85 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY TERHADAP KASUS DBD DI LHONG RAYA KECAMATAN BANDA RAYA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014 ANALYSIS OF DENSITY OF LARVAE OF AEDES AEGYPTI ON DENGUE FEVER IN LHONG RAYA, BANDA ACEH 2014 Nurul Fajri*, Marzuki**, Intan Liana*** Peminatan Kesling dan Peminatan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, 23245 fkm.unmuha@yahoo.com Abstrak: Demam Berdarah di Indonesia pada Tahun 2009, terdapat 158.912 kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang. Pada tahun 2009 di Provinsi Aceh yang terdiri dari 23 kabupaten/kota, angka Insiden Rate (IR) DBD sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan Case Fatility Rate (CFR) 1,90%. Berdasarkan laporan Puskesmas Tahun 2009 telah terjadi kasus DBD sebanyak 26 kasus di Kecamatan Banda Raya. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti ingin menganalisis hubungan antara Kepadatan Jentik nyamuk Aedes Aegypty terhadap Tersangka DBD di Gampong Lhong Raya Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh Tahun 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah yang ada di Gampong Lhong Raya Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh dengan jumlah populasi 429 rumah. Dengan sampel sebanyak 81 rumah, dan cara pengambilan sebagai responden dilakukan secara Proportional Sampling (proporsi) dengan menggunakan metode Sistematik Random Sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Juli sampai 11 Agustus 2014. Dari hasil analisis menggunakan chi-square test dengan CI = 95%, diperoleh dari semua variabel memiliki hubungan yang signifikan antara kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypty terhadap tersangka DBD di Gampong Lhong Raya yaitu, angka bebas jentik ( P Value = 0,025), kontainer indeks (P Value = 0,043), house indeks (P Value = 0,018), dan breteau indeks dengan (P Value = 0,022). Diharapkan kepada petugas kesehatan hendaknya dapat lebih giat dalam melakukan sosialisasi dan pendekatan dengan masyarakat dalam hal pemberantasan jentik nyamuk DBD, sehingga angka terjangkitnya penyakit DBD dapat diminimalisasikan. Kata Kunci: Jentik, DBD, Aedes aegypty Abstract: In 2009, Indonesia had 158.912 cases of Dengue Fever (DF) and 1.420 deaths because of DF. In the same year, Aceh Province had Insiden Rate (IR) of DF 12,4/100.000 peoplewithcase Fatility Rate (CFR) 1,90%. Based on Health Center report in 2009, there have been a total of 26 cases of DF in the subdistrict of Banda Raya. Based on these conditions, the researchers want to analyze the relationship between the densities of larva of the Aedes aegypti for suspected DF in Lhong Raya village in subdistrict of Banda Raya. This study was a descriptive analytic with cross sectional design. The population in this study was the whole house in the Lhong Raya village with a population of 429 houses. There were 81 houses as samples, and the systematic random sampling method was used to take respondents. The research was conducted on July 30 until August 11, 2014. The results of the analysis using the chi-square test with CI = 95%, obtained from all the variables had a significant relationship between the density of larvae of Aedes aegypti for DF in Lhong Raya village: the number of free larvae (P Value = 0.025), the container index (P Value = 0.043), house index (P Value = 0,018), and the Breteau index (P Value = 0.022). The health workers should be able to be more active in socializing and approaching to society to eradicate dengue larvae, so the numbers of dengue cases can be minimized. Keywords: Larvae, dengue fever, Aedesaegypty
