuhi kebutuhan air bersih di lingkungan perumahan masyarakat. Apabila telah tersedia sistem jaringan penyediaan air bersih, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman. Sistem jaringan air bersih yang ada sebaiknya di tanam dalam tanah, sedangkan pipa yang berada di atas tanah sebaiknya ada plindungnya atau menggunakan bahan baku yang berkualitas agar tahan lama. 2. Penyediaan air bersih melalui kran umum satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; radius pelayanan maksimum 100 meter; kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari dan; ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan Tata cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. a. melengkapi sarana penanggulangan kebakaran berlingkup lingkungan, tapak maupun bangunan; b. dalam lingkungan-lingkungan perumahan, sekolah dan perkantoran, tidak diperkenankan adanya bangunan-bangunan yang digunakan untuk usaha yang mempunyai potensi kebakaran, seperti bengkel, tempat las, penjual bensin eceran, penjual bahan kimia, tempat-tempat yang menggunakan tenaga uap air, gas bertekanan tinggi, dan generator listrik; c. lingkungan perumahan dan lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi hidran atau sumur gali atau reservoir kebakaran. Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter dari jalan lingkungan harus dilengkapi hidran tersendiri. Ketentuan Penyediaan hidran kebakaran : 1. untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter; 2. untuk daerah perumahan jarak antarakran maksimum 200 meter; 3. jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter; 4. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diteruskan membuat sumur-sumur kebakaran dan; 5. perencanaan hidran kebakaran mengacu pada Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung. D. Analisis dan Konsep Pengamanan kebakaran Rencana sistem jaringan pengaman kebakaran untuk koridor perencanaan berupa penempatan hidran pada lokasi-lokasi yang kegiatannya berpotensi menimbulkan kebakaran. Rencana sistem pengamanan kebakaran pada koridor perencanaan adalah sebagai berikut: 38

E. Analisis dan Konsep Penataan Sarana Lingkungan Permukiman Sarana permukiman yang ada berupa fasilitas umum dan publik, misalnya sarana pendidikan, peribadatan dan sebagainya. Kondisi sarana lingkungan yang ada di kawasan perencanaan dapat dikatakan tidak begitu menjadi permasalahan yang signifikan, sehingga konsep penataan yang ada perlu adanya pengembangan fasilitas pendukung lainnya yang sangat dibutuhkan dalam kawasan tersebut, misalnya jumlah dari bak sampah, fasilitas pendukung warung dan kios maupun fasilitas pendidikan yang ada. Untuk itu juga perlu adanya pengoptimalan sarana yang ada dalam fungsi maupun kondisi fisiknya, apabila diperlukan dilakukan rehabilitasi sarana yang sudah dianggap tidal layak pakai dengan pertimbangan tertentu. F. Analisis dan Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di dalam kawasan perencanaan terdapat dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka hijau dan non hijau. Ruang terbuka hijau dapat diidentikkan dengan pekarangan/lapangan yang belum terbangun. Ruang terbuka non hijau termasuk didalamnya jalan dengan perkerasan tertentu. Didalam ruang terbuka hijau juga masih dibagi dalam ruang terbuka hijau privat dan publik. Ruang privat adalah ruang milik perorangan, misalnya halaman rumah yang ditanami berbagai tanaman. Sedangkan ruang publik terbuka publik merupakan ruang hijau yang difungsikan untuk fasiitas publik, misalnya ruang terbuka hijau berbentuk pekarangan besar, ruang terbuka hijau dalam bentuk pekarangan, ruang terbuka di area kawasan perdagangan (sebagian besar berfungsi untuk area parkir sebagai fasilitas pendukung aktifitas perdagangan), lapangan, taman dan sejenisnya. Pengembangan tata ruang hijau di dalam kawasan perencanaan : Diarahkan sebagai ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi sebagai taman kawasan, taman bermain anak dalam kapasitasnya sebagai salah satu bagian pembentuk keseimbangan lingkungan ruang terbuka yang berfungsi untuk sosialisasi, lapangan olahraga atau taman umum; tata hijau menerus di jalur pejalan kaki, peneduh di setiap kapling dengan jarak sekitar 5m, jenis yang dipilih sesuai kriteria; tata hijau pada jalur pedestrian jalan utama dibedakan antara tanaman pengarah dengan jarak 15 meter, serta pohon peneduh dengan jarak 10-15 meter (di antara pohon pengarah); tata hijau pada jalur pedestrian jalan inspeksi sungai berupa pohon peneduh (dengan jarak 10-15 meter dan tanaman pot yang mengandung unsure aroma terapi (melati, mawar, dll). Tata hijau pada kawasan hunian yaitu dengan menyediakan minimal 5 pot tanaman bunga uintuk menciptakan kawasan hunian yang nyaman dan asri. G. Analisis dan Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal Kegiatan ekonomi masyarakat yang didominasi sektor perdagangan dan jasa di sepanjang penggal jalan Gajah Mada dan lokasi home industri, misalnya telor asin, bandeng presto, sanggul, peternakan itik dan hasil pertanian bawang merah, serta sektor perdagangan kecil. Adapun permasalahannya dominasi sektor perdagangan berdampak pada pertumbuhan usaha kecil di wilayah hunian, sehingga timbul aktifitas campuran dalam kawasan hunian yang tentunya berdampak pada permasalahan lingkungan nantinya, sehingga diperlukan penataan kawasan campuran yang menitik beratkan pada sektor perdagangan dan jasa di jalan Gajah Mada dan Gunung Jati serta pengembangan blok hunian dengan meningkat. Sedangkan pengembangan ekonomi yang ada di pusat lingkungan permukiman diarahkan untuk memperkuat fungsi home industri untuk menembus perekonomian kawasan yang mempunyai karakter kuat serta menguatkan kapasitas pelaku yang terlibat langsung Arahan pengembangan dalam meningkatkan perkonomian masyarakat : Penyediaan showroom produk home industri yang berpotensi menjadikan Limbangan Wetan sebagai kawasan sentra UKM Sistem urban farming (pemanfaatan pekarangan dan lahan sisa yang ada dengan tanaman yang memiliki nilai ekonomi seperti cabe, bawang, markisa dll) di lingkungan permukiman penduduk. Adanya kegiatan ekonomi bersama dalam memasarkan hasil produksi yang di kelola secara mandiri oleh masyarakat. Meningkatkan perekonomian masyarakat berupa pemberian modal usaha, pelatihan ketrampilan dll. 39

