BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PERTUNJUKAN KESENIAN TRADISIONAL DI SENGGIGI LOMBOK BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

Gambar 6.1. Sketsa aplikasi warna pada dinding dan lantai.

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TERPADU ANAK USIA DINI DI YOGYAKARTA

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

KONSEP DESAIN MARKAS KOMANDO DAN PELATIHAN TIM SAR PANTAI PARANGTRITIS. 6.1 Konsep Transformasi Karakter SAR Pantai Pada Bangunan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS REKREASI di PERKEBUNAN STROBERI KALIURANG

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP. KONSEP SITE Site berada di bagian jalan Pupuk Raya. Ketinggian site dengan jalan besar 0-2 m. BAB V

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V Konsep Perancangan

BAB 6 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JOGJA FASHION CENTER JOGJA FASHION CENTER (JFC)

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ART CENTRE FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Penggabungan Karakter Film dengan Arsitektur

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

STADION AKUATIK DI SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SIRKUIT DRAG RACE DI YOGYAKARTA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PERTUNJUKAN KESENIAN TRADISIONAL DI SENGGIGI LOMBOK BARAT 6.1. Konsep Kegiatan 6.1.1. Karakter Kegiatan Karakter kegiatan yang ditampung dalam Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional Si Sengigigi Lombok Barat dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : A. Kegiatan Utama, yang terdiri dari : 1. Kegiatan Pertunjukan Kesenian Tradisional 2. Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Tradisional B. Kegiatan Pendukung, yang terdiri dari : 1. Kegiatan Apresiasi dan Penjualan 2. Kegiatan Pengelolaan 3. Kegiatan Produksi Berdasarkan kelompok kegiatan tersebut, maka karakter masing-masing kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut : A. Kegiatan Utama 1. Kegiatan Pertunjukan Kesenian Tradisional Karakter kelompok kegiatan ini adalah kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, ketelitian, dan kerjasama. Kegiatan ini meliputi persiapan dan pementasan. Kegiatan ini membutuhkan ketenangan dan keakraban. Bagan 6.1 Karakter Kegiatan Pertunjukan Kesenian Tradisional Kegiatan : Persiapan Pementasan Konsentrasi Ketelitian Kerjasama - area yang tenang dan nyaman - sistem akustik ruang yang baik - fasilitas lengkap 2. Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Tradisional Karakter kelompok kegiatan ini adalah kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, kesabaran, kerjasama dan kualitas ruang yang mampu membangkitkan kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Kelompok kegiatan ini 123

meliputi kegiatan pelatihan sebelum pementasan dan pelatihan berkala. Kelompok kegiatan ini membutuhkan tuntutan ruang yang mampu memberikan keakraban dan keinginan untuk berlatih dengan mempertimbangkan pencahayaan, akustik, kenyamanan serta warna dalam ruang. Bagan 6.2 Karakter Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Tradisional Kegiatan : Pelatihan Sebelum Pementasan Pelatihan Berkala Konsentrasi Kesabaran Kerjasama Kreativitas - area yang tenang dan nyaman - ruang yang akrab - fasilitas lengkap - sistem akustik ruang yang baik B. Kegiatan Penunjang 1. Kegiatan Apresiasi dan Penjualan Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat publik karena melibatkan masyarakat umum didalamnya, kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan keragaman kesenian dan kerajinan tradisional Lombok pada masyarakat umum. Kegiatan ini meliputi kegiatan seminar, pelayanan informasi tentang kesenian Tradisional Lombok, pameran dan penjualan hasil kerajinan khas Lombok, pertemuan antar seniman yang dilakukan berkala serta kegiatan literatur berupa aktivitas perpustakaan yang menyediakan referensi yang terkait dengan kesenian tradisional Lombok. Bagan 6.3 Karakter Kegiatan Apresiasi dan Penjualan Kegiatan : Pel. Informasi Seminar Perpustakaan Pameran Penjualan Ketenangan Kenyamanan - area yang tenang dan nyaman - fasilitas lengkap 2. Kegiatan Pengelolaan Kegiatan ini bersifat semi privat dan formal, kegiatan ini merupakan kegiatan yang bertanggung jawab penuh atas berjalannya semua kegiatan yang ada dalam bangunan. Kegiatan ini meliputi kegiatan pengelolaan administrasi, pengelolaan operasional, dan kegiatan pengelolaan servis. 124

Bagan 6.4 Karakter Kegiatan Pengelola Kegiatan : Administrasi Operasional Servis Ketenangan Kenyamanan Kemudahan akses - area yang tenang dan nyaman - kemudahan akses - fasilitas lengkap 3. Kegiatan Produksi Kegiatan ini bersifat semi privat dan formal, kegiatan ini merupakan kegiatan yang bertanggung jawab penuh atas dekorasi panggung. Kegiatan ini meliputi kegiatan persiapan dan pelaksanaan. Bagan 6.5 Karakter Kegiatan produksi Kegiatan : Persiapan Pelaksanaan 6.1.2. Hubungan Antar Kelompok Kegiatan Setiap kegiatan saling berhubungan dan mendukung satu dengan yang lainnya, hubungan antar kegiatan terjadi akibat karakter yang dimiliki oleh masing-masing kegiatan. Setiap kelompok kegiatan memiliki kekuatan yang sama didalam hubungannya dan saling mempengaruhi sebagai suatu rangkaian. Kenyamanan Kreativitas Konsentrasi Ketelitian Bagan 6.6 Hubungan Antar Kelompok Kegiatan KEGIATAN PERTUNJUKAN KESENIAN - area yang nyaman - kemudahan akses - fasilitas lengkap KEGIATAN PRODUKSI KEGIATAN PENGELOLA KEGIATAN PELATIHAN & PENGEMBANGAN KEGIATAN APRESIASI & PENJUALAN 125

6.2. Konsep Ruang 6.2.1. Kebutuhan dan Besaran Ruang Tabel 6.1 Kebutuhan dan Besaran Ruang Ruang Jmlh Kapasitas (orang) Total (m 2 ) 1. Rg. Pertunjukan Kesenian Tradisional Lobby Utama 1 1000 840 Rg. Persiapan 1 50 63 Rg. Ganti dan Rias 4 144 Lavatory 6 46 128.18 Gudang Peralatan Kesenian 1 36 Rg. Tiket 6 6 8.4 Rg. Pengecekan Tiket 2 2 2 Teater Indoor 1 1000 540 Teater Outdoor 1 250 145 2. Rg. Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Tradisional Rg. Latihan 2 140 Rg. Istirahat 1 36 3. Rg. Apresiasi dan Penjualan Rg. Informasi 1 4 10.6 Perpustakaan 1 42 91.02 Rg. Seminar 1 200 272 Rg. Pertemuan 1 50 42.5 Rg. Pameran 1 300 252 Artshop 20 320 Drink & Food Court 5 80 Cafe 1 50 94.1 Restoran 1 80 153.1 Mushola 1 40 4. Rg. Pengelola Administrasi 1 7 55.37 Operasional 1 10 86.3 Service 1 21 127.16 5. Rg. Produksi 1 894.7 6. Parkir 61 mtr, 15 mbl Parkir pengelola, pemain, dan penyewa 544 Parkir pengunjung 200 mtr, 60 mbl, 6 bus 1 2360 126

6.2.2. Hubungan Antar Ruang Bagan 6.7 Hubungan Antar Ruang RG PRODUKSI PARKIR RG. PENGELOLA LOBBY RG. PERTUNJUKAN RG. APRESIASI AREA PENJUALAN 6.3. Konsep Tata Ruang Konsep tata ruang meliputi 2 bagian yaitu : tata ruang dalam dan tata ruang luar. 6.3.1. Tata Ruang Dalam Penyusunan ruang dalam bangunan merupakan wujud dari penataan lingkungan yang mampu merangsang penggunanya untuk melakukan interaksi. Penataan ruang untuk merangsang proses interaksi dititik beratkan pada ruang-ruang yang digunakan secara bersama-sama. Untuk memperoleh ruang yang mampu merangsang proses interaksi dilakukan melalui beberapa pertimbangan yaitu: A. Dimensi Untuk mewujudkan suatu dimensi ruang yang mampu memberikan suasana keakraban pada ruang diperoleh melalui ruangan dengan berskala intim, yaitu ruang dengan proporsi manusia yang berada didalamnya (tinggi, panjang, lebar ruang = maksimal 2 kali tinggi pengamat). B. Bentuk Secara umum bentuk yang dipakai pada gedung pertunjukan kesenian tradisional ini adalah penggabungan dan pengolahan bentuk dasar lingkaran dan bujur sangkar, bentuk ini mampu merangsang keinginan untuk melakukan kontak karena mempunyai karakter mengikat, stabil, mengundang, dan menimbulkan perasaan gerak yang kuat. 127

