Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

dokumen-dokumen yang mirip
Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image 1 (10) (2012) Geo Image.

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PESISIR DI KABUPATEN BREBES UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) ANALISIS SPASIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BREBES BAGIAN TENGAH

Metode Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai alternatif penggunaan,

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

Kata kunci : Kesesuaian lahan, Padi gogo, Lahan kering.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK IDENTIFIKASI WILAYAH POTENSIAL TAMBAK UDANG DI KABUPATEN BREBES

Keywords: Landslide Potency, the Damage and Loss Assessment, Land Conservation Guideline, Geography Learning

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat)

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

TINGKAT KERAPATAN DAN POLA PEMETAAN TANAMAN PEKARANGAN DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PEMUKIMAN DI KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Edu Geography

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: Esti Sarjanti 1 dan Sigid Sriwanto 2

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Edu Geography

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

TOMI YOGO WASISSO E

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Transkripsi:

Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL Samrotul Rizqiyah Suroso, Sriyanto Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima Januari 2015 Disetujui Februari 2015 Dipublikasikan Maret 2015 Keywords: Aquaculture Ponds, Balance of land. Kecamatan Kaliwungu terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kendal yang memiliki potensi perikanan tambak. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat menentukan lokasi tambak yang sesuai. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya perikanan tambak di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Populasi dalam penelitian ini adalah semua satuan lahan di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan beberapa satuan lahan yang ada, penentuan titik lokasi sampel berdasarkan tenik Purposive area sampling. Penelitian ini menggunakan analisis metode overlay dan scoring. Hasil analisis spasial menunjukkan penyebaran kelas lahan untuk budidaya tambak adalah : 1) Kelas Sesuai untuk Budidaya Tambak (S1), luasnya 2861,059 ha dengan persentase 59,83%. 2) Kelas Cukup Sesuai untuk Budidaya Tambak (S2), luasnya 1720,249 ha dengan persentase 35,97%. 3) Kelas Tidak Sesuai untuk Budidaya Tambak (N), luasnya 200,807 ha dengan persentase 4,20%. Saran sebagai rekomendasi berdasarkan analisis yang diteliti kawasan kelas sesuai untuk budidaya tambak berada di daerah yang memiliki penggunaan lahan seperti kebun, sawah, tegalan. Untuk kelas cukup sesuai ini penggunaan lahannya sebagian besar ada di wilayah sawah, pemukiman, hutan rawa, hutan pantai, dan kebun. Sedangkan kawasan kelas tidak sesuai penggunaan lahannya berada di pertambangan, pemukiman, dan kebun. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang lokasi untuk budidaya tambak yang berada di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Penegakkan peraturan pemerintah mendukung kelancaran budidaya tambak dan ketersediaan sarana dan prasarana produksi untuk budidaya tambak. Abstract Subdistrict Kaliwungu located in coastal areas that have the potential Kendal fishing pond. With the existence of this study it is expected to determine the appropriate location of the pond. The aim of the study was to determine the suitability of land for aquaculture ponds in District Kaliwungu Kendal. The population in this study were all land units in District Kaliwungu Kendal. Samples were taken by some of the existing land units, determining the location of sampling points based tenik purposive sampling area. This study uses an overlay method of analysis and scoring. The results of the spatial analysis shows the distribution of land classes for aquaculture are: 1) Class Suitable for Aquaculture Pond (S1), the extent of 2861.059 ha with percentage 59.83%. 2) Class Quite Suitable for Aquaculture Pond (S2), the extent of 1720.249 ha with percentage 35.97%. 3) Class Not Suitable for Aquaculture Pond (N), the extent of 200.807 ha with percentage of 4.20%. Suggestions as recommendations based on the analysis of the studied region corresponding class for aquaculture are in areas that have land use such as gardens, fields, moor. Quite appropriate for this class of land use largely in the area of rice fields, residential, swamp forest, coastal forest, and garden. While not appropriate class neighborhood located in the mining land use, settlement, and gardens. Further research needs to be done on location for aquaculture in Sub Kaliwungu Kendal. Enforcement of regulations to support the smooth aquaculture and the availability of facilities and infrastructure for aquaculture production. Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com 2015 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6285 1

PENDAHULUAN Kecamatan Kaliwungu terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kendal yang memiliki potensi perikanan tambak. Kekurang cermatan dalam menentukan lokasi tambak dan tingkat pengelolaan tambak, selain merupakan pemborosan yang besar, juga dapat mempengaruhi produksinya. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan budidaya diantaranya kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya tidak tepat. Kesesuaian lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses perkiraan tingkat kecocokan potensi sumber daya lahan untuk penggunaan budidaya tambak di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal dengan menggunakan parameter yang diperlukan. Sedangkan pengertian tambak disini menurut Anggoro (1983) menyatakan bahwa tambak merupakan suatu ekosistem perairan di wilayah pesisir yang dipengaruhi oleh teknis budidaya, tata guna lahan dan dinamika hidrologi perairan di sekitarnya. Untuk pengertian dari budidaya tambak itu merupakan kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan serta meningkatkan mutu biota akuatik di dalam suatu kolam, dan agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan dipelihara (Effendi, 2003). Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya perikanan tambak yang ada di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi terhadap kesesuaian lahan yang sudah direncanakan, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah kesesuaian lahan di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal selain itu sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Kendal dalam mengambil kebijakan khususnya dalam kesesuaian lahan tambak di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), untuk dapat mengevaluasi kesesuaiahan lahan untuk tambak secara biofisik diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ikan yang dibudidayakan dalam tambak tersebut. faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, jarak dari sungai, dan jarak tambak dari garis pantai. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah semua satuan lahan lingkup di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan beberapa satuan lahan yang ada, penentuan titik lokasi sampel berdasarkan tenik Purposive area sampling. Satuan lahan dalam penelitian ini adalah kondisi fisik di wilayah pesisir Kecamatan Kaliwungu yang merupakan kenampakan lahan yang diperoleh dari hasil overlay (tumpang susun) antara peta peta jenis tanah, curah hujan, jarak dari sungai, jarak dari garis pantai, dan penggunaan lahan yang terwujud dalam satuan lahan pemetaan yaitu sebanyak 62 satuan lahan pemetaan. Pada daerah penelitian areanya berdasarkan satuan lahan dan dari setiap satuan lahan diambil satu sampel. Dalam penelitian ini sampel yang diambil berdasarkan jenis tanah karena sangat berpengaruh dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan, curah hujan, jenis tanah, jarak dari sungai dan jarak dari garis pantai. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu dilakukan guna mengumpulkan data skunder dari instansi terkait untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian, pengukuran dan uji lapangan, dan metode wawancara. Pengelolaan pemetaannya meliputi: Peta Administrasi, Peta Jarak dari Sungai, Peta Jenis Tanah, Peta Penggunaan Lahan, Peta Curah Hujan, Peta Jarak dari Garis Pantai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode overlay dan metode skoring atau 2

