BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB IX PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN

BAGIAN 6. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan. Oleh : Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., Dan Ir.

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

ALAT PENGOLAH AIR LIMBAH RUMAH TANGGA INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

ALAT PENGOLAH AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SEMI KOMUNAL KOMBINASI BIOFILTER ANAEROB DAN AEROB

RANCANG BANGUN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) AYAM DENGAN PROSES BIOFILTER

BAB IV PILOT PLANT PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES PENGENDAPAN KIMIA DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

ANALISIS KUALITAS AIR WADUK RIO RIO DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN DAN TEKNOLOGI UNTUK MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

LAMPIRAN. Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES BIOFILM TERCELUP

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam kegiatannya banyak menggunakan bahan-bahan yang

EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

PENGGUNAAN MEDIA SERAT PLASTIK PADA PROSES BIOFILTER TERCELUP UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA NON TOILET

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT KAJIAN ASPEK PEMILIHAN TEKNOLOGI

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

TEKNOLOGI PENGOLAHAAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM BIOFILTER ANEROB-AEROB

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat umum lainnya

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DAN AIR LIMBAH

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

ANALISIS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK STUDI KASUS PT. UNITED CAN Co. Ltd.

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PABRIK TAHU DI KELURAHAN MULYOJATI 16 C KOTA METRO

APLIKASI TEKNOLOGI BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG PERKANTORAN

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

BAB 6 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES TRICKLING FILTER

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT YANG MURAH DAN EFISIEN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

RANCANG BANGUN PAKET IPAL RUMAH SAKIT DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROB-AEROB, KAPASITAS M 3 PER HARI

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT (STUDI KASUS DI PERUMAHAN PT. PERTAMINA UNIT PELAYANAN III PLAJU SUMATERA SELATAN)

Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP) Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PERENCANAAN IPAL BIOFILTER DI UPTD KESEHATAN PUSKESMAS GONDANGWETAN KABUPATEN PASURUAN. Siti Komariyah **) dan Sugito*)

BAB III LANDASAN TEORI

Penanganan limbah. Masyarakat sebagai penghuni jagatraya akan mendapatkan dan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh limbah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Sewage Treatment Plant

Transkripsi:

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN 3.1. Pendahuluan Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang emas, maka diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata. Salah satu fasilitas penting adalah adanya sarana penginapan seperti hotel yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat meningkatkan jumlah tamunya. Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusatpusat perkotaan dan kawasan pariwisata akan menghasilkan berbagai limbah, baik padat (sampah) maupun cair. Untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat, maka berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai dengan karakteristiknya. 3.2. Industri Perhotelan Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel, hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Pengertian hotel menurut Surat Kep. Ini hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana menurut Surat Keputusan ini penginapan atau losmen tidak termasuk dalam pengertian hotel. 70

Penginapan atau losmen adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian bedanya dengan hotel adalah, bahwa penginapan tidak menyediakan pelayanan makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya. 3.3. Klasifikasi Hotel Menurut SK No. KM 37/PW. 304/MPPT-86, penggolongan hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel berbintang satu (1) sampai dengan yang tertinggi dengan bintang lima (5). Dalam SK tersebut juga mengatur jenis penginapan dengan fasilitas di bawah hotel berbintang, yang disebut hotel melati. Disamping itu juga terdapat jenis penginapan lainnya dengan nama wisma, home stay, losmen dan sebagainya. Klasifikasi hotel berbintang tersebut secara garis besar didasarkan pada : (1). Besar/kecil atau banyaknya jumlah kamar (2). Lokasi hotel (3). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki hotel (4). Kelengkapan peralatan (5). Spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan (6). Kualitas bangunan (7). Tata letak ruangan Di dalam United State Lodging Industry dijelaskan, bahwa hotel dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : Transient Hotel, yaitu hotel yang letak/lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis. Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti retoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar dan pelayanan kebersihan kamar. 71

Resort hotel, yaitu hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat wisata dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk tamu-tamunya. Untuk meningkatkan kenyamanan bagi para tamunya, setiap hotel selalu menawarkan berbagai fasilitas tambahan yang dapat diberikan disamping fasilitas-fasilitas standar yang ada pada hotel. Gambar 3.1. Sebagian hotel di kota Tegal 3.4. Sumber Limbah Kegiatan Perhotelan Limbah Cair Hotel adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. (Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995) Hotel menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, pencucian/laundry dll bagi para pengunjungnya, sehingga dalam aktivitasnya hotel menghasilkan berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain: 72

limbah dari kamar mandi dan toilet, limbah dari kegiatan di dapur/restaurant limbah dari kegiatan pencucian/loundry, limbah dari fasilitas kolam renang, Gambar 3.2. Sumber Limbah Dari Dapur Gambar 3.3. Saluran Limbah Dari Sumbernya Yang Belum Diolah 3.5. Karakteristik Limbah Perhotelan Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut. Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Senyawa fisik : berwarna mengandung padatan 2. Senyawa kimia organik : mengandung karbohidrat mengandung minyak dan lemak mengandung protein mengandung unsur surfactan antara lain detergen dan sabun 73

3. Senyawa kimia anorganik : mengandung alkalinity mengandung Khloride mengandung Nitrogen mengandung Phospor mengandung Sulfur 4. Unsur Biologi : mengandung protista dan virus Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut: Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 300 mg/lt. Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 250 mg/l. Menurut Morimura dan Soufyan standar pemakaian air untuk hotel adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120 150 liter per karyawan per hari. Biasanya karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shif kerja, sehingga misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata setiap shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah pemakaian air untuk karyawan dihitung untuk 40 orang x jumlah pemakaian air setiap hari (120 150 liter/hari). Contoh : Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar, Kapasitas maksimal tamu (60 kamar single bad, 50 kamar double bad) = 160 orang Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shif, jadi tiap shif 40 orang. Diasumsikan bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air limbah, maka jumlah limbah maksimum adalah sebagai berikut : Jumlah pemakaian air oleh tamu =160 org x 300 liter/orang.hari. = 48.000 liter per hari = 48 m 3 /hari. 74

Jumlah pemakaian air oleh karyawan Total pemakaian air maksimum dibulatkan menjadi = 40 x 150 liter/orang. = 6.000 liter/ hari = 6 m 3 / hari. = ( 48 + 6 ) m 3 /hari = 54 m 3 /hari. = 60 m 3 per hari. Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel tersebut (pada tingkat hunian kamar penuh) adalah 60 m 3 per hari. 3.6. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Disamping itu, biaya operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu limbah buangan yang berlaku. Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu limbah cair perhotelan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah pada Tabel 3.1. berikut: Tabel 3.1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel NO PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/l) 1. BOD 5 30 2. COD 50 3. TSS 50 4. Minyak dan Lemak 25 5. MBAS 5 6. PH 6.0 9.0 7. Bakteri Coliform 400 8. Debit Maksimum 1.5 m 3 / kamar per hari 75

3.7. Pengelolaan Limbah Cair Perhotelan Agar jumlah limbah yang diolah tidak terlalu banyak, sehingga tidak memerlukan investasi besar serta biaya operasionalnya rendah, maka diperlukan suatu sistem manajemen limbah yang tepat. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam sistem ini antara lain: Melakukan pemisahan antara air hujan dengan air limbah, Air hujan diresapkan ke dalam tanah untuk meningkatkan cadangan air tanah, Sebelum melakukan pembersihan/ pencucian alat, limbah padat/ sampah dipisahkan terlebih dahulu. Minyak/ oli/ grase, dipisahkan dan dikumpulkan dalam wadah khusus serta tidak boleh dibuang/ dicampur dengan air limbah. Penggunaan bahan pembersih dan disinfektan harus sesuai dengan prosedur, tidak boleh berlebihan. Perhatikan betul petunjuk pemakaiannya. Penggunaan jenis bahan pembersih dan disinfektan yang ramah lingkungan (mudah terdegradasi), Penggunaan air yang seeffisien mungkin, Untuk membersihkan saluran air kotor, sekali seminggu digelontor dengan air mendidih atau campuran segenggam baking soda dan setengah cangkir cuka. Dengan melakukan manajemen limbah, sesuai dengan karakteristik limbahnya, maka akan banyak memberikan berbagai keuntungan, antara lain: Kapasitas IPAL yang dibangun relatif kecil, sehingga investasinya juga kecil, Biaya operasional IPAL rendah, Hasil pengolahan dapat memenuhi baku mutu, Mudah dalam melakukan kontrol, Cadangan air tanah meningkat. Pada gambar 3 menunjukkan sistem manajemen limbah perhotelan. Dalam gambar tersebut terlihat adanya pemilahan limbah sesuai dengan karakteristiknya. 76

Air hujan dipisahkan dari limbah K. Mandi, wash tavel T Toilet o il e t K. Mandi, wash tavel Dapur Toilet Bak pemisah minyak Ke saluran umum IPAL Septik tank Air olahan saluran umum Gambar 3.4. Sistem Manajemen Limbah Cair Perhotelan Gambar 3.5. Fasilitas Pengelolaan Limbah Hotel Di Kota 77

3.8. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan Hal yang tidak kalah penting dalam melakukan pengelolaan limbah cair perhotelan adalah pemilihan teknologi pengolahan limbah yang tepat. Pemilihan teknologi ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: laju aliran limbah, kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah), ketersediaan lahan, standar air olahan yang diinginkan, kemampuan pembiayaan. Banyak teknologi pengolahan limbah yang telah dikembangakan, Tabel 3.2 berikut adalah contoh-contoh teknologi tersebut. Tabel 3.2. Beberapa Pilihan Pengolahan Air Buangan Pre-treatment Primary treatment Secondary treatment Tertiary treatment Screening dan Grit Removal Equalization dan Storage Oil Separation Kimia Fisik Penghilangan organik terlarut dan unsur koloid Penghilan gan padatan tersuspensi Netralisasi Sedimentasi Hidrolisis Flotasi Lumpur aktif Pengendapan Koagulasi Stabilisasi kontak Trickling Filter Kolam aerasi Ozonation Koagulasi, Sedimentasi Filtrasi Adsorpsi karbon Penukar ion Destilasi RO Elektrodialisis 78

3.9. Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair perhotelan yang dapat diterapkan untuk hotel kecil dan menengah. Diagram proses pengolahan ini dapat dilihat pada Gambar 3.6. Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap secara ananerob atau tanpa udara. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. 79

Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada di bawah ini. 80

81 Gambar 3.6. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob

Proses dengan biofilter anaerob-aerob ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain : Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang menyelimuti permukaan media atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS), deterjen (MBAS), ammonium dan posphor. Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar Dengan kombinasi proses anaerob-aerob, efisiensi penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk 82

menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme dan akan disintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Dengan kombinasi proses anaerob-aerob ini dapat menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar. 3.10. Penutup Panduan ini disusun untuk memberikan gambaran kepada para pemilik hotel agar dapat melakukan pengelolaan lingkungannya sehingga dapat mewujudkan suatu kawasan hotel yang bersih dan nyaman sehingga disamping dapat membantu upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan tingkat hunian tamu hotel. Contoh teknologi pengolahan limbah cair perhotelan ini dilengkapi dengan sistem manajemen limbah cair, sehingga diharapkan para pengelola hotel dapat melakukan pengelolaan limbahnya dengan effisien dan murah. Dengan demikian biaya pembangunan dan pengoperasiannya murah tanpa membenabi pengusaha dengan berat. Diharapkan pula dengan tambahan modal yang sedikit tersebut dapat menciptakan lingkungan yang asri sehingga dapat lebih menarik para pengunjung. 83

DAFTAR PUSTAKA 1. -----, Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984. 2. -----, Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL JAYA, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995. 3. Gouda T., Suisitsu Kougaku Ouyouben, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979. 4. Said, N.I., Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow, Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995. 5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., Eisei Kougaku (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987. 6. Sulastiyono A. Drs, MSi, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, Alfabeta, Bandung, 1999. 7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., Water Supply And Polution Control, Harper & Row, New York, 1985. 8. Wignjohusodo, S., Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan Terpusat, Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit, Jakarta 11 Juli 1996. 84