BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

B AB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon), yaitu makhluk yang pada

BAB III KETENTUAN HAK WARIS ANAK ZINA MENURUT PASAL 869 KUH PERDATA. pada BW, merupakan bagian dari hukum harta kekayaan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, penulis akan menyimpulkan point-point penting pada pembahasan

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

BAB III HIBAH DALAM DALAM PASAL 1688 KUH PERDATA. A. Sekilas tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

AKIBAT HUKUM MEMBUAT DUA SURAT WASIAT PADA DUA NOTARIS YANG BERBEDA

PERNYATAAN. Nomor Pokok Mahasiswa :

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB II KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANNYA OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT BAGI GOLONGAN PENDUDUK PRIBUMI

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

HUKUM HIBAH WASIAT TERHADAP ANAK ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM. A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB III WASIAT DALAM KUH PERDATA. perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaannya apabila

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

SOAL : KASUS POSISI :

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungannya dengan kewarisan. Hal ini secara gamlang ditegaskan dalam hukum

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa pada saat ia dilahirkan, menikah, dan saat ia meninggal dunia. Pada fase-fase inilah, manusia yang pada dasarnya sebagai makhluk individu, akan tumbuh menjadi makhluk sosial, dimana manusia akan saling bergantung satu sama lain baik dalam pemenuhan kebutuhan selama hidupnya bahkan sampai saat akan meninggal dunia. Manusia pada dasarnya adalah masyarakat yang heterogen umumnya mempunyai suatu kepentingan akan kebutuhan hidupnya dan itu diwujudkan dengan pergaulan hukum dalam masyarakat yang saling bertimbal balik berhubungan dengan hak dan kewajiban, dan bila seseorang meninggal pun hak-hak dan kewajibannya tersebut tidak serta merta menjadi berhenti, tetapi hak dan kewajiban itu akan beralih kepada ahli warisnya. Menjadi dasar pikiran dalam ilmu pengetahuan hukum barat, bahwa setiap manusia merupakan pembawa hak, sebagai pembawa hak padanya dapat di berikan hak berupa warisan, menerima hibah dan sebagainya, dan dapat pula dilimpahkan kewajiban, jadi apabila seseorang pada suatu saat karena usia yang

2 sudah mulai uzur atau mengalami kejadian tertentu seperti kecelakaan, terserang penyakit dan lain-lain, menyebabkan seseorang itu meninggal dunia, maka ketika seseorang tersebut dimakamkan hubungan hukum yang terjadi pada saat ia masih hidup, tidak akan hilang begitu saja melainkan beralih kepada ahli warisnya. Prinsipnya pewarisan adalah langkah-langkah penerusan dan pengoperan harta peninggalan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari seorang pembuat wasiat kepada ahli warisnya. 1 Pembagian warisan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pewarisan berdasarkan undang-undang atau karena kematian (ab intestato) dan pewarisan berdasarkan testament atau wasiat. Jika seorang yang akan meninggal dunia tidak menetapkan segala sesuatu tentang harta warisannya maka seseorang tersebut akan meninggalkan warisan dimana pembagiannya akan dilakukan menurut undang-undang atau ab intestato, sedangkan jika seseorang itu sebelum meninggal telah menuliskan kehendaknya dalam sebuah akta, maka pewarisannya tersebut di bagi berdasarkan wasiat. Seorang pemilik kekayaan sering mempunyai keinginan, supaya harta kekayaan dikemudian hari setelah wafat dapat dialihkan sesuai ketentuan yang telah ditentukan oleh undang-undang, namun hal tersebut akan lebih terasa jika hukum warisan yang berlaku bertentangan sekali dengan keinginan hatinya. Selain itu adalah wajar jika keinginan seseorang tersebut diperhatikan dan dihormati sejauh dapat dilaksanakan, terlebih jika seseorang jauh sebelum meninggal sering mempunyai maksud terhadap harta kekayaan yang akan ditinggalkannya, 2 dengan kata lain diperlukan suatu pengaturan serta penyelesaian secara tertib dan teratur 1 Drs.Sudarsono, Hukum Waris dan Sistem Bilateral, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,1994), hlm. 3. 2 Oemarsalim,S.H, Dasar-dasar Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta, PT. Abdi Mahasatya, 2006), hlm.82

3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya apabila kehendak terakhir seseorang ingin diungkapkan secara tegas dan jelas dalam suatu akta otentik yang lazim disebut dengan wasiat atau surat wasiat, maka pembuatan wasiat sangat diperlukan guna mendapatkan suatu kepastian hukum yang mengikat. Testament atau wasiat merupakan sebuah permintaan terakhir dari si pembuat wasiat agar kehendaknya dilaksanakan setelah ia meninggal dunia. Kehendak tersebut dapat berupa peralihan harta kekayaan, hutang maupun kehendak untuk mengangkat anak, dalam pemenuhan kepentingan itu pembuat wasiat menggunakan jasa notaris untuk membuat suatu wasiat atau surat wasiat. Pengertian wasiat menurut Pasal 875 KUHPdt adalah, Suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali. Sebagai pejabat pembuat akta, Notaris berperan untuk membuat suatu akta yang mempunyai sifat otentik yang tentu saja kekuatan hukumnya jauh lebih kuat dibanding dengan akta bawah tangan. Pembuatan wasiat yang dibuat dihadapan notaris ini akan melegalkan isi dari wasiat tersebut sehingga ketika pembuatnya sudah tidak ada lagi dan wasiat itu mulai berlaku maka wasiat yang di buat di hadapan notaris tersebut menjadi alat bukti yang sah dan harus dilaksanakan. Wasiat dibuat dengan alasan si pembuat wasiat tersebut dapat menyampaikan kehendaknya secara bebas, walaupun masih dalam batas-batas yang ditentukan oleh undang-undang, selain itu pembuatannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain

4 termasuk notaris yang bersangkutan, dengan demikian, jelaslah bahwa notaris mempunyai peranan yang penting dalam pembuatan wasiat ini apalagi notaris bukan hanya seorang yang membuat suatu akta namun juga merupakan seorang penasehat bagi kedua pihak. Ketika seseorang datang ke notaris dengan maksud untuk membuat wasiat, tentu orang tersebut telah secara sadar dan memang berencana agar kehendaknya di tulis dalam sebuah akta otentik, akan tetapi kadang kala ketika wasiat telah dibuat dan menjadi otentik wasiat tersebut, si pembuat wasiat bisa saja berpikir ulang sehingga mencabut wasiat tersebut. Dalam hal ini ada hal-hal yang mendasari mengapa si pembuat wasiat mencabut wasiat yang telah dibuatnya, antara lain: 3 1. Biasanya harta warisan itu diberikan kepada ahli waris atau orang lain yang menyimpang dari ketentuan undang-undang 2. Sikap ahli waris yang mengecewakan pembuat wasiat, 3. Merujuk Pasal 875 KUHPdt Pencabutan surat wasiat dapat terjadi atas kehendak pewaris, dapat dinyatakan secara tegas atau diam-diam (membuat wasiat baru) jika perbuatan orang yang menerima wasiat berkelakuan buruk. Seperti dalam contoh kasus ini, Tuan A dan Nyonya B merupakan suami istri, dan mereka mempunyai harta campuran.tuan A mempunyai 2 anak, yaitu C dan D. Tuan A membuat wasiat tanpa sepengetahuan istri, dan wasiat itu dikhususkan untuk salah satu anaknya D yang telah merawatnya ketika sakit. Bagian anak yang diberikan itu tidak sebanding dengan C. Tuan A mempunyai 3 bidang tanah di Bandar Lampung di Jl. Protokol. Kedua tanah yang berada di pinggir jalan 3 Hj. Aprilianti, Hj. Rosida Idrus, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), (Bandar Lampung:Penerbit Universitas Lampung, 2011), hlm. 86

5 diperuntukkan untuk D, dan tanah yang berada di suatu gang kecil diperuntukkan untuk C. Beberapa tahun kemudian Tuan A menyadari bahwa wasiat yang dibuatnya tidak memenuhi rasa keadilan, lalu Tuan A datang lagi ke Kantor Notaris untuk mencabut/membatalkan wasiat secara keseluruhan, sehingga pembagian dilakukan sesuai dengan porsinya masing-masing. Bila dilihat dari kasus tersebut, seorang notaris harus benar-benar menguasai hukum dan memiliki dedikasi yang tinggi dalam keterikatannya dengan peraturan jabatan notaris. Sikap hati-hati seorang notaris akan mewujudkan kepercayaan dari pihak-pihak yang memerlukan jasa Notaris sehingga dalam perkembangannya akan melahirkan suatu kepastian hukum, 4 karenanya peranan notaris dalam mengaplikasikan wewenang dan tugas notaris akan semakin kokoh dan pemberian jasanya merupakan sumbangan yang sangat berarti khususnya untuk urusan waris ini, dengan melihat dari syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan serta akibat hukum yang didapat jika terjadi pencabutan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk meneliti dan membuat suatu penelitian tentang Peranan Notaris dalam Pembuatan dan Pencabutan Surat Wasiat (Testament) 4 A. Kohar, Notaris Berkomunikasi, (Bandung:Penerbit Alumni, 1984), hlm.1.

6 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan rumusan masalah yang dapat mengarahkan pada penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat, dengan pokok bahasan: a. Syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan wasiat b. Peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat c. Akibat hukum dari adanya pembuatan dan pencabutan wasiat 2. Ruang Lingkup Adapun lingkup permasalahannya adalah: a. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah ketentuan hukum mengenai tata cara pewarisan dengan wasiat. Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya hukum waris b. Ruang lingkup objek kajian Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji tentang apa saja yang berkaitan dengan peran notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat serta akibat hukumnya apabila wasiat dibuat dan dicabut.

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan wasiat b. Mengetahui peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat c. Untuk mengetahui akibat hukum dari pembuatan dan pencabutan wasiat 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegunaan Teoretis Penelitian ini dilakukan sebagai upaya perluasan wawasan keilmuan dan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan hukum keperdataan, khususnya hukum waris mengenai wasiat b. Kegunaan Praktis 1) Menambah bahan bacaan dan sebagai sumber data bagi mereka yang mengadakan penelitian, khususnya hukum waris; 2) Menambah informasi bagi masyarakat luas tentang peran notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat.