BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologi. Keadaan alam masih lebih menentukan sebagian besar masyarakat Indonesia daripada upaya teknologi. Lingkungan hidup manusia mencakup segala macam sumber daya alam yang ada di sekitar manuisa. Sebagai satu kesatuan, manusia dan lingkungan (tumbuhan, hewan, jasad renik dan sebagainya) hidup berdampingan dan berinteraksi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidup mereka. Makhluk hidup secara keseluruhan merupakan penyebab utama terjadinya berbagai perubahan dalam sistem kehidupan. Tetapi semenjak dahulu kala, kecuali manusia, makhluk hidup yang lain itu menjadi penyebab timbulnya perubahan secara alami, yang bercirikan keajegan, keseimbangan, dan keselarasan. Sedangkan manusia mempunyai potensi dan kemampuan untuk merubahnya secara berbeda (Soerjani,dkk, 1987: 12). Peranan manusia dalam lingkungan hidup dapat sebagai berikut : 1. Sebagai perampok/ pengeksploitasi yang dapat mengakibatkan punahnya beberapa biota dan menciutnya sumber daya alam; 2. Sebagai perombak, yaitu merombak ekosistem alami menjadi ekosistem binaan dan dengannya mengubah profil permukaan bumi; 3. Sebagai pengotor karena membuang limbah ke lingkungan sehingga terjadi pencemaran; 4. Sebagai pembina lingkungan dengan mengusahakan kelestarian lingkungan serta pengelolaannya secara bijaksana (Kaligis, dkk, 2008: 1.6). Oleh karena itu, manusia sendirilah yang bisa menentukan akan berperan sebagai apa dan bagaimana dalam berinteraksi terhadap lingkungan alam sekitarnya. Undang-Undang Republik Inodonesia Nomor 23 Tahun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Tunggal, 1998: 3). Namun dewasa ini berbagai masalah lingkungan hidup mulai banyak terjadi dan menyebabkan kondisi lingkungan yang semakin rusak dan tidak terkendali. Satu di antara sekian banyak problem dan krisis yang dialami penduduk bumi adalah rusaknya lingkungan alam yang menjadi daya dukung utama hidup kita, seperti pencemaran udara, air, dan tanah yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Pertumbuhan penduduk yang tidak pernah surut dan laju pembangunan sentra-sentra industri serta pemukiman mendorong semakin tingginya kebutuhan manusia terhadap penggunaan sumber daya alam seperti tanah dan air, serta sumber daya alam hayati dan hewani beserta unsur-unsur lain yang mendukungnya ( Sumantri, 2013). Pertumbuhan penduduk yang semakin besar dan tidak pernah surut tersebut menjadi faktor pendorong yang paling besar dalam terjadinya kerusakan lingkungan. Segala macam aktifitas yang dilakukan manusia pada akhirnya akan berdampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah lingkungan yang akan memberikan dampak negatif bagi lingkungannya adalah masalah sampah. Dengan semakin bertambahnya penduduk terutama di Indonesia ini menyebabkan juga terjadinya peningkatan kebutuhan manusia akan barang-barang konsumsi yang pada ujungnya akan menimbulkan sampah, apabila tidak bisa mengelolanya akan mengakibatkan pencemaran pada lingkungan sekitar. Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungannya, masih banyak sekali masalah-masalah lingkungan yang perlu segera mendapatkan perhatian. Kebanyakan masyarakat belum mengetahui bahwa banyak sekali masalah-masalah lingkungan disekitar masyarakat yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup secara keseluruhan. Kesadaran
masyarakat mengenai masalah lingkungan yang ada belum cukup tinggi untuk mempengaruhi perilaku mereka ataupun untuk menjadi motivasi yang kuat yang dapat melahirkan tindakan yang nyata dalam usaha swadaya perbaikan lingkungan hidup. Usaha masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan masih harus terus lebih dikembangkan lagi (Soerjani, dkk, 1987: 21). Masalah lingkungan terutama masalah sampah yang saat ini harus menjadi perhatian bagi semua kalangan dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya kesadaran masyarakat akan pentngnya pengelolaan lingkungan dan sampah, kurangnya perhatian dan pemerintah dan rendahnya tanggung jawab dunia industri terhadap dampak kepentingan ekonomisnya. Permasalahan lingkungan