Analisis Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypty Terhadap Kasus DBD..86 PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (heriditer). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan. Artinya kejadian dan penularan dipengaruhi salah satunya oleh faktor lingkungan, maka perlu dilakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 1 Penyakit DBD sampai abad ini masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan Control and Prevention) Amerika Serikat, setiap tahun di seluruh dunia terjadi 50 hingga 100 juta kasus Demam Dengue, dan ratusan ribu kasus DBD. Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah daerah yang mengalami dampak paling serius akibat penyebaran penyakit DBD. Sebelum Tahun 1970, hanya sembilan negara yang mengalami epidemi Demam Berdarah Dengue. Namun pada Tahun 1995, jumlahnya meningkat empat kali lipat. 3 Penyakit Demam Berdarah Dengue masih terdapat di banyak negara. Pada Tahun 2010 di Filipina terdapat kasus DBD sebesar 125.719 kasus, di Malaysia terdapat 45.165 kasus, di Laos terdapat 22.772 melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty, kasus, di Kamboja terdapat 12.347 kasus, dengan ciri demam tinggi mendadak dan di Singapura terdapat 5.185 kasus, serta disertai manifestasi perdarahan dan di Australia terdapat 1.027 kasus. 4 bertendensi menimbulkan renjatan ( shock) dan kematian (Ditjen PPM&PL, 2001). Sampai sekarang penyakit DBD belum Indonesia merupakan Negara kedua terbesar setelah Thailand dengan jumlah penderita dan tingkat kematian yang tinggi ditemukan obat maupun vaksinnya, akibat Demam Berdarah (WHO (2004) sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor. 2 dalam Ginanjar (2008)). Untuk wilayah Indonesia pada Tahun 2009, terdapat 158.912 kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang. Dengan demikian, Insiden Penyakit DBD pertama kali ditemukan Rate (IR) DBD pada Tahun 2009 adalah di Manila, Filipina Tahun 1953, selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Dalam 68,22 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,89%. Angka - perkiraan Pusat Pengendalian dan angka tersebut mengalami peningkatan Pencegahan Penyakit (Center For Diseases dibandingkan Tahun 2008 dengan IR
87 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 sebesar 59,02 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,86%. Meskipun CFR Tahun 2009 lebih tinggi dibandingkan tahun 2008, namun sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008, nampak adanya kecenderungan penurunan CFR. Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR per 100.000 penduduk. 4 Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypty. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat dalam wadah (kontainer) tempat penampungan air misalnya drum, bak mandi, gentong, ember, dan sebagainya, tempat penampungan air alamiah misalnya penyakit DBD didapatkan ABJ dengan kepadatan tinggi (>85%), sedangkan pada daerah kontrol didapatkan 12 kelurahan mempunyai ABJ dengan kepadatan tinggi dan sisanya 4 kelurahan mempunyai ABJ dengan kepadatan rendah (<85%). Dengan demikian dalam penelitian ini, tidak nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes Aegypty terhadap KLB penyakit DBD ( Fisher s exact probability test, p>0,05). Tetapi apabila besar sampel diperbesar dan daerah penelitian diperluas maka akan lebih nampak kepadatan vektor memiliki peran dalam terjadinya KLB penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti lubang pohon, daun pisang, pelepah daun sebelumnya yang menyatakan bahwa ke ladi, lubang batu ataupun bukan tempat semakin tinggi angka kepadatan vektor penampungan air misalnya vas bunga, ban akan meningkatkan risiko penularan bekas, botol bekas, tempat minum burung dan sebagainya (Soegijanto, 2004). Hasil survei Departemen Kesehatan RI di 9 kota besar di Indonesia pada Tahun 1986-1987 menunjukkan bahwa satu diantara tiga rumah maupun tempat umum ditempati jentik nyamuk Aedes Aegypty. 2 Data kepadatan vektor nyamuk Aedes penyakit DBD. 2 Provinsi Aceh yang terdiri dari 23 kabupaten/kota, angka Insiden Rate (IR) DBD sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan Case Fatility Rate (CFR) 1,90%. Dari jumlah kabupaten/kota tersebut empat diantaranya yaitu Kota Lhokseumawe, Kota Banda Aceh, Aceh Besar dan Aceh Barat Aegypty yang diukur dengan parameter Daya merupakan daerah endemis dan tetap Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya. dari Dinas Kesehatan Kota Mataram, Kota Banda Aceh menempati urutan menunjukkan bahwa pada 4 kelurahan tertinggi kedua dengan 593 kasus (25%) dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Analisis Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypty Terhadap Kasus DBD..88 DBD di Provinsi Aceh setelah Lhokseumawe. 