PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

SYARAT SYARAT TEKNIS PEKERJAAN. Pasal 1 PENJELASAN UMUM

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Sekolah Berlantai 2 (dua)

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

DINAS PERHUBUNGAN DAN KOMINFO

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA

WAE BOBO KEL. RANA LOBA KEC. BORONG KAB. MANGGARAI TIMUR

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB X PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN (LDP) G.Jaminan Penawaran;

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

METODE PELAKSANAAN D.I. BONDUKUH.

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN STADION BAROMBONG TAHUN 2013

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN. Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

BERITA ACARA PENJELASAN (AANWIJZING) NOMOR : 06.B/ULP POKJA 1 / V/ 2012

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

BAB IV MANAJEMEN PROYEK

SPESIFIKASI TEKNIS. Pekerjaan mencakupi pembuatan drainase pasangan batu, pembuatan cor beton bertulang plat drainase dan timbunan bahu jalan.

2. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

Revisi SNI T C. Daftar isi

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

UNIT LAYANAN PENGADAAN

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB XII. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

HARGA SATUAN UPAH KERJA HARGA BAHAN JUMLAH

- Setelah kontraktor menyiapkan barak kerja dan kantor lapangan lalu dimulai memobilisasi material, peralatan, tenaga kerja dan tenaga tehnis.

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN NOMOR : 784/VI/BP2MPD-ULP/POKJA-PASCA/2013 TANGGAL : 24 JUNI 2013

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

Lampiran A...15 Bibliografi...16

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN KANDANG LAKTASI TAMPUSU, MINAHASA. Pasal 1 SYARAT SYARAT PELAKSANAAN

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

PENGUMUMAN/UNDANGAN PENGADAAN LANGSUNG Nomor : S. 05/Pej/BPDAS.PP/2013. : Kantor BPDAS Palu-Poso d/a. (untuk sementara) Jl. Cendrawasih No.

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB VIII DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA. Daftar Kuantitas dan Harga - 1

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

Cara menghitung koefisien analisa harga satuan bangunan

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

KERANGKA ACUAN KERJA

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

DAFTAR KUANTITAS HARGA DAN BAHAN

KEMENTERIAN AGAMA MADRASAH IBTIDA YA NEGERI WALIMPONG KAB. BONE PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN Jalan Poros Palattae - Lappariaja

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

REKAPITULASI TOTAL BILL of QUANTITY (BOQ) REKAPITULASI

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB VIII DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA. Daftar Kuantitas dan Harga - 1

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

BAB IV PENGELOLAAN PROYEK

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN JALAN PULAU KALIMANTAN NOMOR 1 T A R A K A N

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

ANALISA PEKERJAAN. KELOMPOK PERSIAPAN 1. Analisa Pembersihan lapangan /M2 UPAH : 0,1000 Pekerja Rp. Rp. 0,0500 Mandor Rp. Rp. Rp.

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

Transkripsi:

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT UNIT) Jl. Jend. A. Yani No. 12 Amuntai Telp/fax : 0527-62471 PENJELASAN TAMBAHAN pertanyaan : Dalam Daftar Analisa Harga Satuan pada Analisa Nomor 3 Biaya Menggilas Sebulan, dalam analisa tersebut tertulis Biaya menggilas /m2 : 1/7.500 x W4 dan Biaya menggilas /m2 : 2/7.500 x W4. Apa yang dimaksud dengan dikali W4? sedangkan perhitungan untuk analisa W4 tidak ada tercantum dalam Daftar Analisa Harga Satuan. Jawab : Yang dimaksud dgn W4 adalah jumlah total dari Analisa Biaya Menggilas Sebulan. Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian. Amuntai, 18 Oktober 2011 Pokja 2 ULP

B A B VI SPESIFIKASI TEKNIS 6.1 PETUNJUK UNTUK PESERTA Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar, atau pernyataan kesalah-pahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini. 6.2 KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS PASAL 1 : PENJELASAN UMUM. 1.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu: 1.1.1 Gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan detail terlampir. 1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (spesifikasi). 1.1.3 Berita acara Penjelasan (Aanwijijzing). 1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan dan Pengawas Lapangan 1.2 Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan peraturan dibawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahan, yaitu : 1.2.1 Peraturan umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV. 41 tahun 1941 ) 1.2.2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 19971 / NI.2. 1.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ) tahun 19971 / NI.2. 1.2.4 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) tahun 1997 1 / NI.2 1.2.5 Peraturan Muatan Indonesia ( PMI ) tahun 1970 / NI 18 1.2.6 Standar Nasional Indonesia (SNI) 1.2.7 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja 1.2.8 Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh jawatan / instansi Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan. 1.2.9 Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti Rencana Gambar Bestek dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan / pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing. 1.2.10 Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan spesifikasi menimbulkan keragu-raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan. III - 1

6.3 PERSIAPAN PENDAHULUAN PASAL 1 : LINGKUP PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Peningkatan Pengelolaan Terminal Angkutan Darat 2. Nama Pekerjaan : Urugan dan Pengerasan Terminal Babirik ngan & Hortikultur 3. Lokasi : Terminal Babirik PASAL 2 : IZIN BANGUNAN. 2.1 Setelah surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin lainnya akan diurus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya akan ditanggung oleh Kontraktor. 2.2 Ijin Mendirikan Bangunan adalah termasuk salah satu retribusi yang harus dibayarkan oleh Kontraktor, sebagai satu syarat administrasi proyek. 2.3 Besarnya nilai IMB sesuai yang disyaratkan oleh Peraturan. 2.4 Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukkan kepada Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan tersebut sedang diproses. 2.5 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka Kontraktor tidak diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar lingkungan proyek. PASAL 3 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS 3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang berlaku dan mengikat yaitu : 3.1.1 Gambar, Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 3.1.2 Surat Perintah Keja ( SPK ) 3.1.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas 3.2 Kontraktor dan Direksi Pengawas harus menelilti rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). 3.3 Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) 3.4 Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar. 3.5 Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas yang menimbulkan keragu-raguan sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan keputusan keputusannya harus dilaksanakan. III - 2

PASAL 4 : JADWAL PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE ) 4.1 Sebelum pekerjaan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan ( Time Schedule ) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja. 4.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, Kontraktor didampingi oleh Konsultan Perencana/Pengawas : 4.2.1 Harus membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan. 4.2.2 Harus membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 4.2.3 Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan. 4.2.4 Kontraktor di dampingi konsultan harus menilai prestasi pekerjaan di lapangan berdasarkan rencana kerja (time schedule) yang ada. PASAL 5 : BAHAN-BAHAN DAN ALAT-ALAT 5.1 Untuk kelancaran pekerjaan, maka maka Kontraktor diharuskan : 5.1.1 Mendatangkan bahan - bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut tepat pada waktunya dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan rencana. 5.1.2 Menyediakan alat-alat bantu dan pekerja/tenaga yang diperlukan. 5.1.3 Bilamana dalam pelaksanaan terdapat perbedaan ketentuan antara bestek dan gambar maka harus melaporkan dan mengkonsultasikannya dengan konsultan dan pemberi pekerjaan. 6.4 PEKERJAAN STRUKTUR PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN 1.1 Pembersihan Lokasi 1.1.1 Untuk pembersihan lokasi harus sesuai dengan petunjuk dari gambar pelaksanaan yang telah ada, jika ada beberapa hal yang dirasa perlu dapat berkoordinasi dengan pihak Direksi. 1.1.2 Bahan bongkaran harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan 1.1.3 Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas lapangan. III - 3

1.2 Pengukuran/Pasang Bouwplank : 1.2.1 Pengukuran dilaksanakan harus mendapat pengawasan dari Konsultan Pengawas. 1.2.2 Papan bouwplank digunakan sebagai kontrol dan tanda-tanda as bangunan. 1.2.3 Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai +0,00. 1.2.4 Semua pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan rencana gambar dan bestek, apabila ada hal-hal yang sifatnya diluar kemampuan pelaksana segera dilaporkan dan dikonsultasikan kembali kepada pihak-pihak yang terkait. PASAL 2 : PENENTUAN PEIL 2.1 Peil ± 0,00 diambil disesuaikan dengan gambar detail/tinggi daerah setempat 2.2 Semua ukuran-ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut diatas 2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan alat ukur waterpass/slang plastik. Dalam hal ini agar menghubungi Direksi Pengawas. 2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal-hal tersebut diatas akan ditentukan oleh direksi. PASAL 3 : PEKERJAAN TANAH/PASIR 3.1 Untuk pekerjaan tanah/pasir ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek. 3.2 Pekerjaan Galian tanah meliputi pekerjaan galian tanah untuk saluran drainase 3.3 Pekerjaan urugan tanah bekas galian dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian yang ditentukan pada rencana gambar. 3.4 Urugan dibawah lantai menggunakan urugan pasir. PASAL 4 : PEKERJAAN BETON BERTULANG 4.1 Untuk pekerjaan beton bertulang ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan Bestek. 4.2 Persyaratan Bahan : 4.2.1 Bahan agregat pasir dan kerikil harus dari tempat-tempat yang telah disetujui mutunya oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syaratsyarat PBI. 1971 dan SKSNI T-15-1991-03. 4.2.2 Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan terpisah. 4.2.3 Besaran butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada diantara ayakan 4 mm 31,5 mm. III - 4

4.2.4 Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen, maka agregat kerikil harus dicuci. 4.2.5 Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada diantara ayakan 0,063-4 mm. 4.2.6 Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen, maka agregat pasir harus dicuci. 4.2.7 Jenis semen yang dipakai harus jenis semen type satu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam NI-8. 4.2.8 Semen yang didatangkan ke lokasi proyek, harus disimpan pada gudang yang berlantai kering sedemikian rupa, sehingga terjamin tidak akan rusak dan/atau tercampur bahan lain yang dapat merusak mutu beton. 4.2.9 Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang, tidak boleh dilakukan diatas timbunan yang telah ada, dan pemakaian semen harus dilakukan menurut urutan pengirimannya. 4.2.10 Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton diusahakan air bersih yang dapat diminum. Air yang mengandung garam dan/atau bahan lain yang merusak beton, tidak boleh dipakai. 4.2.11 Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai, maka contoh air tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggung jawab Kontraktor. 4.2.12 Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran beton, maka air tersebut tidak boleh dipakai. 4.3 Tulangan 4.3.1 Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos dngan baja U 24, sesuai dengan standard PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03. 4.3.2 Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor harus menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada Pengawas Lapangan. 4.3.4 Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90 derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan. 4.3.5 Baja tulangan harus bersih dari karat yang mengganggu kekuatan beton bertulang. Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1971/atau SKSNI T-15-1991-03. 4.3.6 Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air / air hujan. 4.3.7 Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi standard (sesuai gambar detail) dan korelasi yang diperbolehkan adalah 10 %. III - 5

4.4 Bekisting 4.4.1 Papan bekisting ( cetakan beton ) yang dipakai adalah dari bahan kayu kelas II dengan tebal 2 cm atau plywood tebal 9 mm dan apabila oleh Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya. 4.4.2 Tiang-tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm atau galam diameter 8 10 cm dengan jarak maksimum 0, 5 meter. 4.4.3 Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak dan kuat menahan beban diatasnya. 4.4.4 Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi pintu untuk memasukkan spasi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang - sarang kerikil. 4.4.5 Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kayu, kawat pengikat dan lain-lain. 4.5 Pekerjaan Beton 4.5.1 Untuk beton lantai kerja digunakan jenis mutu beton K.125 dengan perbandingan campuran 1 semen : 3 pasir dan 5 kerikil ( volume ) 4.5.2 Untuk pekerjaan beton konstruksi struktural, memakai jenis mutu beton K.225. 4.5.3 Sebelum pengecoran massal dimulai : Bekisting harus dibersihkan dari potongan potongan kayu, potongan potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu beton. Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih dahulu. Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup sedemikian rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar. 4.5.4 Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan Maka sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan : Angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm, panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama lain 50 cm. Angker untuk kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar detail. 4.5.5 Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan: Air adalah 2,5 cm. III - 6