terutama sampah merupakan masalah yang krusial di Indonesia ini. Masalah sampah yang ada di lingkungan sekitar juga bisa menimbulkan masalah sosial yang lain misalnya masalah kesehatan dan juga bisa menimbulkan banjir. Bencana banjir bisa terjadi apabila adanya perilaku masyarakat yang melakukan pembuangan sampah ke dalam sungai setiap harinya. Masalah tersebut memang sangat disoroti oleh berbagai kalangan karena perilaku negatif dari masyarakat yang merusak dan mencemari lingkungan. Perilaku negatif tersebut kini banyak terjadi terutama di kalangan masyarakat perkotaan. Faktor penyebab mengapa masyarakat melakukan perilaku tersebut antara lain, tidak tersedianya tempat sampah di rumah, meniru tetangganya dan seakan menjadi budaya, rumah dekat dengan sungai serta pembuangan sampah di sungai tidak membutuhkan biaya. Namun dengan perilaku masyarakat yang demikian, akan menimbulkan kerugian dan dampak yang lebih besar lagi bagi mereka yaitu dengan adanya bencana banjir akibat sungai yang tidak bisa mengalir karena adanya tumpukan sampah di dalamnya. Masalah lain yang timbul, walaupun sudah disediakan tempat pembuangan akhir untuk menimbun limbah (sampah) padat yang dihasilkan terus bertambah maka tempat pembuangan akhir (TPA) harusnya
semakin meluas juga. Dengan bertambah luasnya tempat pembuangan akhir berarti akan makin mengurangi luas daratan yang dapat dimanfaatkan untuk daerah pemukiman, daerah industri, daerah pertanian dan lain-lainnya. Mengingat akan hal ini maka perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana mengurangi jumlah limbah padat (sampah) dengan memanfaatkan kembali limbah padat (sampah) tersebut untuk kepentingan manusia melalui proses daur ulang limbah padat (sampah), sekaligus sebagai usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan daratan ( Wardhana, 2004: 103). Oleh karena itu dibutuhkan sebuah paradigma baru mengenai cara manusia mengatasi masalah sampah dan lingkungan. Hal tersebut terjadi jika segenap umat manusia bekerja sama ke arah perubahan iu. Cara pengelolaan lingkungan yang terintegrasi adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat memandang permasalahan lingkungan ini dengan lebih menyeluruh, sehingga tidak ada lagi keraguan dalam menghadapi musim kemarau ataupun musim banjir ( Sumantri, 2013: vii). Berbicara masalah lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari adanya peranan perempuan. Sejatinya perempuan berpotensi besar dalam penanganan atau pelestarian lingkungan hidup. Namun, posisi perempuan yang masih belum juga menguntungkan membuat perempuan seringkali dipandang sebelah mata. Sherry B. Ortner menyatakan bahwa tidak mudah bagi perempuan untuk memutuskan kedekatannya dengan alam sebab praktis hampir semua kebudayaan menunjukkan bahwa dibanding dengan laki-laki, perempuan lebih dekat dengan alam. Ada tiga alasan untuk menjelaskan mengapa demikian. Pertama, fisiologi perempuan lebih terlibat dalam waktu yang lebih lama dengan spesies kehidupan adalah tubuh perempuan yang merawat masa depan kemanusiaan. Kedua, tempat perempuan adalah domestik, yakni tempat bayi-bayi serupa binatang perlahan-lahan ditransformasi menjadi makhluk kultural. Ketiga, psikologi perempuan yang dibentuk sesuai dengan fungsi ibu melalui sosialisasi dirinya sendiri yang condong berpikir konkret, dan lebih khusus dibandingkan laki-laki. Berbeda
dengan pemikiran Sherry B. Ortner, Susan Grifin menyatakan bahwa dibanding dengan laki-laki, perempuan mempunyai cara khusus untuk mengetahui dan melihat realita, sebab perempuan memiliki modal pengalaman hubungan antara dirinya dengan alam. Dunia perempuan cenderung bersifat subyektif, sedangkan dunia laki-laki bersifat obyektif (Susilo, 2012 : 120-122). Rumah tangga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat yang efektif untuk membangun kesadaran lingkungan. Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan sampah skala rumah tangga, berarti tidak luput dari adanya partisipasi perempuan. Di dalam rumah tangga ada perempuan yang berperan besar mendidik dan membangun tentang kesadaran memelihara lingkungan. Perempuan telah banyak berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya alam. Partisipasi perempuan sangatlah berkorelasi dengan kualitas lingkungan. Bila perempuan aktif maka akan terlihat lingkungan bersih, hijau, teratur dan indah. Perempuan Indonesia harusnya mempunyai kebiasaan dalam mengelola lingkungan, terutama dalam hal pemeliharaan. Contoh kebiasaan perempuan dalam mengelola lingkungan seperti menyapu dua kali sehari, membuang sampah rumah tangga yang seharusnya pada tempatnya, dan melakukan pengelolaan sampah. Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi dasar adanya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Keberadaan sampah dapat menjadikan lahan pencaharian baru bagi sebagian orang, namun tidah menutup kemungkinan sampah dengan jumlah banyak menjadi masalah lingkungan dan kesehatan. Bagi masyarakat pedesaan mungkin adanya sampah belum terlalu berpengaruh terhadap kehidupan mereka karena dengan lahan yang masih luas, masyarakat mudah untuk mengelola sampah. Akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan adanya sampah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Sampah diperkotaan telah menjadi perhatian
bagi pemerintah pada khususnya serta pihak swasta dan masyarakat pada umumnya. Adanya timbunan-timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti timbulnya berbagai penyakit, saluran air yang terhambat seperti sungai dan akhirnya bisa menyebabkan bencana banjir, pencemaran air dan tanah, dan sebagainya (Theresia, 2012). Kawasan sungai Jenes merupakan kawasan yang bila di pandang mata adalah kawasan yang padat penduduk. Salah satu kawasan padat penduduk yakni di sekitar bantaran Sungai Jenes khususnya di wilayah Kelurahan Joyosuran, dimana wilayah ini juga menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak luapan Sungai Jenes pada setiap tahunnya. Kawasan ini memang menjadi perhatian terutama pada masalah sampah, karena mengingat kawasan ini padat penduduk dan sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga tidak bisa tertampung seluruhnya sehingga sebagian pembuangannya ke dalam Sungai Jenes. Penanganan sampah yang ada selama ini selalu bertumpu pada pendekatan akhir, yakni memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang lain (TPA/TPS). Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain. Bila ini terus menerus dilakukan maka dalam beberapa dekade ke depan bumi tercinta ini akan penuh dengan timbunan sampah. Upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan perlu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan stakeholders lainnya. Keterlibatan masyarakat lokal terutama perempuan dalam pengelolaan lingkungan sangat diperlukan. Partisipasi menurut George Hommans yang melihat keterlibatan itu didasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentiman (perasaan ataupu emosi). Ketiga elemen ini saling berhubungan secara langsung dengan alasan bahwa semakin banyak dilakukan aktifitas seorang dengan hal yang berhubungan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka. Kemudian semakin banyak interaksi antara seseorang dengan yang lainnya, maka semakin banyak kemungkinan aktifitas
dan sentimen yang ditularkan kepada orang lain. Dan yang terakhir, semakin banyak aktifitas yang ditularkan kepada orang lain dan sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak pula kemungkinan ditularkannya aktifitas-aktifitas dan interaksi-interaksi (Ikek, 2011). Partisipasi masyarakat lokal dan perempuan dilakukan mulai dari tahapan kegiatan pembuatan konsep, konstruksi, operasional-pemeliharaan serta evaluasi dan pengawasan. Oleh karena itu masyarakat setempat seperti perempuan harus ikut dilibatkan dalam identifikasi dan pemecahan masalah yag berkaitan dengan kerentanan bencana. Perempuan terbiasa dengan hal-hal yang berhubungan dengan realitas lokal, maka kekuatan inilah yang digunakan untuk memperbaiki kondisi mereka sendiri. Mereka biasa mengenal tetangga dan berkomunikasi antar sesama. Perempuan-perempuan ini berbagi pengetahuan, budaya, pengalaman dan kepercayaan. Mereka menemukan hal baru