APLIKASI PROSES OKSIDASI UNTUK MENENTUKAN POTENSI DAUR ULANG LIMBAH KACA (CULT)



dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

Unnes Physics Journal

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

Journal of Creativity Students

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

Lampiran 1. Diagram Alir penelitian. SiO 2 Analisis EDX dan FTIR. Pembuatan Arang sekam. Mulai. Sekam Padi. Pembuatan SiO 2

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 100 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KACA MAGNETIK BERBASIS BARIUM FERIT

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PENGANTAR KIMIA MATERIAL (KI570) Diperiksa Oleh : Dr. Ahmad Mudzakir, M.Si (Ketua Program Studi Kimia)

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

PENINGKATAN KEKERASAN MATERIAL GYPSUM SETELAH MENCAPAI SUHU / TEMPERATUR PENGERINGAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASIWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

ANALISA SIFAT MEKANIK POLIMER MATRIKS KOMPOSIT BERPENGUAT FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KAMPAS REM

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi penelitian

MATERIAL TEKNIK. 2 SKS Ruang B2.3 Jam Dedi Nurcipto, MT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat,

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

Transkripsi:

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 61 hal. 61-66 APLIKASI PROSES OKSIDASI UNTUK MENENTUKAN POTENSI DAUR ULANG LIMBAH KACA (CULT) Sulhadi, Khumaedi, Agus Yulianto Jurusan Fisika - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang; Gd. D7 Lt.2 - Kampus Sekaran Gunungpati Semarang sulhadipati@yahoo.com INTISARI Telah dapat dilakukan identifikasi penampilan fisik beberapa jenis cult dan karakterisasi titik lelehnya. Untuk karakterisasi titik leleh, sebelum dipanaskan sampel cult ditumbuk terlebih dahulu dan diayak dengan membran saring berukuran 200 mesh. Proses pemanasan (oksidasi) dilakukan mulai pada temperatur 300 o C, kemudian dinaikkan secara bertahap dengan interval 50 o C hingga mencapai temperatur 700 o C. Proses pemanasan dilakukan dengan perangkat mesin oksidasi yang ada di Laboratorium Kemagnetan Bahan Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa semua sampel cult tidak dapat dilelehkan pada temperatur kurang dari 600 o C. Sebagian besar cult dapat leleh secara efektif pada temperature sekitar 650 o C atau lebih tinggi. Beberapa jenis cult yang tersebut umumnya berpenampilan bening dan memiliki kekerasan sedang. Cult yang lebih keras memiliki titik leleh di atas 700 o C. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa cult dengan kekerasan sedang memiliki potensi yang lebih baik untuk diolah kembali. Kata kunci: cult, oksidasi, titik leleh I. PENDAHULUAN Teknologi keramik telah dikenal sejak lama dalam peradapan manusia. Bentuk sederhana dari keramik berupa benda-benda gerabah yang terbuat dari lempung, baik diproses melalui pembakaran ataupun tidak. Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini bahan keramik telah dikembangkan menjadi berbagai produk modern dengan keunggulan sifat yang sangat variatif. Kaca termasuk salah satu produk keramik modern yang memiliki bidang pemakaian sangat luas (Doremus, 1973). Penggunaan kaca yang sangat banyak di berbagai keperluan manusia menuntut produksi bahan ini dalam jumlah yang sangat besar. Jumlah produksi yang sangat besar tersebut menimbulkan dampak pada lingkungan sebab kaca tidak bersifat korosif (Mallawany, 2002). Kaca-kaca bekas (disebut cult) yang sudah tidak terpakai lagi merupakan limbah yang tidak akan terurai secara alamiah oleh pengurai organik. Dengan demikian diperlukan berbagai penanganan alternatif untuk menjadikan limbah kaca dapat dikembalikan ke alam secara aman atau mengolahnya kembali menjadi produk yang berdaya guna. Penggunaan kaca sebagai perekat serbuk magnet akan menghasilkan produk magnet yang bersifat unik dan unggul, misalnya magnet yang mengkilap atau transparan. Magnet komposit didefinisikan sebagai dua bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur secara makroskopis. Pada umumnya magnet komposit terdiri dari dua unsur, yaitu serbuk bahan magnet dan bahan pengikat serbuk magnet yang disebut matriks. Magnet komposit ini dibuat dengan cara mencampurkan serbuk bahan magnet dengan bahan pengikat nonmagnet, misalnya polimer dengan komposisi yang diinginkan di dalam alat pencampur (Karo-karo dkk, 2002). Salah satu bentuk polimer yang memiliki bidang aplikasi sangat luas adalah kaca (Mallawany, 2002). Berbagai jenis kaca dapat disintesis dengan komposisi yang sangat beragam, tatapi yang paling popular adalah dengan menggunakan bahan dasar silicon oksida atau SiO 2 (Doremus, 1973). Meskipun bahan dasar dan komposisi kaca beragam, namun proses pembuatannya hampir selalu sama yaitu memalui proses melting atau pelelehan, quenching dan annealing; seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

62 Sulhadi, dkk. / Aplikasi Proses Oksidasi Untuk Menentukan Potensi Daur Ulang Limbah Kaca (Cult) Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan kaca (Sulhadi, 2005) Untuk menghasilkan suatu produk kaca kadang dipakai bahan dasar asli (raw material), tetapi kadang juga dipakai bahan-bahan yang bersifat daur ulang. Kaca yang dibuat dengan bahan murni sifatnya lebih mudah untuk dikontrol, karena komposisi campuran dapat dikendalikan dengan baik. Sebaliknya, kaca yang dibuat dengan bahan daur ulang sifatnya lebih sulit untuk dikontrol karena beberapa bahan tambahan yang ada pada produk sebelumnya sering tidak teridentifikasi secara baik. Sifat kaca yang diproduksi sebagai daur ulang memang tidak sebagus kaca yang diproduksi dengan menggunakan bahan dasar murni. Namun demikian ada kompensasi yang sangat menguntungkan, yaitu bahan daur ulang umumnya memiliki harganya jauh lebih murah. Dengan bahan yang murah tersebut biaya produksi dapat ditekan dan dapat berlangsung lebih efisien. Pada kaca produk daur ulang umumnya ditambahkan beberapa jenis filler yang berguna untuk meningkatkan sifat mekanik dan sifat optiknya. Filler pewarna tersebut dapat digantikan dengan bahan lain untuk memperoleh sifat yang diinginkan, misalnya dengan serbuk bahan magnet. Dengan filler jenis ini kaca yang dihasilkan akan bersifat magnetik. Kaca magnetik memiliki sifat unik, karena sifat-sifat optiknya akan dipengaruhi dan dikendalikan oleh medan magnet luar. Berbagai produk kaca yang beredar di pasaran dibuat oleh berbagai industri dengan komposisi bahan yang sangat variatif sehingga cult yang dihasilkan juga sangat variatif sifatnya. Hal tersebut dapat menjadi faktor kendala yang mempengaruhi proses daur ulang. Sebagian jenis cult memiliki titik leleh yang sangat tinggi sehingga kurang efisien untuk didaur ulang. Cult dengan penampilan warna buram serta rapuh juga kurang potensial untuk menghasilkan produk daur ulang yang berkualitas tinggi. Dengan demikian diperlukan penyelidikan serta seleksi untuk mengetahui jenis-jenis cult yang lebih potensial untuk diolah menjadi produk daur ulang. Cult dengan titik leleh lebih rendah dianggap lebih potensial untuk didaur ulang karena prosesnya dapat berlangsung secara lebih efisien. Paper ini melaporkan kajian titik leleh berbagai jenis cult melalui proses oksidasi. II. METODE PENELITIAN Sampel penelitian berupa limbah kaca (cult) dikumpulkan dari beberapa tempat penghasil dan penampung cult di wilayah Semarang dan sekitarnya, di antaranya adalah toko-toko kaca serta sebagian pengusaha barang rosok yang juga menampung limbah kaca. Contoh setiap jenis cult diambil seperlunya untuk dijadikan sampel. Sebelum dioksidasi, sampel cult dicuci bersih serta dikeringkan. Sampel cult selanjutnya direduksi ukurannya dengan ditumbuk atau digiling dengan mesin Ball Milling. Butiran cult yang telah ditumbuk tersebut selanjutnya digunakan sebagai sampel untuk dioksidasi. Hal ini dilakukan agar proses oksidasi dapat berjalan lebih efektif. Proses oksidasi dilakukan secara bertahap untuk harga temperatur yang berbeda-beda. Setiap jenis sampel cult dioksidasi mulai temperatur 300 C. Bila pada temperatur tersebut sampel belum meleleh, maka temperatur oksidasi dinaikkan secara gradual dengan interval sebesar 50 C, yaiti 350 C, 450 C,

Sulhadi, dkk. / Aplikasi Proses Oksidasi Untuk Menentukan Potensi Daur Ulang Limbah Kaca (Cult) 63 500 C, 550 C dan seterusnya hingga harga temperatur mendekati 1000 C. Bila pada suatu harga temperatur semua sampel telah meleleh, maka proses oksidasi telah dianggap cukup dan oksidasi pada temperatur lebih tinggi tidak perlu dilakukan. Proses oksidasi dilakukan dengan menggunakan tungku pemanas atau furnace yang dikembangkan di Laboratorium Kemagnetan Bahan Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang bekerja sama dengan Laboratorium Kemagnetan Batuan Fisika ITB, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Sistem tungku yang digunakan untuk proses oksidasi cult Proses oksidasi menghasilkan data titik leleh berbagai jenis cult yang dijadikan sampel. Kisaran harga temperatur titik leleh tersebut digunakan untuk menentukan klasifikasi cult menjadi 3 golongan, yaitu mudah, sedang dan sukar untuk didaur ulang, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi cult berdasarkan titik leleh Golongan Harga titik leleh (T : C) Klasifikasi I T < 500 C Mudah II 500C< T < 1000 C Sedang III T > 1000 C Sukar Cult dengan klasifikasi mudah dan sedang dikatakan potensial untuk didaur ulang, sedangkan cult dengan klasifikasi sukar dikatakan kurang potensial untuk didaur ulang. Penetapan ini didasarkan pada perhitungan efisiensi dari energi panas yang digunakan untuk melakukan proses daur ulang. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini telah dikoleksi 10 jenis kaca bekas yang dapat ditemukan di wilayah Semarang dan sekitarnya. Kesepuluh jenis kaca tersebut diidentifikasi secara fisik sebagai kaca bening dan masing-masing diberi symbol A s/d J. Bila dilihat dari wujudnya yang bening, diperkirakan kacakaca yang tersebut di atas diproduksi oleh industri dengan menggunakan bahan dasar utama silicon oksida tanpa dicampur dengan pewarna. Tahap pertama oksidasi dilakukan pada temperature 300 C. Pada temperature ini semua jenis kaca belum mengalami pelelehan. Wujud sample relative belum berubah oleh proses oksidasi. Kondisi seperti ini berlaku untuk beberapa harga temperatur di atasnya, yaitu sampai pada temperature 550 C. Pada temperature 600 C mulai ada kaca yang leleh, yaitu kaca jenis C. Pada temperature 650 C sebagian besar kaca telah mengalami pelelehan, sedangkan pada temperature 700 C tinggal kaca jenis D yang belum leleh. Kondisi rinci dari hasil okasidasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

64 Sulhadi, dkk. / Aplikasi Proses Oksidasi Untuk Menentukan Potensi Daur Ulang Limbah Kaca (Cult) Tabel 2. Kondisi leleh bahan hasil oksidasi cult pada beberapa harga temperatur Simbol Jenis Kaca Temperatur Oksidasi 600 C 650 C 700 C A Belum Leleh Leleh B Belum Belum Leleh C Leleh Leleh Leleh D Belum Belum Belum E Belum Leleh Leleh F Belum Leleh Leleh G Belum Leleh Leleh H Belum Leleh Leleh I Belum Leleh Leleh J Belum Leleh Leleh Perbedaan kondisi fisik bahan hasil oksidasi cult pada suatu harga temperature adalah disebabkan oleh perbedaan titik leleh bahannya (Jatiutoro dkk, 2007; Habibi dkk, 2006). Komposisi bahan-bahan penyusun kaca sangat mempengaruhi titik leleh. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa perbedaan harga titik leleh pada beberapa jenis kaca tersebut di atas adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi bahan penyusun. Kaca jenis B dan jenis D belum leleh pada temperatur 650 C, bahkan D tetap belum leleh pada temperatur 700 C. Kondisi ini menunjukkan bahwa kedua jenis D tersebut berkemungkinan sebagai kaca dengan status sulit dilelehkan. Oksidasi kaca jenis D tidak dilanjutkan pada harga temperature yang lebih tinggi karena dipandang kaca jenis ini potensinya kurang untuk diolah ulang disebabkan jumlahnya yang sangat terbatas. Tampilan fisik bahan hasil oksidasi cult tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar foto pada Tabel 3. Simbol Jenis Kaca Tabel 3. Gambar foto bahan hasil oksidasi cult pada beberapa harga temperatur Temperatur Oksidasi 600 C 650 C 700 C A B C

Sulhadi, dkk. / Aplikasi Proses Oksidasi Untuk Menentukan Potensi Daur Ulang Limbah Kaca (Cult) 65 Simbol Jenis Kaca Temperatur Oksidasi 600 C 650 C 700 C D E F G H I J

66 Sulhadi, dkk. / Aplikasi Proses Oksidasi Untuk Menentukan Potensi Daur Ulang Limbah Kaca (Cult) Berdasarkan hasil proses oksidasi cult tersebut di atas diperoleh bahwa 8 jenis kaca yang diperiksa telah leleh pada temperatur 650 C, dan hanya satu jenis yaitu C, yang telah leleh pada temperatur 600 C. Berdasarkan kriteria daur ulang seperti diberikan pada metode penelitian, kedelapan jenis kaca tersebut digolongkan sebagai jenis kaca dengan kriteria sedang untuk diolah kembali menjadi produk industri. Dengan demikian kedelapan jenis kaca tersebut dipandang sangat potensial untuk didaur ulang menjadi produk tertentu. Kedelapan jenis kaca yang potensial tersebut di atas memiliki tampilan fisik sebagai kaca bening dengan tingkat kekerasan sedang. Serpih kaca dengan ukuran lebih kecil dari 200 mesh relative tidak lagi bersifat tajam sehingga pengolahan serbuknya tidak berpotensi menggores tangan. Variasi bentuk dan ketebalan sample tidak menjadi penghalang pada proses penggerusan dan proses daur ulang (melalui oksidasi). IV. KESIMPULAN Berdasar hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Beberapa jenis cult yang diperiksa sebagai sampel memiliki tidak leleh pada temperatur di bawah 600 C. Mayoritas sample dapat dilelehkan secara efektif pada temperatur 650 C atau sedikit lebih tinggi. 2. Karakteristik cult yang potensial untuk didaur ulang adalah tidak berwarna (bening) serta memiliki tingkat kekerasan yang tidak terlalu tinggi. 3. Jenis kaca yang keras (seperti sample D) cenderung memiliki titik leleh yang tinggi. Ditambah dengan jumlahnya yang terbatas, pengerjaan daur ulang kaca keras dipandang tidak efektif dan tidak efisien. V. DAFTAR PUSTAKA Doremus, R.H., 1973, Glass Science, John Wiley & Sons, Canada. Habibi, T., Yulianto, A., Dwijananti, P., 2006, Pembuatan dan karakterisasi Magnet Komposit berbahan dasar Karet Alam, Skripsi Sarjana, Fisika UNNES Semarang. Jatiutoro, P., Yulianto, A., Bijaksana, S., 2007, Sintesis Magnet Komposit Barium Heksaferit dengan Binder Semen Portland, Jurnal Sains Materi, Edisi Oktober 2007 (terakreditasi). Karo-karo, A., Suharpiyu, Febri, M., Mujamilah, Evi, Y., Setyo, P., Ridwan, dan Sudirman, 2002, Aplikasi resin poliester dan epoksi dalam pengembangan rigid bonded magnet, Jurnal Sains Materi Indonesia, 3 (2), 10-15. Mallawany, R., 2002, Tellurite Glasses Handbook: Physical Properties and Data, CRC Press LLC. Sulhadi, M. R. Sahar, and M. S. Rohani, 2005, Thermal Stability and Structural Studies in The TeO 2 ZnO MgO Li 2 O Er 2 O 3 Glass System, Proc. in The XXII Regional Conference on Solid State & Technology, Pahang, Malaysia. Yulianto, A., 2006, The Synthesis of Magnetic Material of Barium and Strontium Hexaferrite Made of Iron Sand, Presented on Kentingan Physics Forum, UNS Surakarta. TANYA JAWAB Anonim? Sampel kaca yang akan dioksidasi, apakah ada pengukuran sampel?? Terkait penyusun kaca, apakah ada pengaruh dari suhu?ukuran sampel?? Apakah mungkin ukuran tersebut bisa digunakan? Sulhadi @ Ada, yaitu dengan ukuran 200 kisi @ Ada, karena hal itu sangat bergantung pada komposisi pembentukan kaca yang berhubungan dengan struktur atom dari former, modifier dan dopingny @ Ini data awal, sehingga perlu uji parameter yang lain misalnya kekekaran dan elastisitasnya