Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. (Ocbrianto, 2012). Tiga pilar yang mempengaruhi kualitas hidup sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU RT 07 RW 01 KELURAHAN KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN 2016

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

Transkripsi:

KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010) Silvia Anggraini Dosen Tetap Akbid Nadira Bandar Lampung ABSTRAK Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa indonesia agar dapat membantu dan menolong dirinya sendiri. keinginan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, tingginya angka kematian ibu (AKI) sebesar 343 per 100.000 kelahiran hidup atau setidaknya terdapat 18.000 ibu hamil meninggal dunia setiap tahun. Fakta menunjukkan bahwa keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring pertumbuhan terhadap anaknya di posyandu semakin hari semakin menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu berdasarkan data Riskesdas 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan bersifat observasional, dengan desain analisis atau pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga di provinsi Lampung.. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan (p=0,000), tidak ada hubungan antara usia dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu (p value =0,699). tidak ada hubungan antara pendidikan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu (p value =0,643). tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu (p value =1,000). tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan Posyandu (p value =0,912). Tidak ada hubungan tempat tinggal dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu (p value =0,131). Tidak ada hubungan antara status kesehatan balita dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu (p value =0,912). Ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu (p value=0,058) Status kesehatan balita dan peran tenaga kesehatan dengan keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu di provinsi Lampung berdasarkan data Riskesdas 2010 (p>0,05). Hasil analisis mutivariat menunjukkan ada hubungan signifikan antara Pengetahuan keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu di provinsi Lampung berdasarkan data Riskesdas 2010. Penelitian ini menyarankan kepada institusi kesehatan untuk menempatkan tenaga kesehatan di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan sehingga masyarakat yang berada di daerah terpencil, dapat berpartisipasi dalam mensosialisasikan pentingnya pemanfaatan Posyandu, untuk dapat memantau dan mengevaluasi keaktifan ibu ke Posyandu, melakukan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan dan bagi dinas kesehatan dapat mendukung pendistribusian dan penyediaan SDM (bidan desa atau kader Posyandu) yang terampil serta dapat menyelenggarakan pelatihan pengembangan bagi kader posyandu secara rutin Kata kunci : Keaktifan Ibu, Posyandu Page 8

Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana IPM Indonesia sebesar 72,6% dan menempati urutan 109 dari seluruh Negara di Dunia (Kemenkes RI, 2012). Salah satu upaya kesehatan Berbasis masyarakat (UKBM) yang turut mendukung pelaksanaan program kesehatan di masyarakat adalah pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang dilaksanakan oleh para kader yang berasal dari masyarakat dengan pembinaan dari tenaga kesehatan di puskesmas. Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa indonesia agar dapat membantu dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dengan dukungan teknis petugas Puskesmas. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan yang tertuang dalam sistem kesehatan nasional merupakan pedoman bagi seluruh penyelenggaraan kesehatan di Indonesia. Pada hakekatnya Sistem kesehatan nasional adalah salah satu bagian dari pembangunan nasional yang harus dicapai, keinginan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Undang-Undang Kesehatan, 2009). Kondisi tersebut di atas apabila dicermati lebih lanjut ternyata disebabkan derajat kesehatan perempuan dan anak yang rendah. Hal itu dapat dilihat masih tingginya angka kematian ibu (AKI) sebesar 343 per 100.000 kelahiran hidup atau setidaknya terdapat 18.000 ibu hamil meninggal dunia setiap tahun. Kondisi ini yang membuat umur harapan hidup di Indonesia hanya mencapai 72% dan menempati urutan ke enam di Negara ASEAN (Kemenkes RI, 2012). Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kematian bayi dan balita yang masih tinggi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan. Di Indonesia 153.681 bayi mati setiap tahunnya, itu berarti setiap harinya ada 421 bayi yang mati, itu sama dengan 2 orang bayi mati setiap menit. 54% penyebab kematian bayi adalah latar belakangnya gizi. 27,3% balita Indonesia gizi kurang, 8% gizi buruk, 48,1% balita mengalami anemia gizi (Kemenkes RI, 2012). Strategi dalam pelayanan dasar kepada masyarakat dilakukan melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang merupakan salah satu bentuk Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan yang sasarannya adalah seluruh masyarakat. Program posyandu merupakan strategi pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kelahiran. Untuk mempercepat penurunan AKI, AKB dan Angka Kelahiran diperlukan peran serta masyarakat dalam kegiatan di posyandu (Muninjaya, 2002). Keberadaan Posyandu sangatlah penting pelaksanaannya telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Secara nasional kuantitas Posyandu mengalami peningkatan dari 25.000 Posyandu pada tahun 1986 menjadi 238.699 Posyandu pada tahun 2010 akan tetapi secara kualitas masih banyak kekurangan Page 9