pengharkatan. Overlay yaitu metode tumpang susun merupakan sistem penanganan data dalam elevasi lahan dengan cara manual, yaitu dengan tumpang susun dengan menggabungkan beberapa peta yang memuat informasi yang diisyaratkan atau dengan persyaratan yang dikehendaki dalam karakteristik lahannya. Langkah awal kerangka kerja adalah dengan pemetaan suatu lahan. Peta satuan lahan diperoleh dari Peta Jarak dari Sungai, Peta Jenis Tanah, Peta Penggunaan Lahan, Peta Curah Hujan, dan Peta Jarak dari Garis Pantai. Analisis tumpang susun (overlay) untuk memperoleh tingkat kesesuaian lahan budidaya tambak didasarkan pada kriteria (Pantjara et, 2006). Penentuan kelas kesesuaian lahan mengacu pada hasil perhitungan dari pendekatan overlay model,ini digunakan untuk mempermudah melihat ringkasan data melalui pengelompokan datadata ke dalam tabel, nilai untuk masing-masing kelas kesesuaian yaitu : S1 =3, S2=2, dan N=1, (Modifikasi dari Hardjowigeno (2001) dan Wibowo (2004)). Metode scoring yaitu nilai lahan menurut kegunaan, manfaat atau fungsi yang dapat dijalankanya. Maka harkat lahan berkaitan dengan mutu lahan. Harkat lahan merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung, akan tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir. oleh karena harkat lahan selalu berkenaan dengan penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat baik untuk, misalnya pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk penggunaan lain, misalnya permuki-man atau kawasan industri. Penilaian kesesuaian dapat di buat secara mutlak atau nisbi. Tabel 1. Tabel Bobot kesesuaian lahan budidaya tambak No Kriteria Bobot 1 Tekstur Tanah 20 2 Jenis Tanah 20 3 Curah Hujan (mm/tahun) 15 4 Penggunaan Lahan 10 5 Jarak dari sungai (m) 5 6 Jarak dari garis pantai (m) 5 Sumber : Modifikasi dari Hardjowigeno (2001) dan Wibowo (2004) Dapat pula dibuat berdasarkan keadaan lahan sekarang ( actual suitability ) atau berdasarkan keadaan lahan setelah diadakan pembenahan besar-besaran ( potential suitability ), yang mengubah ciri-ciri lahan secara sangat murad ( very significant ) dan cukup tetap dan hasil pengubahnnya dapat bertahan selama lebih dari 10. Metode pengharakatan lahan biasannya berbentuk sistem klasifikasi harkat lahan dengan struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang terendah perampatan kriteria pemilihan kelas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Kaliwungu berada di Kabupaten Kendal, terletak antara 6 59 0 sampai 6 55 0 LS dan 110 14 0 sampai 110 19 0 BT. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kaliwungu, secara Administratif wilayah penelitian berada pada wilayah administrasi tingkat Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, dengan batas administrasinya yaitu sebelah utara Laut Jawa, untuk sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kaliwungu Selatan, untuk sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Brangsong, serta sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang. Jarak ke Kota Kendal 7 km dan ke Kota Semarang 21 km. Kecamatan Kaliwungu merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa yaitu daerah Pesisir (BPS Kecamatan Kaliwungu dalam angka, 2011). 3

Tabel 2. Wilayah Administrasi Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal No Desa Luas (Ha) 1 Kumpulrejo 158,727 2 Karangtengah 151,763 3 Sarirejo 367,075 4 Krajankulon 222,289 5 Kutoharjo 219,947 6 Nolokerto 727,371 7 Sumberejo 794,542 8 Mororejo 1091,410 9 Wonorejo 1049,101 Jumlah 4782,115 Sumber Data: Kecamatan Kaliwungu Dalam Angka, 2011. Kecamatan Kaliwungu terdiri dari 9 desa, yaitu : Kumpulrejo, Karangtengah, Sarirejo, Krajankulon, Kutoharjo, Nolokerto, Sumberejo, Mororejo, dan Wonorejo. Kecamatan Kaliwungu memiliki luas wilayah sebesar 4782,115. Desa terluas Kecamatan Kaliwungu yaitu desa Mororejo dengan luas 1091,410 Ha, dan desa Wonorejo dengan luas 1049,101 Ha. Berdasarkan hasil penelitian Karakteristik tiap unit lahan berbeda satu dengan lainnya antara karakteristik lahan yang sesuai dengan daerah Perkebunan,maupun Pertanian pasti memiliki ciri khas yang berbeda dengan karakteristik lahan baik untuk kawasan lahannya setiap karakteristik lahan memiliki sifat / ciri khas yang bisa menunjukkan seberapa besar potensi lahan tersebut sesuai dengan peruntukkan kawasan tertentu. Kabupaten Kendal mempunyai areal budidaya tambak yang berada di 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kaliwungu, Brangsong, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, dan 4

Kota Kendal. Kecamatan Kaliwungu terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kendal yang memiliki potensi perikanan cukup tinggi. Budidaya di pesisir Kabupaten Kendal terhampar dalam jumlah besar, spesies yang telah berhasil dibudidayakan cukup banyak. Dalam penelitian ini nantinya hasilnya akan diketahui seberapa besar potensi lahan di wilayah Kecamatan Kaliwungu yang sesuai untuk digunakansebagai kawasan pertambakan dilihat dari para meter kesesuain lahan untuk tambak. Berikut ini penjelasan Analisis Kesesuaian Lahan di wilayah Kecamatan Kaliwungu dilihat dari Karakteristik lahan yang ada. Jenis tanah yang ada di daerah penelitian adalah jenis tanah Mediteran. Tanah ini mempunyai produktivitas sedang sampai tinggi. Daerah ini mempunyai mempunyai luas sebesar 1590, 792 ha. Tambak tidak bisa dilepaskan dari pasokan air secara kontinyu, oleh karena itu kedekatan lokasi pertambakan dari pantai akan menjadi pertimbangan utama. Semakin dekat lokasi pertambakan dari pantai, akan semakin mudah dalam pengambilan air laut, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk memasok air laut ke tambak menjadi lebih murah.jarak yang disarankan dijadikan lahan tambak adalah < 2000 meter dari garis pantai. Daerah ini memiliki luas sebesar 1.360,337 ha. Faktor kedekatan lokasi dari sungai untuk menjamin pasokan air tawar, hal ini juga akan membantu kelancaran budidaya pertambakan. Jarak yang sangat yang sesuai adalah 200 300 meter. Untuk Lokasi tambak yang terlalu dekat dengan pantai akan mempunyai salinitas yang tinggi. Iklim berkaitan dengan pengeringan dasar tambak secara berkala dengan tujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan organik. Karena itu diperlukan adanya bualn-bulan kering tertentu pada setiap tahun. Curah hujan tinggi sepanjang tahun tanpa bulan kering kurang cocok untuk tambak. Hujan terus menerus sepanjang hari selama beberapa minggu akan menurunkan suhu air tambak. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu rendah dan bualan kering yang terlalu panjang juga kurang baik untuk daerah pertambakan. Berdasarkan teori curah hujan yang baik untuk pertambakan adalah sekitar 1050 mm/th (Afrianto & Liviawaty, 1991) dengan bulan kering 2-3 bulan dan kawasan atau daerah yang baik yang memiliki curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Daerah Kecamatan Kaliwungu memiliki curah hujan <1500mm pertahunnya. Dalam klasifikasi curah hujan, <1500mm pertahun masuk dalam deskripsi rendah yaitu <1500mm per tahunnya. Penggunaan lahan sangat penting diketahui untuk penyusunan analisis kesesuaian lahan tambak. Dalam budidaya tambak dibutuhkan biaya yang sangat besar untuk mengkonversi menjadi lahan tambak. Lokasi tambak erat kaitannya dengan kualitas lingkungan yang secara langsung berpengaruh terhadap proses produksi. Lahan di Kecamatan yang paling banyak adalah sawah dengan luas 1716,640 ha, dan tambak dengan luas 1370,589 ha. Jarak dari sungai juga sangat mendukung dalam penentuan lokasi pertambakan karena lahan tambak akan membutuhkan masukan air tawar yang biasa didapatkan dari sungai. Dengan jarak yang masih dekat, maka untuk mendapatkan air tawar tidak membutuhkan biaya tetapi cukup dengan membuat aliran. Jarak yang sangat sesuai adalah 0-500 dengan luas 6319, 761 ha. Sedangkan antara 500-1000 meter dari sungai masih cukup sesuai tetapi harus didukung untuk mendapatkan air tawar. Untuk daerah yang jaraknya yang lebih 4000 meter tidak sesuai untuk pertambakan karena jaraknya yang terlalu jauh untuk mendapatkan air. Untuk jarak yang sesuai bersyarat adalah kurang dari 200 meter. Penggunaan lahan sangat penting diketahui untuk penyusunan analisis kesesuaian lahan tambak. Sawah, tambak, tegalan, belukar dan hutan pantai adalah contoh lahan yang cocok jika dikonversi menjadi lahan tambak (afrianto dan Liviawaty, 1991). Jumlah Pemilik dan luas Tambak di pesisir Kecamatan Kaliwungu 2011 yang ada di desa Mororejo dengan luas 629, 73 ha dan dengan jumlah pemilik tambak sebesar 5

270 orang dan di desa Wonorejo memiliki luas 819, 43 ha dan dengan jumlah pemilik tambak sebesar 258 orang, di dua desa tersebut merupakan penghasil ikan tambak baik bandeng atau udang dan merupakan komoditas andalan di desa tersebut( Sumber : Kecamatan Kaliwungu Dalam Angka, 2011). Hasil pemetaan Kesesuaian lahan untuk budidaya tambak pada penelitian ini menunjukkan ada 3 kelas kesesuaian di daerah penelitian berupa wilayah yang dinilai sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai. Sedangkan luasan masing-masing kelas kesesuaian lahan untuk budidaya tambak dijabarkan sebagai berikut: Tabel 3. Luas Lahan Berdasarkan Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tambak No Kesesuaian lahan Luas (Ha) 1 Sesuai 2861,059 2 Cukup Sesuai 1720,249 3 Tidak Sesuai 200,807 Jumlah 4782,115 Sumber : Analisis Peta Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tambak Di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Kondisi lahan di Kecamatan Kaliwungu bervariasi baik jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, jarak dari garis pantai, dan jarak dari sungai, maka diperoleh tiga kelas kesesuaian untuk lahan tambak yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Jenis tanah yang ada di daerah penelitian adalah jenis tanah Mediteran. Tanah ini mempunyai produktivitas sedang sampai tinggi. Daerah ini mempunyai mempunyai luas sebesar 1590, 792 ha. Tambak tidak bisa dilepaskan dari pasokan air secara kontinyu, oleh karena itu kedekatan lokasi pertambakan dari pantai akan menjadi pertimbangan utama. Semakin dekat lokasi pertambakan dari pantai, akan semakin mudah dalam pengambilan air laut, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk memasok air laut ke tambak menjadi lebih murah. Jarak yang disarankan dijadikan lahan tambak adalah < 2000 meter dari garis pantai. Daerah ini memiliki luas sebesar 1.360,337 ha. Faktor kedekatan lokasi dari sungai untuk menjamin pasokan air tawar, hal ini juga akan membantu kelancaran budidaya pertambakan. Jarak yang sangat yang sesuai adalah 200 300 meter. Untuk Lokasi tambak yang terlalu dekat dengan pantai akan mempunyai salinitas yang tinggi. Iklim berkaitan dengan pengeringan dasar tambak secara berkala dengan tujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan organik. Karena itu diperlukan adanya bualn-bulan kering tertentu pada setiap tahun. Curah hujan tinggi sepanjang tahun tanpa bulan kering kurang cocok untuk tambak. Hujan terus menerus sepanjang hari selama beberapa minggu akan menurunkan suhu air tambak. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu rendah dan bualan kering yang terlalu panjang juga kurang baik untuk daerah pertambakan. Berdasarkan teori curah hujan yang baik untuk pertambakan adalah sekitar 1050 mm/th (Afrianto & Liviawaty, 1991) dengan bulan kering 2-3 bulan dan kawasan atau daerah yang baik yang memiliki curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Daerah Kecamatan Kaliwungu memiliki curah hujan <1500mm per tahunnya. Dalam klasifikasi curah hujan, <1500mm pertahun masuk dalam deskripsi rendah yaitu <1500mm per tahunnya. Penggunaan lahan sangat penting diketahui untuk penyusunan analisis kesesuaian lahan tambak. Dalam budidaya tambak dibutuhkan biaya yang sangat besar untuk mengkonversi menjadi lahan tambak. Lokasi tambak erat kaitannya dengan kualitas lingkungan yang secara langsung berpengaruh terhadap proses produksi. Lahan di Kecamatan yang paling banyak adalah sawah dengan luas 6