5 Berdasarkan data dari laporan Puskesmas Banda Raya diperoleh informasi bahwa pada Tahun 2009 telah terjadi kasus DBD sebanyak 26 kasus di Kecamatan Banda Raya. Kejadian angka DBD tertinggi di Gampong Lamlagang dengan jumlah angka kejadian 13 kasus, dan meningkat mencapai 18 kasus (7%) pada Tahun 2010, sementara Gampong Lhong Raya terdapat 2 kasus pada Tahun 2009 dan meningkat hingga 14 kasus (14%) pada Tahun 2010. Tingginya lonjakan kasus di Gampong Lhong Raya menjadi landasan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di Gampong tersebut. 6 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik dengan desain Cross Sectional, dimana variabel independen dan variabel dependen diteliti pada waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Rumah yang tinggal di Gampong Lhong Raya Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh dengan jumlah populasi 429 rumah. Dengan menggunakan rumus slovins maka diperoleh sampel sebanyak 81 rumah, dan cara pengambilan sebagai responden dilakukan secara Proportional Sampling (proporsi) dengan ketentuan bahwa sampel diambil menggunakan metode Sistematik Random Sampling dari tiap-tiap dusun dan merupakan anggota masyarakat biasa serta berada di wilayah penelitian. Untuk menentukan rumah dari masing-masing dusun yang akan diperiksa dilakukan dengan mencari nilai kelipatan, untuk dusun mulia, dusun sentosa, dusun jaya serta dusun Banda masing-masing menggunakan kelipatan 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis univariat dapat dilihat dari 81 rumah yang diperiksa dan dilihat kartu berobat pasien maka terdapat 16 rumah yang terdapat penghuni menderita DBD sebanyak (19,8%), yang diperiksa ada jentik nyamuk Aedes Aegypty terdapat 43 rumah sebanyak (53,1% ), terdapat dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegyptynya rendah pada container sebanyak 35 (43,2%) rumah, terdapat 68 rumah (84,0%) yang rendah kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypty, dan terdapat 71 rumah (87,7%) dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegyptynya rendah yang terdapat pada Breteau Indeks.
89 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 Tabel 1. Distribusi responden menurut variabel dependen dan independen Variabel Independen Katagori F % Demam Berdarah Degue (DBD) Angka Bebas Jentik Kontainer Indeks (CI) Hubungan House Indeks (HI) Hubungan Breteau Indeks (BI) Ada 16 19,8 Tidak Ada 65 80,2 Ada 43 53,1 Tidak Ada 38 46,9 Rendah 35 43,2 Sedang 46 56,8 Rendah 68 84,0 Sedang 13 16,0 Rendah 71 87,7 Sedang 10 12,3 Tabel 2. Hasil analisis Hubungan Antara Kontainer Indeks Dengan DBD Variabel DBD DBD Tidak DBD OR (95% CI) n % n % Kontainer Indeks 3,758 a. Rendah 11 31,4 24 68,6 1,165- b. Sedang 5 10,9 41 89,1 12,122 House Indeks 0,201 a. Rendah 10 14,7 58 85,3 0,056- b. Sedang 6 46,2 7 53,8 0,724 Breteau Indek 0,183 a. Rendah 11 15,5 60 84,5 0,045- b. Sedang 5 50,0 5 50,0 0,741 Hubungan Antara Kontainer Indeks Dengan DBD. Hasil analisis dapat dilihat dari 81 Rumah yang diperiksa terdapat 38 Rumah yang ada jentik nyamuk Aedes Aegypty yang terdiri dari 3 Rumah (17,9%) yang penghuninya pernah menderita DBD dan 35 Rumah (92,1%) yang penghuninya tidak pernah menderita DBD sedangkan yang tidak ada jentik nyamuk Aedes Aegypty terdapat 43 Rumah yang terdiri dari 13 Rumah (30,2%) yang penghuninya pernah menderita DBD dan 30 (69,8%) yang penghuninya tidak pernah menderita DBD. Keberadaan jentik nyamuk dapat dinilai dengan angka bebas jentik (ABJ). ABJ adalah presentase rumah / bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes Aegypty, dengan cakupan ABJ yang diharapkan adalah 95%. Angka bebas jentik di gampong lhong raya sesuai dengan perhitungan diatas diperoleh nilai 46,9%, angka ini menunjukan bahwa di gampong lhong raya belum bebas jentik, karna sesuai dengan ketetapan depkes cakupan ABJ
