BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON EQUITY, PRODUKTIVITAS, DAN CURRENT RATIO TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh investor, salah satu alternatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi.

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang dan masa yang akan datang. Perusahaan go public dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

BAB I PENDAHULUAN. Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif investasi guna memperoleh keuntungan. modal dapat memberikan imbal hasil berupa dividen atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dana dari pemilik modal (investor), juga merupakan sarana bagi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini berisi tentang penjelasan latar belakang dilakukannya

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB I PENDAHULUAN. instrumen keuangan yang diminati. Minat yang cukup tinggi dari para investor

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods.

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

BAB I PENDAHULUAN. yang tergolong Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap (fixed-income

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian, pasar modal menjadi pilihan

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah (Suad Husnan, 1994) dalam Adrian (2011). Menurut jawa pos

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. keputusan investasi perusahaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada biaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan investor yang berorientasi pertumbuhan. nilai nominal (nilan pari/par value) dan jangka waktu jatuh tempo tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalosasi saat ini pasar modal memiliki peran besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan dalam pasar modal (Sunarjanto, 2013).Investasi yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

2. TELAAH HIPOTESIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan tetap bagi pemegangnya. Salah satu bentuk informasi yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan

BAB I. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejarah perkembangan obligasi di Indonesia ini berawal dari Pemerintah Orde

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dunia telah terbuka, khususnya sejak awal milenium lalu, yang ditandai dengan menisbinya batas-batas wilayah antar negara di dunia dalam segala aspek sumber daya. Sebagaimana telah disiratkan dalam berbagai perjanjian organisasi perdagangan dunia pada kesepakatan pelaksanaan wilayah perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara dikawasan Asia. Memudarnya batas-batas ini tentu membuat arus lintas beragam sumber daya antar negara menjadi kian mudah dan murah. Sebuah negara yang tidak memiliki jenis sumber daya tertentu yang diperlukan kini dapat memperolehnya dari negara lain. Memasuki era globalisasi berarti memasuki era perdagangan bebas, yang menuntut setiap pelaku usaha untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitifnya bila ingin tetap bertahan dalam pasar global. Seluruh pelaku usaha diharuskan mempersiapkan diri bila ingin tetap sukses dalam era perdagangan bebas, tidak terkecuali para pelaku usaha di Indonesia. Untuk itu perusahaan membutuhkan pendanaan untuk mampu bersaing, obligasi atau surat utang yang umumnya diterbitkan oleh perusahaan dalam kepentingan usahanya merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan pendanaan dari pihak ekternal.

Menurut Sugiarto dan Pradana (2009) pasar keuangan adalah suatu sistem yang terdiri atas individu dan lembaga, instrumen dan prosedur yang memungkinkan diperdagangkannya aset-aset keuangan. Dalam hal ini pasar keuangan menyediakan alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan yang memenuhi syarat, khususnya yang berstatus sebagai perusahaan terbuka. Adanya globalisasi pasar keuangan di seluruh dunia, menjadikan para pihak dalam suatu negara yang ingin mendapatkan dana tidak perlu terpaku pada pasar keuangan domestik. Begitu juga investor yang ingin menanamkan dananya. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan sektor keuangan di Indonesia. Berikut merupakan perkembangan perusahaan sektor keuangan di Indonesia yang baru terdaftar di Bursa Efek Indonesia: Tabel 1.1 Perkembangan Perusahaan Keuangan Sub Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 Perbankan 32 32 33 37 39 Perusahaan Efek 9 9 10 10 10 Lembaga Pembiayaan 10 12 12 13 14 Asuransi 10 10 10 10 11 Total 61 63 65 70 74 Sumber: www.idx.co.id, 2014

Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak penerbit untuk membayar imbalan bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (BEI, 2010). Nilai suatu obligasi bergerak berlawanan arah dengan perubahan suku bunga secara umum, jika suku bunga secara umum cenderung turun, maka nilai atau harga obligasi akan meningkat karena para investor cenderung untuk berinvestasi pada obligasi. Sementara itu, jika suku bunga secara umum cenderung meningkat, maka nilai atau harga obligasi akan turun, karena para investor cenderung untuk menanamkan uangnya di bank (Bapepam-LK). Perkembangan obligasi di Indonesia mulai menunjukkan peningkatan yang berarti, hal ini terlihat dari semakin banyak perusahaan maupun instansi pemerintah yang menerbitkan obligasi sebagai salah satu instrumen investasi untuk mendapatkan pendanaan. Berikut merupakan daftar perkembangan obligasi di Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan, 2014): Tabel 1.2 Perkembangan Obligasi Obligasi 2009 2010 2011 2012 2013 Total Outstanding (Rp Trilyun) 670.08 756.56 865.02 999.48 1,211.99 Obligasi & Sukuk Pemerintah 581.75 641.21 723.61 820.27 995.25 Obligasi Korporasi, Sukuk & EBA 88.33 115.35 141.41 179.21 216.74 Obligasi Korporasi (US$ Juta) - - 80 100 100 Sumber: Otorias Jasa Keuangan, 2014

Obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan disebut Corporate Bond, sementara obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah Government Bond. Adapula Municipal Bond, yang merupakan obligasi yang diterbitkan pemerintah daerah untuk membiayai proyek tertentu di daerah tersebut (Bapepam-LK). Kebanyakan investor memilih obligasi karena pemegang obligasi memiliki beberapa keuntungan seperti mendapatkan bunga dengan rate yang telah disepakati bersama, yang dibayarkan secara regular sampai jatuh tempo pembayaran pokok obligasi. Selanjutnya, investor mempunyai kesempatan untuk memperoleh premium. Premium dapat diperoleh jika investor membeli obligasi dengan diskon yaitu dengan nilai lebih rendah dari nilai nominalnya, kemudian pada saat jatuh tempo ia akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nominal, ataupun ketika investor menjual obligasi dengan harga yang lebih tinggi dari nominalnya sebelum jatuh tempo. Selain itu, investor atau pemegang obligasi memiliki hak klaim pertama atas aset perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan mengalami kebangkrutan atau likuidasi. Meskipun obligasi dipandang sebagai instrumen investasi yang relatif aman, tentu saja obligasi tetap memiliki risiko. Salah satu risiko tersebut yaitu ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi obligasi (default risk) kepada investor. Salah satu sinyal yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko default obligasi adalah dengan melihat peringkat obligasi yang bersangkutan. Seorang investor yang ingin menginvestasikan modalnya dalam bentuk obligasi, selain memerlukan pengetahuan yang cukup mengenai obligasi yang diikuti oleh naluri bisnis untuk mengenalisa faktor-faktor yang berisiko juga perlu memperhatikan

peringkat obligasi. Menurut Magreta dan Nurmayanti (2009), peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default utang suatu perusahaan. Investor dapat memanfaatkan jasa pemeringkat efek dalam berinvestasi di obligasi, karena semua obligasi yang ada di pasar harus diberi peringkat. Risiko kredit (credit risks) atau risiko gagal bayar adalah risiko kerugian yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh lemahnya kemampuan emiten dalam membayar bunga dan pokok pinjaman obligasi. Oleh karena itu, pemeringkat efek mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan analisa fundamental untuk setiap obligasi yang diterbitkan. Intinya pemeringkatan efek menekankan pada penilaian kemampuan emiten dalam memenuhi semua kewajibannya (Bapepam-LK). Peringkat obligasi merupakan skala risiko tingkat keamanan obligasi bagi investor yang diperdagangkan di pasar modal. Secara umum peringkat obligasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu investment grade (AAA, AA, A, dan BBB) dan non investment grade (BB, B, CCC, dan D). Peringkat obligasi diperbarui secara reguler untuk mencerminkan perubahan signifikan dari kinerja dan bisnis perusahaan. Berdasarkan keputusan ketua Bapepam-LK Nomor: Kep- 712/BL/2012 pada tanggal 26 Desember 2012, tentang Pemeringkatan Efek Bersifat Utang dan/sukuk menyatakan bahwa emiten yang akan menerbitkan obligasi wajib diberikan peringkat oleh lembaga atau agen pemeringkat obligasi di Indonesia yang telah mendapat izin usaha oleh Bapepam-LK.