1716,640 ha, dan tambak dengan luas 1370,589 ha. Jarak dari sungai juga sangat mendukung dalam penentuan lokasi pertambakan karena lahan tambak akan membutuhkan masukan air tawar yang biasa didapatkan dari sungai. Dengan jarak yang masih dekat, maka untuk mendapatkan air tawar tidak membutuhkan biaya tetapi cukup dengan membuat aliran. Jarak yang sangat sesuai adalah 0-500 dengan luas 6319, 761 ha. Sedangkan antara 500-1000 meter dari sungai masih cukup sesuai tetapi harus didukung untuk mendapatkan air tawar. Untuk daerah yang jaraknya yang lebih 4000 meter tidak sesuai untuk pertambakan karena jaraknya yang terlalu jauh untuk mendapatkan air. Untuk jarak yang sesuai bersyarat adalah kurang dari 200 meter. Daerah yang paling sesuai untuk dijadikan lahan tambak adalah daerah yang dekat dari sungai dan laut, hal ini akan mempermudah dalam perolehan air dan benih terutama benih yang berasal dari alam. Sawah, tambak, tegalan, belukar dan hutan pantai adalah contoh lahan yang cocok jika dikonversi menjadi lahan tambak (afrianto dan Liviawaty, 1991). Penggunaan lahan sangat penting diketahui untuk penyusunan analisis kesesuaian lahan tambak. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa satuan lahan pada wilayah penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan yang bervariasi meliputi kelas I, II, dan III. Masingmasing kelas tersebut memiliki kesesuaian lahan yang berbeda. Menurut hasil analisis di Kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal yang sesuai untuk pengembangan budidaya tambak. Hasil analisis spasial menunjukkan penyebaran kelas lahan untuk budidaya tambak adalah sebagai berikut: a. Kelas Sesuai untuk Budidaya Tambak (S1) Kawasan sesuai didefinisikan sebagai lahan yang dicirikan dengan tidak adanya faktor pembatas yang berarti, yaitu sebagian besar parameter fisik yang dikaji pada kawasan tersebut sesuai untuk budidaya 7 tambak, lokasi ini mempunyai luas sebesar 2861,059 ha dengan persentase 59,83%. Pada kawasan ini penggunaan lahan, jenis tanah, dan jarak dari sungai sangat mendukung lokasi kesesuaian lahan untuk tambak. Daerah dialiri oleh sungai yang mengalir dari arah selatan dan bermuara di Laut Jawa. Keberadaan sungai tersebut juga sangat ideal dan esensial terutama sebagai pensuplai kebutuhan air tawar sepanjang tahun. Kebutuhan air laut sebagai salah satu sumber pengairan utama dalam perencanaan pemanfaatan kawasan pelabuhan untuk budidaya tambak udang sangat diperlukan. Area ini tersebar di sebagian besar desa Wonorejo dan Mororejo, selebihnya tersebar beberapa desa yaitu desa Nolokerto, Sumberejo, Kutoharo, Krajan Kulon, Karang Tengah, Sarirejo dan kumpulrejo. b. Kelas Cukup Sesuai untuk Budidaya Tambak (S2) Kelas cukup sesuai sebagian besar terletak di daerah agak jauh dari pantai setelah kelas sangat sesuai, mulai dari batas kelas sesuai ke arah darat sampai batas kelas yang tidak sesuai. Penggunaan lahan kelas sesuai ini sebagian besar ada di wilayah pemukiman dan sawah Area kelas cukup sesuai lokasinya cukup banyak. Luas lokasi yang masuk dalam cukup sesuai sebesar 1720,249 ha dengan persentase 35,97%. Lokasi ini masih memungkinkan untuk dijadikan lahan tambak dengan jenis tanahnya yang mendukung keberadaan tambak, tetapi ada sedikit kendala dalam pengembangannya dibutuhkan masukan teknologi, misalnya seperti jarak yang terlalu jauh dari sungai atau pantai, untuk mendapatkan air biasanya menggunakan pompa air. Area ini tersebar di desa Wonorejo, Mororejo, Karangtengah, Nolokerto, Sumberejo, Kutoharo, Krajan Kulo, dan kumpulrejo, dan Sarirejo. c. Kelas Tidak Sesuai untuk Budidaya Tambak (N) Secara umum kawasan tidak sesuai didefinisikan sebagai lahan yang mempunyai faktor pembatas dengan tingkat sangat berat,

baik yang bersifat permanen maupun tidak permanen sehingga tidak mungkin untuk pengembangan usaha budidaya tambak udang yang lestari dan menguntungkan. Lokasi ini mempunyai luas sebesar 200,807 ha dengan persentase 4,20%. Faktor pembatas utama sebagai kawasan yang tidak sesuai untuk pengembangan budidaya tambak udang di kawasan ini adalah diketahui dari penggunaan lahannnya. Selain itu, pada kawasan- kawasan tertentu kategori tidak sesuai juga didasarkan pada jarak dari pantai yang terlalu jauh. Area ini tersebar di sebagian Desa Wonorejo, Mororejo, Kumpulrejo, Karang Tengah, Krajan Kulon, Kutoharjo, dan Sarurejo. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bagian depan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Parameter kesesuaian lahan tambak di kawasan pesisir Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, menunjukkan pengaruh yang nyata. Parameter kesesuaian lahan tambak di kawasan pesisir Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pembagian kelas kesesuaian lahan untuk budidaya perikanan tambak. Pembagiannya meliputi Kelas sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai. Untuk kawasan yang sesuai, lokasi ini mempunyai luas sebesar 2861,059 ha dengan persentase 59,83%.Area ini tersebar di sebagian besar Desa Wonorejo dan Mororejo. Luas lokasi yang masuk dalam cukup sesuai sebesar 1720,249 ha dengan persentase 35,97%. Lokasi ini masih memungkinkan untuk dijadikan lahan tambak tetapi dalam pengembangannya dibutuhkan masukan teknologi, area ini tersebar di sebagian Desa Wonorejo, Sarirejo, Karang Tengah, Nolokerto, Sumberejo, Kutoharjo, Krajankulon, Kumpulrejo, dan Mororejo. Sedangkan untuk Kawasan yang tidak sesuai mempunyai beberapa kendala dari penggunaan lahan dan jarak dari garis pantai. Lokasi ini mempunyai luas sebesar 200,807 ha dengan 8 persentase 4,20%. Area ini tersebar di sebagian Desa Wonorejo, Mororejo, Kumpulrejo, Sarirejo, Krajan Kulon, Kutoharjo dan Karangtengah. Analisis spasial data dengan overlay dan scoring pada masing-masing kelas tiap variabel pada tiap basis data peta memberikan kontribusi yang baik dalam penentuan klasifikasi kelas kesesuaian lahan tambak. DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta : Kanisius. Anggoro, S. 1983. Tropic Saprobic Analisis : Metode Evaluasi Kelayakan Lokasi Budidaya Biota Aquatic. Jurusan Ilmu Perairan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB, Bogor. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius,Yogyakarta. Hardjowigeno, S. Dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Perencanaan Lahan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Madah University Press Pantjara, B., E.A. Hendradjat & Utojo. 2006. Remediasi tanah dasar terhadap pertumbuhan rumput laut, Gracillaria verucosa di tambak tanah sulfat masam. Prosiding Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan : 278-285 2008. Panduan Bimbingan, Penyusunan, Pelaksanaan Ujian, dan Penilaian Skripsi Mahasiswa. UNNES Semarang. Wibowo, C. 2004. Hubungan Antara Keberadaan Saninten (Castanopsis argentea BLUME) dengan Beberapa Sifat tanah : Kasus di Taman Nasional Gunung Gede pangrango. Bogor : Fakultas Pascasarjana IPB.