dalam pertemuan dan diskusi yang intensif membuat mereka mampu merumuskan solusi bersama. Secara bersama pula mereka menemukan kapasitas dan kekuatan mereka, kemudian mengoptimalkan keahlian yang ada dalam diri mereka sendiri untuk bersama membangun kembali daerahnya. Fakta di masyarakat, perempuan selalu tidak dipertimbangkan dalam memberikan bantuan bencana alam. Manajemen bantuan bencana alam yang berbasis pada kepentingan perempuan yang selama ini tidak terpikirkan. Penanggulangan bencana yang berbasis pada kemampuan masyarakat di kawasan rawan bencana merupakan jawaban atas kelemahan-kelemahan tersebut. Penanggulangan dilakukan dengan memposisikan masyarakat setempat atau perempuan selaku stakeholder internal sebagai subyek. Dengan segala keterbatasan yang ada, maka masyarakat diharapkan dapat dipercaya untuk mampu membangun dan mengelola sistem penanggulangan bencana di daerahnya. Pengelolaan sampah di wilayah Kelurahan Joyosuran menjadi sangat penting adanya, mengingat dalam setiap tahunnya wilayah tersebut terkena imbas dari luapan Sungai Jenes akibat adanya tumpukan
sampah yang tidak dapat ikut hanyut oleh aliran air sehingga menjadikan daerah tersebut menjadi daerah yang rawan banjir. Kurangnya lahan untuk pembuangan sampah, sehingga menjadikan tempat pembuangan sampah hasil dari aktivitas masyarakat sekitar salah satunya adalah Sungai Jenes tersebut. Keterlibatan perempuan dalam membantu menangani dan menanggulangi masalah sampah dan kerusakan lingkungan yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir adalah sangat dibutuhkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui Mengapa kasus bencana banjir sering melanda Kelurahan Joyosuran dan bagaimana partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mereka dalam menanggulangi bencana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka untuk mengurangi kerancuan dalam dalam pembahasan ditarik suatu rumusan masalah : 1. Bagaimana partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran (KPJ) dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana banjir di Kelurahan Joyosuran Pasar Kliwon Surakarta? 2. Apakah yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dari andanya partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran (KPJ) dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana banjir? C. Tujuan Penelitian Ada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan obyektif 1. Untuk mengetahui partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran (KPJ) dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana di Kelurahan Joyosuran Pasar Kliwon Surakarta. 2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam mewujudkan partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran
(KPJ) dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana banjir. b. Tujuan Subyektif 1. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan sebagai bahan penulisan skripsi dimana sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis di bidang ilmu sosial. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian mengenai Partisipasi Kelompok Perempuan Joyosuran (KPJ) Dalam Pengelolaan Lingkungan Sebagai Upaya Mitigasi Bencana mempunyai manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Menginginkan agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam proses partisipasi perempuan dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana agar dapat dimanfaatkan dalam kontribusi teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan akademis di Sosiologi dan bidang lingkungan. b. Manfaat Praktis 1. Bahan referensi bagi kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam program pengelolaan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat Surakarta. 2. Bahan referensi dan rangsangan untuk peneliti lain yang mengkaji masalah partisipasi perempuan dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya mitigasi bencana secara lebih mendalam lagi. 3. Bahan referensi dalam rangka perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kajian partisipasi kaum perempuan untuk mengelola lingkungan.