3.3.5. Konsep Branding kawasan LIMBANGAN WETAN: KARTIPURA KAwasan kreatif PantURA Secara makna, Karti/Kerti berarti perilaku baik atau arif sedangkan Pura berarti Kota. Jadi Kartipura bermakna Limbangan Wetan diharapkan menjadi Kawasan Permukiman Kota yang memiliki masyarakat berbudi pekerti baik/arif dalam mengelola lingkungannya. 3.4. Analisis Segmentasi Kawasan 3.4.1. Kawasan Segmen 1 Lokasi kawasan segmen 1 berada pada wilayah RW 03 di lokasi RT 03, Karakteristik wilayah yang melekat adalah kawasan home industri, permukiman, campuran serta perdagangan dan jasa. Arahan konsep pada segmen 1 ini adalah : Perbaikan dan normalisasi saluran untuk memperlancar arah aliran air di beberapa titik wilayah. Penataan RTH dan pot tanaman hias di beberapa jalan lingkungan dan di jalan Gunung jati 2 untuk memperindah kawasan dan menciptakan kesan lingkungan yang asri. Pembangunan gorong-gorong di beberapa titik guna memperlancar arah aliran air. Menciptakan karakteristik kawasan melalui seni mural dengan memanfaatkan dinding hunian permukiman penduduk untuk mendukung estetika kawasan. Pembuatan gapura gang untuk mendukung dan menciptakan identitas kawasan. Perbaikan rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin untuk menciptakan hunian dan pola hidup yang sehat Peningkatan Kapasitas SDM dengan pelatihan ketrampilan UKM terkait dan inovasi dan kreatifitas produk UKM Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih danpola hidup sehat 3.4.2. Kawasan Segmen 2 Lokasi kawasan segmen 2 berada pada wilayah RW 03 di lokasi RT 05, Karakteristik wilayah yang melekat adalah kawasan permukiman serta perdagangan dan jasa. Arahan konsep pada segmen 2 ini adalah : Perbaikan dan normalisasi saluran untuk memperlancar arah aliran air di beberapa titik wilayah. Penataan RTH dan pot tanaman hias di beberapa jalan lingkungan untuk memperindah kawasan dan menciptakan kesan lingkungan yang asri. Pembangunan gorong-gorong di beberapa titik gunan memperlancar arah aliran air. Pembuatan gapura gang untuk mendukung dan menciptakan identitas kawasan. Peningkatan fasilitas sarana PAUD berupa penyediaan taman bermain Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih danpola hidup sehat 3.3.3. Kawasan Segmen 3 Lokasi kawasan segmen 3 berada pada wilayah RW 03 di lokasi RT 01, 02, 04, Karakteristik wilayah yang melekat adalah permukiman serta perdagangan dan jasa. Arahan konsep pada segmen 3 ini adalah : Perbaikan dan normalisasi saluran untuk memperlancar arah aliran air di beberapa titik wilayah. Penataan RTH dan pot tanaman hias di beberapa jalan lingkungan dan di jalan Raden Patah untuk memperindah kawasan dan menciptakan kesan lingkungan yang asri. Pembangunan gorong-gorong di beberapa titik gunan memperlancar arah aliran air. Pembuatan gapura gang untuk mendukung dan menciptakan identitas kawasan. Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih danpola hidup sehat 40

41

42

43

44

45