Analisis Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypty Terhadap Kasus DBD..90 yang diharapkan 95%. presentase ABJ didapatkan dengan jumlah rumah/ bangunan dan tempat penampungan air yang bebas jentik nyamuk Aedes Aegypty disuatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun dibagi dengan jumlah rumah/ bangunan/ tempat penampungan air yang diperiksa disuatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama dikalikan seratus persen. 7 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi angka kepadatan vektor nyamuk Aedes Aegypty yang diukur dengan parameter Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Mataram menunjukkan bahwa kepadatan vektor memiliki peran dalam meningkatkan resiko penularan penyakit DBD. 2 Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi efektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari. Nyamuk Aedes Aegypty menjadi efektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita DBD sebelumnya. Selama periode ini, nyamuk Aedes yang telah terinfeksi oleh virus dengue ini akan tetap infektif selama hidupnya dan potensial menularkan virus dengue kepada manusia yang rentan lainnya. Hubungan Container Indeks dengan DBD. Dari hasil analisis ini dapat dilihat dari 81 Rumah yang diperiksa ada 35 rumah yang kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegyptynya rendah yang terdapat pada container yang diperiksa, yang terdiri dari 11 (31,4%) Rumah yang penghuninya pernah menderita DBD dan 24 (68,6%) rumah yang penghuninya tidak pernah menderita DBD sedangkan pada kepadatan sedang terdapat 36 Rumah yang terdiri dari 5 Rumah (10,9%) yang penghuninya pernah menderita DBD dan 41 rumah (89,1%) yang penghuninya tidak pernah menderita DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,043 > 0,05 berarti hipotesis nol ditolak, maka disimpulkan ada hubungan antara kontainer indeks dengan tersangka DBD. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 3,758 artinya kontainer dengan kepadatan sedang berpeluang 3,758 kali untuk menderita DBD dibandingkan dengan container yang berkepadatan rendah. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes Aegypty, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes Aegyptynya. Semakin padat populasi nyamuk Aedes Aegypty, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD
91 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 dengan waktu penyebaran lebih cepat dibagi dengan jumlah rumah keseluruhan sehingga cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. 2 Hubungan House Indeks dengan DBD. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat dari 81 Rumah yang diperiksa terdapat 68 Rumah dengan kepadatan rendah yang terdiri dari 10 Rumah (14,7%) yang penghuninya pernah menderita DBD dan 58 Rumah (85,3%) yang penghun inya tidak pernah menderita DBD sedangkan yang berkepadatan sedang terdapat 13 Rumah yang terdiri dari 6 Rumah (46,2%) yang penghuninya pernah menderita DBD dan 7 rumah (53,8%) yang penghuninya tidak pernah menderita DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,018 > 0,05 berarti hipotesis nol ditolak, maka disimpulkan ada hubungan antara house indeks dengan tersangka DBD. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,2 artinya rumah yang kepadatan jentiknya sedang berpeluang 0,2 kali untuk menderita DBD dibandingkan dengan rumah yang kepadatan jentiknya rendah. House Indeks adalah angka yang diperoleh dari pemeriksaan tempat penyimpanan air di rumah di lingkungan tertentu, yang dinyatakan dalam jumlah rumah yang ditemukan jentik (positif) (positif dan negatif). Apabila HI di suatu wilayah lebih dari 5% maka wilayah tersebut merupakan daerah potensial untuk terjadinya penularan DBD. 8 Hubungan Breteau Indeks dengan DBD. Dari Hasil analisis dapat dilihat dari 81 Rumah yang diperiksa terdapat 71 rumah yang kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegyptynya rendah yang terdapat pada kontainer yang diperiksa, terdiri dari 11 Rumah (15,5%) yang pengghuninya pernah menderita DBD dan 60 Rumah (84,5%) yang penghuninya tidak pernah menderita DBD, sedangkan yang berkepadatan sedang terdapat 10 Rumah yang terdiri dari 5 Rumah (50,0%) yang penghuninya pernah menderita DBD dan 5 (50,0%) yang penghuninya tidak pernah menderita DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,022 > 0,05 berarti hipotesis nol ditolak, maka disimpulkan ada hubungan antara breteau indeks dengan tersangka DBD. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,183 artinya kontainer dengan kepadatan sedang berpeluang 0,183 kali untuk menderita DBD dibandingkan dengan kontainer yang berkepadatan rendah. Indeks Breteau merupakan salah satu indikator untuk menyatakan kepadatan jentik nyamuk, seperti halnya Pada saat terjadi wabah DBD di Bojonegoro, jawa
Analisis Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypty Terhadap Kasus DBD..92 timur, pada Tahun 1976, terdapat indeks breteau Tentang hubungan antara kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypty dan terdapatnya kasus DBD, dari penyelidikan telah diperoleh angka ambang kritis kepadatan Ae. Aegypti dan angka yang tersebut merupakan ancaman akan timbulnya penyakit DBD. KESIMPULAN Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan tersangka DBD, Container Indeks (CI) dengan tersangka DBD, House Indeks (HI) dengan tersangka DBD, Breteau Indeks (BI) dengan tersangka DBD, dan ada hubungan yang Banda Aceh agar dapat lebih giat lagi dalam melakukan sosialisasi dan pendekatan dengan masyarakat setempat dalam hal pemberantasan jentik nyamuk DBD, dan Kepada perangkat desa/gampong disarankan agar dapat bekerjasama dengan masyarakat lainya dalam kebersihan lingkungan/membersihkan sarang nyamuk (PSN DBD) yang ada di lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya minimal 1 kali seminggu seperti menguras bak mandi, tempayan, dan mengubur barang-brang bekas agar tidak terjadinya perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypty. UCAPAN TERIMA KASIH signifikan antara kepadatan jentik nyamuk Ucapan terima kasih disampaikan kepada Aedes Aegypty terhadap tersangka DBD di Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Gampong Lhong Raya kecamatan Banda Raya kota Banda Aceh. SARAN Masyarakat Muhammadiyah Banda Aceh yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian, Geucik Gampong Lhong Raya Untuk itu disarankan kepada pihak Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh untuk yang membantu menyediakan Lahan dapat meningkatkan pengawasan terhadap penelitian. Terima kasih kami ucapkan juga masyarakat, agar masyarakat semakin kepada Direktur Politeknik Kesehatan menyadari bahwa pentingnya kementerian Kesehatan Aceh dan semua pemberantasan jentik nyamuk DBD guna pihak yang turut membantu kelancaran meningkatkan derajat kesehatan, dalam rangka meningkatkan angka bebas jentik, penelitian ini. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan imbalan dari Yang disarankan Kepada petugas kesehatan Maka Kuasa. khususnya bidang surveilens di Puskesmas Daftar Pustaka Lhong Raya Kecamatan Banda Raya Kota
93 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 1. Nurhasanah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Keude Ulim kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010. 2010. 2. Ginanjar, Genis. Demam Berdarah, A Survival Guide. Yogyakarta: Bentang Pustaka; 2008. 3. Hastono, Priyo Sutanto. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM UI; 2007. 4. Dinas Kesehatan Kota. Profil Dinas Kesehatan. Banda Aceh; 2010. 5. Kementrian Kesehatan RI. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus Dan Penanggulangan Vektor Pada Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta; 2005. 6. Dinas Kesehatan Kota. Laporan Puskesmas Banda Raya. Banda Aceh; 2010. 7. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Pelaksanaan Program PPM-PLP Melalui Pendekatan PKMD Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta; 1992. 8. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.