Pelat lantai adalah untuk pelat 1.5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom 2,5 cm. 4.5.6 Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk Mollen sampai bahan bersatu menjadi satu warna. 4.5.7 Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengahtengah bentang lapangan. 4.5.8 Penghentian pengecoran pelat, harus dimuka balok yang sudah dicor dan maksimal sejauh 0,15 x bentang pelat (dihitung dari ujung bawah pelat terakhir). 4.5.9 Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan (kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0, 15 bentang balok. 4.5.10 Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas Lapangan serta mendapat izin pengecoran. 4.5.11 Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter. 4.5.12 Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram air semen. 4.5.13 Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton dengan karung goni atau bahan lain yang dapat basah terus menerus sampai selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas. 4.5.14 Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan dengan ketntuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh mendapat beban yang berat. PASAL 5 : PEKERJAAN DINDING 5.1 Dinding Batubata 5.1.1 Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatiakan rencana gambar dan bestek. 5.1.2 Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata dikerjakan, maka harus diperhatikan sudut-sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya. 5.1.3 Pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 3 Pasir dilaksanakan pada pekerjaan dinding batu bata setengah batu. 5.1.4 Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah. III - 7

5.1.5 Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh dengan spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan. 5.2 Plesteran 5.2.1 Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata bagian luar dan bagian dalam. 5.2.2 Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 3 Pasir, harus diplester dengan spesi 1 PC : 4 Pasir dengan tebal 15 mm. 5.2.3 Permukaan dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan dengan adukan semen dan air (diaci). 5.2.4 Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran, harus diayak dengan ayakan pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar / rusak. 5.2.5 Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh dipakai kembali untuk plesteran. 5.2.6 Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang belum dibongkar. 5.2.7 Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan. PASAL 6 : PEKERJAAN PERKERASAN 6.1 Pekerjaan urugan tanah untuk halaman terminal 6.2 Untuk pekerjaan pengukuran/pasang patok/bouwplank ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek. 6.3 Pekerjaan pembersihan lokasi untuk memperlancar pekerjaan urugan tanah pilihan 6.4 Pengurugan tanah pilihan harus dilakukan lapis demi lapis langsung dipadatkan sampai mencapai permukaaan atau peil yang direncanakan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 15 cm atau 20 cm. Setiap kali penghamparan harus dapat persetujuan dari pengawas. 6.5 Pelaksanaan pemadatan harus dilaksanakan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan, pemadatan harus di hentikan. Selama pekerjaan ini kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum. 6.6 Pekerjaan urugan sirtu tebal 5 cm dipadatkan secara mekanis dengan mengunakan Vibro Roller, dipadatkan lapis demi lapis sehingga tanah benar-benar padat. III - 8

PASAL 7 : PEKERJAAN CAT-CATAN 7.1 Untuk dinding pagar menggunakan cat air setara Danapaint, sebelumnya diplamir 1 kali cat dasar 1 kali baru dicat dua kali. 7.2 Untuk pagar kayu menggunakan cat kilap setara platon,cat dasar 1 kali baru dicat dua kali. 7.3 Pelaksanaan pengecatan harus disesuaikan dengan peraturan pabrik cat. 7.4 Ketentuan mengenai warna pada pekerjaan ini akan ditentukan oleh Direksi PASAL 8 : PERATURAN PENUTUP. 8.1 Meskipun dalam rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan untuk uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh pemborong, atau yang harus dibuat, dipasang oleh pemborong tetapi menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, perkataan perkataan diatas disepakati dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini. 8.2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak dimuat dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselamatkan oleh Mandor/ kepala tukang, hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata dalam RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi. III - 9

III - 10