diantaranya minimnya kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai. Sementara di Provinsi Lampung jumlah Posyandu Tahun 2009 tercatat sebanyak 7626 Posyandu yang terdiri dari 786 (10,3%) Posyandu Pratama, 3407 (44,6%) Posyandu Madya, 2934 (38,47%) Posyandu Purnama dan hanya 499 (6,54%) Posyandu Mandiri, namun dari jumlah tersebut hanya 3.433 (45,02%) Posyandu saja yang aktif (Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2012). Operasionalisasi Posyandu bergantung dari keaktifan kader Posyandu di satu sisi dan keaktifan masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu di sisi lain. Optimalisasi kegiatan Posyandu perlu diteladani dari kekatifan kader sehingga dapat membuat masyarakat menyadari pentingnya Posyandu dan juga aktif dalam kegiatan-kegiatan Posyandu. Secara Nasional keaktifan dalam pemanfaatan Posyandu sebagaimana terdata dari hasil Riskesdas 2010 hanya mencapai 23,8% dan di Provinsi Lampung hanya 21,4%, artinya kesadaran untuk memanfaatkan Posyandu masih rendah. Kegiatan di Posyandu terutama bagi balita terdiri dari imunisasi, penimbangan balita, pemberian vitamin A dan lain sebagainya. Tentunya hasil dari proses kegiatan Posyandu menghasilkan pencapaian cakupan dari kegiatan-kegiatan didalamnya terutama pada balita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 untuk kesehatan anak, cakupan imunisasi dasar lengkap semakin meningkat jika dibandingkan tahun 2007, 2010 dan 2013 yaitu menjadi 58,9 persen di tahun 2013. Persentase tertinggi di DI Yogyakarta (83,1%) dan terendah di Papua (29,2%). Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2013). Persentase tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat (89,2%) dan yang terendah di Sumatera Utara (52,3%). Kunjungan neonatus pada 6-48 jam pertama (KN1) telah dilakukan pada 71,3 persen bayi yang dilahirkan hampir tidak ada perbedaan dengan hasil Riskesdas 2010 (71,4%). Walaupun KN1 meningkat dibanding 2010 (31,8%), tetapi kunjungan neonatus lengkap sampai dengan 28 hari hanya dilakukan oleh 39,3 persen bayi lahir. Informasi tentang berat badan lahir dan panjang badan lahir anak balita didasarkan kepada dokumen/catatan yang dimiliki oleh anggota RT (buku KIA, KMS, atau buku catatan kesehatan anak lainnya). Sebanyak 52,6 persen balita dengan catatan berat badan lahir dan 45 persen balita dengan catatan panjang badan lahir. Masih terdapat 10,2 persen bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2.500 gram. Persentase ini menurun dari Riskesdas 2010 (11,1%). Persentase bayi dengan panjang badan lahir pendek (<48 cm) cukup tinggi, yaitu sebesar 20,2 persen. Jika dikombinasikan antara BBLR dan panjang badan lahir pendek, maka terdapat 4,3 persen balita yang BBLR dan juga memiliki panjang badan lahir pendek dan prevalensi tertinggi di Papua (7,6%), sedangkan yang terendah di Maluku (0,8%). Balita adalah salah satu sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu. Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian (Supariasa, 2002). Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita dapat dilihat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat badannya karena garis pertumbuhan normal seorang balita yang dibuat pada KMS untuk mengetahui seorang anak tumbuh dengan normal atau menyimpang (Depkes RI, 2003). Dengan cara berkunjung secara teratur ke posyandu untuk ditimbang berat badannya. Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S) menjadi salah satu indikator yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi Page 10

pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 75,1%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 71,4%. Capaian pada tahun 2012 telah memenuhi target Renstra 2012 sebesar 75%. Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 persen (2007), 23,8 persen (2010) menjadi 34,3 persen (2013). Provinsi yang memiliki capaian tertinggi adalah Jawa Timur sebesar 87,8%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 83,6%, dan Jawa Tengah sebesar 82,1%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 31%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 48,9% dan Maluku Utara sebesar 52,5%. Cakupan balita ditimbang di Provinsi lampung tahun 2013 sebesar 52,50% dimana angka ini masih dibawah target yang diharapkan (70%). Angka ini menggambarkan bahwa partisipasi dari masyarakat untuk datang ke posyandu masih cukup rendah di Provinsi Lampung. Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S, namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain: dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Posyandu diselenggarakan untuk melayani balita imunisasi maupun penimbangan berat badan (Ismawati, 2010). Pelaksanaan kegiatan posyandu sistem 5 meja, dimana kegiatan pada setiap meja mempunyai kegiatan khusus. Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaannya, tetapi kegiatan posyandu tersebut harus mencakup 5 pokok kegiatan yaitu meja I pendaftaran, meja II penimbangan balita, meja III hasil penimbangan balita, meja IV penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu dan balita, ibu hamil dan ibu menyusui, meja V pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit. Dalam kegiatan posyandu pokok posyandu meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi dan penggulangan diare (Ismawati, 2010). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penimbangan balita ke posyandu diantaranya adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan ibu, balita tidak mau ditimbang dapat menjadi penyebab balita tidak datang ke posyandu, serta daya tarik posyandu juga dapat mempengaruhi kemauan ibu untuk mengantar anak ke posyandu (Depkes RI, 2009). Fakta menunjukkan bahwa keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring pertumbuhan terhadap anaknya di posyandu semakin hari semakin menurun. Salah satu faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut adalah ketidaktahuan ibu tentang manfaat menimbangkan anaknya di posyandu, sehingga dirasakan perlu adanya suatu upaya untuk menyadarkan agar tahu manfaat penimbangan di posyandu (Djaiman, 2009). Penelitian ini bertujuan diketahui faktorfaktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu berdasarkan Data Riskesdas 2010 Page 11

Model Penelitian Jenis penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan Diskriptif Analitik dengan desain cross-sectional (potong lintang) yaitu desain penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada waktu yang sama dan bersifat sesaat. Populasi penelitian ini adalah Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga di Provinsi Lampung. Secara keseluruhan, jumlah sampel Jumlah Responden dalam set data yang penulis terima dari Bagian Manajemen Data Riskesdas 2010 Badan Litbang Kesehatan sebelum di edit total adalah 969.540 orang responden berumur 10 tahun keatas. Setelah data dipilih berdasarkan pada ibu yang memiliki balita di Provinsi Lampung maka jumlah respondennya adalah 544 orang. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil Penelitian 1. Hasil Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden KEAKTIFAN IBU n % Total Aktif 435 80.0 544 Tidak aktif 109 20.0 USIA n % < 35 tahun 425 78,1 544 > 35 tahun 119 21,9 PENDIDIKAN n % tinggi 166 30.5 544 rendah 378 69.5 PEKERJAAN n % Tidak bekerja 225 41,4 544 Bekerja 319 58,6 SOSIAL EKONOMI n % Tinggi 206 37.9 544 Rendah 338 62.1 PENGETAHUAN n % Baik 172 31.6 544 Kurang 273 50.2 TEMPAT TINGGAL n % Pedesaan 378 69.5 544 Perkotaan 166 30.5 STATUS KESEHATAN n % BAYI ya 45 8.3 tidak 499 89.5 544 PERANAN TENAGA n % KESEHATAN Baik 388 71.3 544 Kurang 156 28.7 Kelompok ibu yang tidak tahu status kesehatan bayi lebih banyak (92,7%) dibandingkan dengan kelompok ibu yang tahu tentang status kesehatan bayinya. Kelompok ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan baik lebih banyak (80,0%) dibandingkan dengan kelompok ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan kurang baik 2. Hasil Bivariat Hasil uji statistik dengan analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan keaktifan ibu balita =0,699). Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan keaktifan ibu balita =0,643). Tidak ada hubungan antara Page 12

pekerjaan dengan keaktifan ibu balita =1,000). Ttidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan keaktifan ibu balita =0,912). Tidak ada hubungan tempat tinggal dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan Posyandu (p value =0,131). tidak ada hubungan antara status kesehatan balita dengan keaktifan ibu balita =0,912). Ada hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan ibu balita =0,058) 3. Hasil Multivariat Dari keseluruhan proses analisis multivariat yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa diantara determinan keaktifan ibu balita, terdapat Pada model akhir multivariate telah diketahui dari persamaan regresi yang menunjukkan bahwa variabel pengetahuan ibu balita, merupakan variabel yang paling berhubungan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan Posyandu. Simpulan 1. Ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan ibu dalam kegiatan Posyandu di Provinsi Lampung berdasarkan data Riskesdas 2010. 2. Tidak ada hubungan usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tiggal, status kesehatan balita dan peran tenaga kesehatan dengan keaktifan ibu dalam kegiatan Posyandu di Provinsi Lampung berdasarkan data Riskesdas 2010. 3. Pengetahuan merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan keaktifan ibu dalam kegiatan Posyandu di Provinsi Lampung berdasarkan data Riskesdas Tahun 2010 Saran Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan dengan keaktifan ibu dalam kegiatan Posyandu, serta masih banyak dijumpai ibu yang kurang memahami tentang pentingnya kunjungan ke Posyandu maka disarankan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan posyandu Daftar Pustaka Astuti. 2002. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Penimbangan Balita di Puskesmas Kota Bumi II. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat Umitra Lampung. Depkes RI, 2000. Upaya Untuk Melindungi Anak-Anak dari Bencana. Kampanye Promosi Posyandu. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Depkes RI, 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan Jakarta. Depkes RI, 2007. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga (untuk Kader). Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta. epkes RI, 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Departemen Kesehatan RI Jakarta Depkes RI, 2009. Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga Bagi Petugas Puskesmas. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta. Depkes RI, 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Departemen Kesehatan RI Jakarta Departemen Dalam Negeri, 1999. Surat Edaran MENDAGRI No. 4113/536/SJ Tanggal 3 Maret 1999 tentang Revitalisasi Posyandu, Jakarta Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah RI, 2001. Surat Edaran Nomor : 4113/1116/SJ Tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu, Jakarta Ferizal dan Mubasyir 2007, Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Page 13

Posyandu Terhadap Intensitas Posyandu. Jurnal KMPK. Green, Laurence. 2005. Health Program Planning and Educational and Ecological Approach. Boston Burr Madison New York. Hastono, Sutanto P, 2001 Analisis Data. Modul Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ilyas, Yaslis, 1999, Teori Penilaian dan Penelitian. PKEK-FKM Universitas Indonesia Jakarta Http//syakira.blog.blogspot.com/diambil pada tanggal 2/03/2010. Juanda, Pandita. 2008. Skripsi. Hubungan Persepsi terhadap kebijakan pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan kinerja dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue pada petugas Puskesmas di Kabupatan Lampung Utara. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung. Tidak dipublikasikan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pengelolaan Posyandu. Kementerian Kesehatan, Jakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007, 2002. Metode Penenelitian Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta Noviansyah. 2006. Tesis. Persepsi Masyarakat terhadap Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin di Kota Metro Propinsi Lampung. Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Pokjanal, 2006. Pokjanal Posyandu. Pedoman Pengelolaan Posyandu. Jakarta Rakhmat, 2000. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Remaja Rosda Karya. Bandung. Ristianto, 2003. Hubungan antara Penengetahuan Persepsi dan Sikap Ibu Balita Terhadap Penimbangan Balita di Posyandu Kecamatan Tegalrejo. Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Ridwan, 2005. Hubungan Persepsi Pengetahuan Tradisi dan Sikap Ibu Menyusui Untuk Memberikan Asi Ekslusif di Wilayah Kerja Mulyojati, Sidomulyo Lampung Selatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung. Tidak Dipublikasikan. Sukarni. 2000. Artikel. Persepsi dan Sikap Ibu dengan Prilaku Penimbangan Balita di Posyandu Studi Pada Wilayah Kerja Puskesmas Cilandak Jakarta Selatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Setia Budi Cilandak. Jakarta Selatan. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta Jakarta. Sugiono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Gramedia. Jakarta. Ridha, 2008. Masalah Rendahnya Penimbangan Balita Di Posyandu Dan Pemecahannya Menurut Mutu Pelayanan Kebidanan. http://one.indoskripsi.com Salham, 2007. Analisis Keberadaan Kader Pos Pelayanan Terpadu Posyandu Terhadap Revitalisasi Posyandu Di Sulawesi Tengah http://dinkesprovsulteng.wordpress.c om Sembiring, Nasap, 2004. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara. Syakira, Tentang Posyandu. http://syakirablog.blogspot.com Page 14