Agen pemeringkat (rating agency) adalah lembaga independen yang menerbitkan peringkat dan memberikan informasi mengenai risiko kredit untuk berbagai surat utang (bond rating atau peringkat obligasi) maupun peringkat untuk perusahaan itu sendiri (general bond rating) sebagai petunjuk tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor (Sejati, 2010). Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan suatu perusahaan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Di indonesia terdapat 3 lembaga pemeringkat sekuritas utang yaitu, PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia), PT Kasnic Credit Rating Indonesia, dan PT Fitch Ratings Indonesia. Penelitian ini menggunakan peringkat obligasi yang dterbitkan oleh PT PEFINDO karena lembaga ini hanya fokus memeringkat efek dan perusahaan. Selain itu, lembaga yang berdiri atas prakarsa BAPEPAM dan Bank Indonesia ini mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan dan jumlah perusahaan yang menggunakan jasa ini jauh lebih banyak dibandingkan lembaga pemeringkat lainnya yang ada di Indonesia. Fungsi utama perusahaan yang berafiliasi dengan Standard & Poor s Rating Service (S&P s) ini adalah memberikan peringkat yang objektif, independen, dan dapat dipercaya terhadap risiko kredit sekuritas utang secara publik. Aspek penilaian obligasi yang digunakan oleh PT PEFINDO mencakup tiga aspek utama, yang pertama adalah risiko industri yang menganalisa secara mendalam mengenai pertumbuhan industri dan stabilitas, pendapatan dan struktur biaya, hambatan masuk dan tingkat persaingan dalam industri, serta profil keuangan dari industri. Kemudian, aspek yang yang kedua yaitu risiko keuangan

yang mencakup analisa mengenai kebijakan keuangan perusahaan, profitabilitas, permodalan, perlindungan cash flow, dan fleksibilitas keuangan. Aspek yang terakhir yaitu risiko bisnis yang berkaitan dengan kunci kesuksesan dalam suatu industri dimana perusahaan digolongkan. Namun, dari ketiga aspek tersebut belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai aspek mana yang lebih diutamakan dalam memberikan peringkat terhadap suatu obligasi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan salah satu aspek yang digunakan dalam penilaian oleh PT PEFINDO, yaitu aspek atau risiko keuangan yang terdiri dari ukuran perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), produktivitas, dan Current Ratio (CR) terhadap peringkat obligasi untuk perusahaan keuangan. Ukuran perusahaan terkait dengan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan ini dapat diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Setyapurnama dan Norpratiwi (2009) dalam Hadianto dan Wijaya (2010)). Aset merupakan sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan memiliki manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut yang diharapkan diterima oleh entitas (IAI, 2012). Semakin banyak aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat digunakan untuk kegiatan operasional, sehingga semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan laba yang dihasilkan tersebut dapat digunakan untuk melunasi utangnya, sehingga dapat memperkecil terjadinya risiko gagal bayar (default risk). Maka penilaian akan peringkat obligasi akan semakin baik. Selain itu, aset yang dimiliki suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai jaminan bila perusahaan meminjam uang dari pihak ekternal. Dalam konteks ini menurut Tendellin (2010) dalam

Hadianto dan Wijaya (2010), aset yang dijaminkan biasanya berupa aset riil seperti tanah dan bangunan. Dengan demikian, ukuran perusahaan yang besar yang diproksikan dengan total aset dapat meningkatkan peringkat obligasi. Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap peringkat obligasi telah banyak dilakukan dan hasilnya beragam. Hasil penelitian Alfiani (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Total Aset (TA) memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan hasil penelitian Susilowati dan Sumarto (2010), Sejati (2010), Hadianto dan Wijaya (2010), serta Magreta dan Nurmayanti (2009) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi perusahaan, kecuali untuk hasil penelitian Magreta dan Nurmayanti (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi suntuk seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO, kecuali perusahaan yang bergerak dalam sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Menurut Jusuf (2014) leverage merupakan rasio yang menunjukkan komposisi sumber dana perusahaan, terutama utang. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam membiayai investasinya (Magreta dan Nurmayanti, 2009). Kebanyakan perusahaan besar mempunyai leverage tetapi dengan persentase yang berbeda-beda. Tingginya persentase leverage yang dimiliki suatu perusahaan menunjukkan banyaknya utang yang dimiliki perusahaan maka risiko gagal bayar perusahaan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah persentase leverage maka semakin kecil risiko

gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan (default risk). Dalam penelitian ini, leverage diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Jusuf (2014) DER merupakan perbandingan antara total kewajiban (total utang) dengan total modal sendiri (equity). Menurut Manurung (2009) dalam Arifman (2013), jika rasio DER cukup tinggi maka hal tersebut menunjukkan tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan biasanya memiliki risiko kebangkrutan yang cukup besar. Dengan demikian, semakin rendah rasio DER berarti semakin sedikit sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang, sehingga perusahaan dapat memperkecil terjadinya risiko gagal bayar (default risk). Jadi, semakin rendah DER perusahaan, semakin baik pula peringkat yang diberikan terhadap obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Penelitian mengenai leverage yang diproksikan dengan DER telah banyak dilakukan seperti halnya penelitian Septyawanti (2013) menunjukkan bahwa leverage yang diproksikan dengan DER memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan hasil penelitian Yuliana, dkk. (2011), Arifman (2013), dan Alfiani (2013) yang menunjukkan bahwa leverage yang diproksikan dengan DER tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Menurut Weygandt, et al. (2013) rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Penghasilan, mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh utang dan pembiayaan ekuitas. Apakah juga mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk tumbuh. Dalam penelitian ini profitabilitas

diproksikan dengan Return On Equity (ROE). Menurut Jusuf (2014) ROE atau tingkah pengembalian modal ini mengukur besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut. Semakin tinggi persentase ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif dalam mengelola modal usahanya untuk menghasilkan laba. Sehingga semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar bunga periodik serta pokok pinjamannya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kelayakan obligasi yang diterbitkan perusahaan untuk diinvestasikan sehingga akan meningkatkan peringkat obligasi tersebut. Penelitian mengenai ROE terhadap peringkat obligasi telah banyak dilakukan seperti halnya hasil penelitian Pakarinti (2012) serta Septyawanti (2013), profitabilitas yang diproksikan dengan ROE memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Menurut Guan, et al. (2009) produktivitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output secara efisien, dan secara khusus membahas hubungan output dan input yang digunakan untuk memproduksi output. Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal (efisiensi dan efektivitas). Dalam penelitian ini produktivitas diproksikan dengan Total Asset Turn Over (TATO). Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva (Kasmir (2008) dalam Nurmayanti dan Setiawati (2013)).

Perusahaan yang asetnya dikatakan produktif berarti dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memanfaatkan secara maksimal aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Semakin besar persentase TATO berarti semakin cepat perputaran aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Sehingga dengan laba yang besar berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya. Dengan kontribusi tersebut akan meminimalkan risiko terjadinya default risk, sehingga dengan persentase TATO yang tinggi akan meningkatkan peringkat obligasi. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurhidayati (2013) mengungkapkan bahwa rasio produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan penelitian Alfiani (2013) bahwa TATO tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Menurut Weygandt, et al. (2013) rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dan untuk memenuhi kebutuhan kas tak terduga. Dalam penelitian ini likuiditas diproksikan dengan Current Ratio (CR). Menurut Jusuf (2014) current ratio menunjukkan jaminan yang diberikan oleh aktiva lancar untuk membayar seluruh kewajiban lancar. Semakin tinggi persentase likuiditas suatu perusahaan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya sehingga secara keuangan akan mempengaruhi calon investor untuk melakukan investasi. Dengan tingkat CR yang tinggi berarti perusahaan memiliki aset lancar yang mampu melunasi utang jangka pendeknya, sehingga perusahaan dinilai baik dalam melunasi kewajibannya dan meminimalkan terjadinya default risk. Hal ini

terkait dengan kemampuan perusahaan dalam melunasi bunga obligasi yang dibayarkan setiap periode tertentu. Jadi, semakin besar tingkat CR yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan peringkat obligasi. Umumnya, semakin tinggi rasio lancar, perusahaan dianggap lebih likuid. Besarnya penerimaan nilai likuiditas tergantung pada industri di mana perusahaan beroperasi. Misalnya, rasio lancar 1:1 akan dapat diterima untuk utilitas publik tetapi mungkin tidak dapat diterima untuk perusahaan manufaktur (Gitman, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto (2010) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh dalam penilaian peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Sama halnya dengan penelitian Alfiani (2013) yang menunjukkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan CR memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Alfiani (2013) dengan perbedaan sebagai berikut: 1. Penambahan variabel independen yaitu Return On Equity (ROE) yang mengacu pada penelitian Septyawanti (2013). Penggunaan variabel ini karena ROE merupakan rasio profitabilitas yang berarti bahwa semakin tinggi ROE maka semakin efisien perusahaan memperoleh laba, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar bunga periodik serta pokok pinjamannya. 2. Objek penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI dan diberikan peringkat oleh PT PEFINDO periode 2011-2013, sementara objek

penelitian Alfiani (2013) adalah perusahaan non-keungan yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Produktivitas, dan Current Ratio terhadap Peringkat Obligasi. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian menggunakan data perusahaan keuangan yang diperingkat oleh PT PEFINDO periode 2012-2014 dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 2. Variabel dependen yang diteliti adalah peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO. Sedangkan variabel independen yang diteliti adalah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset, debt to equity ratio, return on equity, produktivitas yang diproksikan dengan total asset turn over, dan current ratio. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Total Aset (TA) memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi?

2. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi? 3. Apakah Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi? 4. Apakah produktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turn Over (TATO) memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi? 5. Apakah Current Ratio (CR) memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi? 6. Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Total Aset (TA), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), produktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turn Over (TATO), dan Current Ratio (CR) secara simultan memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk menganalisa bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Total Aset (TA) terhadap peringkat obligasi. 2. Untuk menganalisa bukti empiris mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap peringkat obligasi. 3. Untuk menganalisa bukti empiris mengenai pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap peringkat obligasi. 4. Untuk menganalisa bukti empiris mengenai pengaruh produktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turn Over (TATO) terhadap peringkat obligasi.

5. Untuk menganalisa bukti empiris mengenai pengaruh Current Ratio (CR) terhadap peringkat obligasi. 6. Untuk menganalisa bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Total Aset (TA), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), produktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turn Over (TATO), dan Current Ratio (CR) secara simultan terhadap peringkat obligasi. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Investor Dengan penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi para investor yang ingin melakukan investasi dalam bentuk obligasi yaitu dengan melihat peringkat-peringkat obligasi yang dapat dijadikan pertimbangan sebelum berinvestasi. Dilihat dari kinerja perusahaan yang menerbitkan obligasi yang akan diinvestasikan. 2. Perusahaan Dengan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat meningkatkan dan mempertahankan peringkat obligasinya. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perusahaan yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk obligasi.

3. Praktisi Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan pada usaha untuk melakukan pembenahan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi peringkat obligasi. 4. Mahasiswa dan Akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap peringkat obligasi. 5. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh ukuran perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), produktivitas, dan Current Ratio (CR) terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian, uraian penelitian terdahulu, kerangka berfikir, dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang menguraikan populasi dan sampel, sumber data, variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, pengujian dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan, keterbatasan, dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.