Oleh: Sumarji SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Tutut Trinarmi Guru SDN 2 Krandegan, Trenggalek

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MENERAPKAN MODEL BELAJAR INQUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN I JATI TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

Suyono 20. Kata kunci : Media Pembelajaran, Media Gambar, IPA, Hasil Belajar. Guru SDN 3 Tlogosari Situbondo

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGHEMATAN AIR MELALUI METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL SISWA KELAS V SD. Sunarti

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hubungan Metode Demonstrasi dengan Ketuntasan Belajar

PROSIDING ISBN :

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika dan Pembelajarannya, Menyongsong Kurikulum 2013 Surabaya, 01 Juni 2013

III. METODE PENELITIAN

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Melalui Strategi Pembelajaran Ekspositori Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa Kelas VI/A SD Negeri 20 Sabang

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Minarlin Listiani 12. Guru SDN 2 Tamansari Situbondo

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Selanjutnya data yang terkumpul diuraikan melalui analisa deskriptif. Yaitu analisa

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 6 ISSN X

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. tindakan kelas (PTK/ classroom action reseach). Mills mendefinisikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Oleh: Unik Maryani SD Negeri 3 Ngantru, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang. dikembangkan oleh Kemmis & Taggart 1988, menurutnya Perencanaan

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah action research atau penelitian

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MELAKUKAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN I MALASAN DURENAN TRENGGALEK TAHUN 2013/2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XII IPA 1 SMA NEGERI 5 PALEMBANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS VI SD NEGERI 03 POJOK KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dari namanya sudah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (class action research),

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Talang Jawa Kecamatan

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah d ComPutarE Volume 2 Juni 2012

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM POKOK BAHASAN PENGURUSAN JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VD Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitianyang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. klassikal jika siswa yang mendapat nilai 75 keatas lebih dari atau sama

Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Lalong Melalui Media Gambar Seri

Oleh: Hermiatun SDN 2 Baruharjo, Durenan, Trenggalek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini menggunakan metode

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Metode Kooperatif Model TAPPS

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya, serta memahami

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun Oleh : Yanti Jasni, S.Pd Guru SDN 34 Gantung Ciri ABSTRAK

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan

Transkripsi:

162 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN KONTRUKTIVISME SISWA KELAS IV SD NEGERI SEMARUM KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014 Oleh: Sumarji SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek Abstrak. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Pembelajaran berbasis Konstruktivisme membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran yang lebih bermakna. Konstruktivisme adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Konstruktivisme melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Konstruktivisme, yaitu suatu metode penelitian yang didasarkan pada hasil pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini bertempat di Kelas IV SD Negeri Malasan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Waktu penelitian adalah rentang waktu untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember semester ganjil Tahun 2013/2014. Metode Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme memiliki dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan fungsi bagian tumbuhan Kelas IV semester I SD Negeri Malasan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun 2012/2013. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (17.86%), siklus I (71.43%), siklus II (96.43%). Kata kunci: Prestasi Belajar, IPA, Model Belajar Konstruktivisme Mutu pendidikan bukan merupakan suatu yang statis, melainkan suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. Mutu pendidikan yang dimaksud adalah kemampuan sekolah dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standart yang berlaku (Djauzak Ahmad, 1994: 8). Adapun komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan antara lain adalah siswa, guru, pengelola sekolah, sarana dan prasarana dan proses belajar mengajar, termasuk metode mengajar yang tepat. Menyikapi hal tersebut di atas keberhasilan pengelolaan sekolah ditentukan pula oleh situasi dan kondisi kelas dalam hal ini adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik merupakan wahana bagi terjadinya interaksi belajar mengajar dalam rangka

Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA... 163 peningkatan kualitas proses termasuk kreatifitas guru dalam mengajar. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, Kurikulum Sekolah Dasar ( 1994:73). Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA walaupun sang guru sudah berusaha semaksimal mungkin tanpa dibarengi metode yang relevan dengan materi pembelajaran maka hasilnya tidak akan memuaskan. Pengalaman membuktikan bahwa melihat dari perolehan hasil Ulangan Akhir Semester untuk mata pelajaran IPA selalu berada di bawah rata-rata. Memang untuk pembelajaran IPA yang baik seperti diungkapkan oleh Akhmadi (1993), bahwa pengajaran IPA yang baik tidak cukup hanya bersumber pada buku, melainkan harus dilengkapi dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam. Apabila kita cermati kembali hal tersebut diatas pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu Pembelajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Dari uraian tersebut, maka guru diharapkan untuk berupaya lebih untuk dapat melakukan pendekatan dalam belajar mengajar sebagai upaya mengoptimalisasi hasil belajar, sebab tanpa pendekatan ini hasil belajar tidak akan diperoleh dengan sebaikbaiknya. Ada berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya pendekatan yang dapat digunakan guru dalam Pembelajaran Sains adalah Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme. Menurut Nurhadi (2003) dalam proses pembelajaran, pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pembelajaran konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Jonassen yang dikutip oleh Soetomo (2000) menyatakan bahwa dalam pandangan konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau sekurangkurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Sebagai implikasinya pendekatan konstruktivisme lebih menekankan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyek-obyek dan peristiwa penting. Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran yang lebih bermakna. Konstruktivisme adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Konstruktivisme 163

164 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri. Zamroni (1999) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya: (1) Murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran; (2) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal; (3) Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya; (4) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan ketrampilan dan kemampuan. Berikut ini bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme, yang meliputi: (a) Pemanasan apersepsi; (b) Eksplorasi; (c) Konsolidasi pembelajaran; (d) Pembentukan sikap dan perilaku; (e) Penilaian formatif. Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Thematic concern Reconnainsance Classroom Observation Reflection Of the action Action Plan Classroom Observation Reflection Of the action Action Plan Dikutip dari Kemmis, S, Mc Taggert R Gambar 1 Pelaksanaan dari tiap siklus

Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA... 165 METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah berada di SD Negeri Semarum kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa, dengan rincian siswa laki-laki sebanyak 15 dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu: (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (b) Lembar Kegiatan Siswa; (c) Tes formatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember semester ganjil Tahun 2013/2014. Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Pelaksanaan dari tiap siklus dapat di ilustrasikan pada Gambar 1. Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Prasiklus Proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah guru kelas IV SD Negeri Semarum terhadap siswanya bias dikatakan kuno, karena masih menggunakan teknik ceramah sehingga siswa kurang mampu menangkap isi materi. Materi IPA dituntut tidak hanya ceramah, tetapi dibarengi dengan praktik dan bentuk langsung, agar siswa mampu menangkap isi materi secara maksimal. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata nilai siswa 61.85, dan masih sangat jauh dibandingkan dengan standar yang diinginkan peneliti yaitu 85.00. Tingkat ketuntasan Prasiklus tersebut hanya mencapai 17.86 yang bias juga diartikan hanya 5 siswa yang tuntas dari total 28 siswa. Dari data tersebut peneliti akan melakukan siklus I dengan metode Kontruktivismne. Siklus I Tahap Refleksi Awal Peneliti selaku guru kelas IV mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas IV SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur dan fungsi bagian tumbuhan. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Tahap Pelaksanaan Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut. 165

166 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 PERTEMUAN I Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Salam pembuka; (b) Berdo a; (c) Absensi; (d) Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tunggang dan memberikan contoh tanamannya, manga, jeruk, sawo dan kacang-kacangan; (d) Menjelaskan akar serabut dan memberikan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon kelapa; (e) Menjelakan akarakar yang memilki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan materi akar, struktur akar, dan kegunaan akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid; (d) Berdo a dan salam. PERTEMUAN II Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Memeriksa kesiapan siswa; (b) Berdo a; (c) Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari batang; (c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi tentang bagian-bagian batang dan fungsinya; (e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (g) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta merefleksikan kegiatan belajar pada hari tersebut; (c) Berdo a dan salam. Tahap Pengamatan Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti adalah seorang guru kelas IV. Sebagai pengamat adalah observer yang juga sebagai guru kelas VI SD Negeri Semarum. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu; (2) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran; (3) Siswa kurang begitu antusias selama Pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya: (1) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan; (2) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan; (3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. Siklus II

Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA... 167 Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme dan lembar observasi guru dan siswa. Tahap Pelaksanaan Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada siklus II ini adalah sebagai berikut. PERTEMUAN I Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Salam pembuka; (b) Berdo a; (c) Absensi; (d) Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tunggang dan memberikan contoh tanamannya, manga, jeruk, sawo dan kacang-kacangan; (d) Menjelaskan akar serabut dan memberikan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon kelapa; (e) Menjelakan akar-akar yang memilki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan materi akar, struktur akar, dan kegunaan akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid; (d) Berdo a dan salam. PERTEMUAN II Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Memeriksa kesiapan siswa; (b) Berdo a; (c) Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari batang; (c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi tentang bagian-bagian batang dan fungsinya; (e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (g) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta merefleksikan kegiatan belajar pada hari tersebut; (c) Berdo a dan salam. Tahap Pengamatan Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai peneliti adalah guru kelas IV dan sebagai observer adalah guru kelas VI. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut. (1) Memotivasi siswa; (2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep; (3) Pengelolaan waktu. Siklus I 167

168 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 Pada siklus I, secara garis besar Pembelajaran dengan metode Pendekatan Konstruktivisme cukup dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 82.6 dan ketuntasan belajar mencapai 71.43% atau ada 20 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 71.43 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode Pendekatan Konstruktivisme. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas guru siklus I dapat diketahui bahwa cara mengajar peneliti dengan metode kontruktivisme sudah relative baik, ini dibuktikan dengan rata-rata nilai yang mencapai 63.89. Tetapi nilai tersebut perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pada siklus I aktifitas siswa dirasa dalam katagori baik, dengan nilai rata-rata 61.11. Nilai tersebut bisa diartikan bahwa siswa pada saat proses penelitian atau proses belajar mengajar sudah mulai bias mengikuti, meskipun memakai metode yang baru. Peningkatan kualitas belajar siswa perlu ditingkatkan pada siklus kedua. Siklus II Setelah penelitian siklus satu dan belum mencapai hasil nilai yang maksimal, maka dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II. Pada siklus II, secara garis besar Pembelajaran dengan metode Pendekatan Konstruktivisme dilaksanakan dengan baik, peran siswa sudah terlihat lebih dominan dibanding dengan peran guru. Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel diatas. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 92.22 dan ketuntasan belajar mencapai 96.43% atau ada 27 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan, sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode Pendekatan Konstruktivisme. Nilai rata-rata aktivitas guru pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I, yaitu 83.33. Aktivitas guru selama Pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Pendekatan Konstruktivisme dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode Pendekatan Konstruktivisme dalam kelompok di setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

Sumarji, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA... 169 setiap siklus yang terus mengalami peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pendekatan Konstruktivisme paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/ media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Berikut akan ditampilkan grafik pada Gambar 2, secara keseluruhan peningkatan Nilai siswa setiap siklus. PENUTUP Kesimpulan Metode Pendekatan Konstruktivisme memiliki dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan fungsi bagian tumbuhan Kelas IV semester I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (17.86%), siklus I (71.43%), siklus II (96.43%). Salah satu pengaruh dari Penerapan metode Pendekatan Konstruktivisme di Kelas IV semester I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Saran Dalam melaksanakan metode pendekatan konstruktivisme, guru perlu mempersiapkan materi beserta media Pembelajarannya dengan matang. NILAI RATA-RATA, NILAI KETUNTASAN, RATA-RATA, SIKLUS I, 82.60SIKLUS SIKLUS II, II, 92.22 96.43 NILAI RATA-RATA, KETUNTASAN, SEB. SIKLUS, SIKLUS I, 71.43 61.85 KETUNTASAN, SEB. SIKLUS, 17.86 NILAI RATA-RATA KETUNTASAN Gambar 2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa 169

170 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 DAFTAR RUJUKAN Zamroni. 1999. Pengelolaan Sekolah Di Sekolah Dasar. Dikbud: Dikdasmen. Direktorat Dikdas. Moeliono. 1989. Kumpulan karangan tersebar. Jakarta: Gramedia Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia widiasarana Akhmadi, Abu. 1993. Teknik Belajar dengan Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu Purwanto, M. Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja (RK) Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Suryabrata, Sumadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Arikunto, Suharsimi. 1986. Suatu Pendekatan Prosedur Penelitian Praktik, Bina Aksara, Jakarta. Sugiono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta.