Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Persediaan

Carien Valerie Sakkung Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

Manajemen Persediaan

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelangsungan kehidupan perusahaan. Proses produksi tersebut memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

Manajemen Operasional. Metode EOQ

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

Persediaan. by R.A.H

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

Manajemen Persediaan KONTRAK PERKULIAHAN DAN PENGENALAN MANAJEMEN PERSEDIAAN. Irvan Hermala, S.E. M.Sc. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat. Dalam hal

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang paling besar dalam harta perusahaan. Persediaan juga memberikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN BSP MANAJEMEN PERSEDIAAN 1

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Persediaan bahan baku dalam perusahaan industri memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. a. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Persediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PERBANDINGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN JIT (JUST IN TIME) TERHADAP EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN PADA KOVEKSI RANTI Nama : Mutiara Dey NPM : 21209532 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan yang sangat pentinguntuk keberlangsungan hidup perusahaan. Persediaan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dalam suatu proses produksi karena berpengaruh langsung terhadap kelancaran proses produksi. Penentuan besarnya persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya untuk persediaan seperti biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya penyimpanan (carrying costs), serta kemungkinan terjadinya keusangan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan kemacetan dalam proses produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga. Hal ini mendorong penulis untuk membahas lebih lanjut tentang masalah penentuan besarnya persediaan dengan perbandingan dua metode tersebut melalui penulisan ilmiah berjudul : PERBANDINGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN JIT (JUST IN TIME) TERHADAP EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN PADA KONVEKSI RANTI

Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Bagaimana perbandingan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just In Time) terhadap efisiensi biaya persediaan bahan baku pakaian anak perempuan (kain sifon) dan kinerja nonkeuangan (efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas produk) pada Konveksi RANTI di tahun 2011? 2. Metode manakah yang sebaiknya diterapkan pada Konveksi RANTI bila ditinjau dari aspek efisiensi biaya persediaan dan kinerja non-keuangan (efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas produk)? Tujuan Penelitian ini adalah : Tujuan Penelitian 1. Membandingkan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just In Time) terhadap efisiensi biaya persediaan bahan baku pakaian anak perempuan (kain sifon) dan kinerja nonkeuangan (efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas produk) pada Konveksi RANTI di tahun 2011. 2. Untuk mengetahui dan menentukan metode mana yang sebaiknya diterapkan pada Konveksi RANTI bila ditinjau dari aspek efisiensi biaya persediaan dan kinerja non-keuangan (efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas produk)

Alat Analisis Metode yang digunakan: 1. Economic Order Quantity (EOQ) Freddy Rangkuti (2004) menyatakan bahwa metode EOQ merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Hal tersebut juga didukung oleh Herlina (2007) yang menyatakan bahwa metode EOQ adalah metode untuk menentukan berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk satu kali pesan. 2. Just In Time (JIT) Just In Time adalah suatu cara dengan meminimumkan persediaan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar proses berjalan dengan sempurna, konsep Just In Time berisi tentang jumlah yang tepat dari item yang baik yang akan tiba pada saat yang dibutuhkan tanpa keterlambatan. (Fien Zulfikarijah, 2005; 199)

PEMBAHASAN Metode EOQ terhadap Efisiensi Biaya pada konveksi RANTI Apabila metode EOQ diterapkan pada konveksi Ranti, berdasarkan data biaya persediaan yang diperoleh, maka jumlah pesanan yang paling ekonomis dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis sebagai berikut: EOQ = 2 D.S : H EOQ = 2 x 1.200 x 500.000 : 125.000 = 309,84 unit ~ 310 unit Untuk biaya total persediaan dapat dihitung sebagai berikut: Biaya Total = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan TC= SD : Q + HQ : 2 = (500.000 x 1200 : 310) + (12.500 x 310 :2) = 1.935.483,87 + 1.937.500 = Rp. 3.872.983,87 ~ Rp. 3.873.000,-

Dimana: S = Biaya pemesanan setiap kali pesan (dalam rupiah) D = Jumlah kebutuhan bahan baku per tahun (dalam unit) H = Biaya penyimpanan per unit bahan baku (dalam rupiah) c = Harga Barang perunit h = % biaya simpan

Metode EOQ terhadap Kinerja Non-Keuangan pada konveksi RANTI Penerapan metode EOQ dapat membantu dalam menunjang kinerja non-keuangan perusahaan. Kinerja non-keuangan dalam penelitian ini meliputi efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas produk. Berdasarkan hasil wawancara, Konveksi RANTI memiliki persediaan bahan baku sebagai pengaman untuk kelancaran proses produksi. Namun perusahaan tidak mengetahui pada titik mana bahan baku tersebut harus dipesan kembali sehingga hal tersebut dapat menghambat proses produksi apabila persediaan bahan baku telah habis dan perusahaan belum melakukan pemesanan kembali. Kemudian, persediaan yang terlalu banyak digudang dapat menurunkan kualitas bahan baku tersebut apabila terlalu lama disimpan akibat kelebihan memesan bahan baku. Proses produksi yang terhambat dapat menyebabkan pengiriman yang tidak tepat waktu sehingga dapat merusak kepercayaan customer terhadap perusahaan. Kualitas bahan baku yang menurun akibat lamanya penyimpanan digudang sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas produk, juga dapat merusak kepercayaan customer terhadap perusahaan dan menurunkan reputasi perusahaan di mata customer. Tentunya hal ini dapat diantisipasi bila Konveksi RANTI menerapkan metode EOQ, dimana perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah kebutuhan bahan baku yang optimal untuk dipesan dan kapan perusahaan harus memesan kembali, sehingga tidak menghambat efektivitas produksi dan ketepatan waktu pengiriman, serta dapat menjaga kualitas produknya.

Metode JIT terhadap Efisiensi Biaya pada Konveksi RANTI Gambaran perhitungan efisiensi biaya dengan konsep JIT dapat dihitung sebagai berikut: Apabila biaya pemesanan dengan menggunakan EOQ adalah sebesar Rp 30.000.000,- maka berdasarkan konsep JIT, di mana biaya pemesanan dilakukan berdasarkan permintaan dari pelanggan, diasumsikan biaya pemesanan lebih rendah dari Rp 30.000.000,-, misalnya sebesar Rp 22.500.000,-. Sedangkan biaya penyimpanan diasumsikan mendekati nol atau sama dengan nol maka diperoleh: Biaya Total (TC) sekali pesan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan = Rp. 300.000 + 0 = Rp. 300.000,-

Metode JIT terhadap Kinerja Non-Keuangan pada Konveksi RANTI Dalam kinerja non-keuangan, penerapan metode JIT sangat menunjang peningkatan kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti melihat kinerja non-keuangan dari segi efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas produk. Dari data yang diperoleh melalui hasil wawancara, persediaan bahan baku pada Konveksi RANTI tidak sedapat mungkin nol. Persediaan bahan baku banyak terdapat digudang sebagai persediaan pengaman untuk menjaga kelancaran proses produksi. Namun hal ini justru meningkatkan biaya penyimpanan bahan baku digudang dan dapat menurunkan kualitas bahan baku yang menyebabkan kualitas produk juga dapat menurun. Konveksi RANTI juga memesan bahan baku dari beberapa supplier sehingga perusahaan tidak terlalu memperhitungkan masalah relasi dengan suppliernya sebagai sesuatu yang penting untuk dipertahankan. Hal ini sangat memungkinkan seringkali terjadinya pengiriman bahan baku yang tidak tepat waktu karena kurang terjalinnya relasi yang baik dengan pihak pemasok. Akibatnya waktu tunggu tidak diupayakan nol dan ketepatan waktu pengiriman juga terhambat. Dari pihak customer akan merasa dirugikan dan dikecewakan, sehingga hal ini berdampak pada hubungan perusahaan dengan customer, padahal kelangsungan penerapan sistem JIT sangat bergantung pada customernya yang melakukan pemesanan secara berkesinambungan kepada perusahaan. Dari hasil wawancara, diketahui pula bahwa Konveksi RANTI tidak menekankan adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, sehingga perusahaan tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan customer dapat meningkat.

Apabila Konveksi RANTI menerapkan metode JIT, semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk harus dieliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu. Persediaan sedapat mungkin nol, sehingga produk rusak dan cacat juga sedapat mungkin nol, karena tidak ada cadangan persediaan yang dapat menggantikan produk yang cacat sehingga hal ini dapat meningkatkan komitmen para pekerja terhadap kualitas produk. Apabila kualitas produk dapat ditingkatkan maka tingkat kepuasan customer juga akan meningkat, sehingga dapat menjaga kelangsungan hubungan perusahaan dengan customernya, mengingat metode JIT hanya dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh customernya yang tetap percaya dan bergantung kepada perusahaan. Dalam menerapkan JIT, selain memperhatikan hubungan dengan customer, perusahaan juga harus menjalin hubungan yang baik dengan supplier. Hubungan kerja sama yang baik dapat dibina apabila pihak perusahaan memberi kepercayaan kepada pihak pemasok untuk menyediakan bahan baku terbaik bagi perusahaan. Hal ini tentunya harus dilakukan kepada satu pemasok saja. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan professional. Apabila hubungan supplier dan perusahaan telah terbina dengan baik tentunya dapat sangat membantu dalam penyediaan bahan baku yang tepat waktu sehingga mendukung kelancaran proses produksi. Ketepatan waktu pengiriman bahan baku dapat membantu perusahaan dalam upaya menekan waktu tunggu menjadi nol. Waktu tunggu yang lebih singkat akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pengiriman tepat waktu sehingga daya saing perusahaan meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari peneliian pada Konveksi RANTI yang telah menggunakan JIT sebagai metode manajemen persediaannya, terdapat beberapa kelemahan dalam penerapannya. Dilihat dari segi efisiensi biaya metode JIT lebih menguntungkan untuk Konveksi RANTI karena dapat menekan biaya persediaan tetapi karena Konveksi RANTI belum sepenuhnya menerapkan metode JIT karena masih memiliki safety stock maka diperlukan pula metode EOQ untuk menentukan banyaknya persediaan yang opimal untuk seiap pesan. Namun dalam segi kinerja non- keuangannya metode EOQ akan lebih menguntungkan untuk Konveksi RANTI karena metode ini membantu perusahaan menjaga agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar sehingga perusahaan dapat menjaga kesinambungan usahanya. Saran Setelah melakukan peneliian terhadap Konveksi RANTI, penelii menyarankan agar Konveksi RANTI lebih baik menerapkan metode EOQ untuk mengolah persediaannya. Karena apabila Konveksi RANTI menerapkan JIT tanpa disertai komitmen dari perusahaan untuk benar- benar menerapkan JIT secara efekif terhadap perusahaan, JIT malah akan merugikan perusahaan karena Idak adanya usaha untuk mengurangi persediaannya dan membangun hubungan yang kuat dengan supplier dan customer. Namun Idak menutup kemungkinan di waktu yang akan datang perusahaan bisa menerapkan metode JIT dalam management persediaannya jika mau melakukan perbaikan- perbaikan dalam sistem perusahaannya.