C. Organisasi Ruang pertunjukan, pelatihan dan pengembangan kesenian tradisional, serta ruang apresiasi disusun dengan pola terpusat, sedangkan pada area penjualan ruang-ruang disusun secara linear. D. Warna Pada area pertunjukan, pelatihan dan pengembangan kesenian tradisional warna yang digunakan yaitu warna biru, coklat, merah, hijau, abuabu. Pada area apresiasi dan penjualan warna yang dipakai adalah warna biru, merah, kuning, dan putih. Untuk area pengelola dan produksi yang dipakai adalah warna merah, biru, orange, kuning, dan putih. E. Cahaya Untuk area pertunjukan, pelatihan dan pengembangan kesenian tradisional, apresiasi, dan produksi sistem pencahayaan lebih dimaksimalkan pada pemanfaatan cahaya buatan, karena pada area ini sangat dibutuhkan adanya ketenangan dan konsentrasi, sedangkan untuk lobby, area pengelola, dan area penjualan pencahayaan lebih difokuskan pada pemanfaatan cahaya alami. F. Suara Material penyerap bunyi yang dipakai pada ruang-ruang didalam gedung pertunjukan ini adalah klasifikasi bahan berpori, untuk dinding dan plafond memakai jenis plesteran akustik dan bahan yang disemprotkan hal ini untuk memberikan kenyaman bagi penggunanya dari. G. Tekstur Tekstur yang dipakai pada gedung pertunjukan kesenian tradisional ini adalah perpaduan antara tekstur kasar dengan tekstur halus yang diterapkan pada masing-masing bidang ruang. Tabel 6.2 Pendekatan Tekstur Ruang No Ruang Bidang 1 Ruangan Jenis Tekstur Pertunjukan kesenian Dinding Halus 2 Pelatihan dan pengembangan kesenian Plafon Lantai Dinding Halus Karakter Halus - Memberikan kesan halus, lembut, statis - Dapat mempercepat proses pergerakan - Memberikan kesan 128

3 4 5 Plafon Lantai Apresiasi dan penjualan Dinding Halus Plafon Lantai Halus Pengelola Dinding Halus Plafon Lantai Halus Produksi Dinding 6.3.2. Tata Ruang Luar Plafon Lantai Halus luas, tegas dan dinamis. - Dapat memperlambat proses pergerakan. Penataan ruang luar bertujuan untuk merangsang terjadinya proses interaksi antar penggunanya. Penataan ruang luar terkait dengan ruang-ruang yang memungkinkan terjadinya proses interaksi seperti teater outdoor, area santai/duduk-duduk dan jalur sirkulasi. A. Dimensi Dimensi ruang luar yang terkait langsung dengan pengunjung diperoleh melalui perbandingan skala dan proporsi tubuh pengunjung selaku pengamat dalam ruang luar. Untuk memperoleh batasan dan skala dalam ruang luar dilakukan dengan penurunan bidang dasar, penataan letak pepohonan dan pemakaian blok-blok perkerasan pada ruang luar. B. Organisasi Massa bangunan melingkupi ruang luar dan membentuk sebuah komposisi yang berkesinambungan, massa bangunan dihubungkan oleh ruang transisi yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi. Untuk merangsang keinginan untuk melakukan kontak, pada jalur sirkulasi dilakukan penataan vegetasi dan peletakan bangku taman. Disamping itu pada jalur sirkulasi juga diletakkan air mancur dan patung sebagai pusat daya tarik dan orientasi. C. Warna Pemakaian warna pada ruang luar adalah warna yang mampu mewakili warna-warna alam seperti hijau, coklat dan abu-abu. Pada area santai atau duduk-duduk menggunakan warna coklat dan hijau sedangkan pada jalur sirkulasi memakai warna hijau dan abu-abu. 129

D. Cahaya Pada ruang luar cahaya dioptimalkan pada cahaya alami pada waktu siang hari yang bersumber dari sinar matahari yang jatuh terpantul sedangkan untuk malam hari dioptimalkan pada pemanfaatan cahaya buatan yang bersumber dari peletakan lampu taman pada ruang luar. E. Suara Pengendalian suara pada ruang luar dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi dan blok-blok perkerasan sebagai media penghalang suara-suara yang tidak diinginkan/bising. F. Tektur Tekstur yang dipakai pada ruang luar adalah perpaduan antara jenis tekstur kasar dan halus yang diperoleh melalui pemakaian bahan-bahan material seperti : beton, pasir, batu alam, kayu, dll. 6.4. Konsep Lansekap Pada Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional di Senggigi Lombok Barat Site yang akan digunakan untuk gedung pertunjukan kesenian tradisional ini dibagi menjadi 3 zona berdasarkan simbol daur hidup manusia: lahir, berkembang, dan mati, atau simbol keluarga batih (ayah, ibu, dan anak). Zona 3 Zona 2 Zona 1 Jl. Raya Senggigi U Gambar 6.1. Pembagian Zona Pada Lansekap () Pola penataan massa bangunan pada lansekap untuk gedung pertunjukan kesenian tradisional ini mengikuti pola penataan massa bangunan pada lansekap dan orentasi karakter ruang pada perkampungan tradisional Sasak dimana kriteria pembangunan adalah: tinggi-rendah dan orientasi matahari. 130

Zona 3 area pertunjukan, pelatihan, apresiasi, dan penjualan Zona 2 Jl. Raya Senggigi Zona 1 U rg. produksi dan pengelola Area parkir Gambar 6.2. Skema Penataan Massa Bangunan Pada Lansekap Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional di Senggigi () 6.5. Konsep Tampilan Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional di Senggigi Lombok Barat Untuk tampilan atau bentuk bangunan pertunjukan kesenian tradisional ini secara keseluruhan mengambil bentuk dari pengembangan bentuk lumbung Alang, karena bentuk lumbung ini memiliki karakter arsitektur tradisional Lombok yang kuat dan dapat menjadi ciri khas dari arsitektur Lombok. Gambar 6.3. Tampilan Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional di Senggigi () Untuk mendukung kegiatan interaksi maka pada jalur-jalur sirkulasi untuk pejalan kaki di dalam bangunan diletakan berugak sebagai tempat untuk duduk-duduk santai dan berinteraksi bagi para pengunjung. Berugak dalam arsitektur tradisional Lombok berfungsi sebagai alat kontrol dan tempat berinteraksi penghuni rumah dengan lingkungan sekitarnya. 131

Gambar 6.4. Peletakan Berugak Pada Jalur Sirkulasi Pejalan Kaki () 6.6. Konsep Struktur Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional di Senggigi Lombok Barat Struktur pada Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional ini, menggunakan konsep kabel dan rangka kaku. Struktur kabel digunakan digunakan pada teater outdoor, sedangkan untuk stuktur rangka kaku digunakan pada banguan yang lainnya. Berikut contoh struktur kabel dan struktur rangka kaku. Gambar 6.5. Konsep Struktur () 6.7. Konsep Utilitas Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional di Senggigi Lombok Barat Utilitas Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional ini menggunakan konsep standar bangunan, dimana seperti dijelaskan pada bab 5. Sistem penghawaan utama menggunakan sistem penghawaan buatan, penghawaan buatan (Exhaust Fan, AC Split, dan AC Central). Untuk sistem tenaga listrik menggunakan Genset dan PLN. Tenaga listrik tersebut disalurkan keseluruh bangunan. Untuk jaringan air bersih menggunakan PDAM dan Sumur, saluran air tersebut disalurkan ke water tower kemudian disalurkan ke dalam bangunan. Jaringan air kotor dari air hujan langsung disalurkan ke sumur peresapan. Sedangkan pembuangan kotoran wc disalurkan ke septictank kemudian ke sumur peresapan. Sistem pemadam kebakaran menggunakan alat deteksi bahaya kebakaran (smoke detector, flame detector, heat detector, panel kontrol, 132

alarm, spingkler otomatis) dan alat pemadam (spingkler system, Chemical extinguisher system, dan hydrant box). Sistem penangkal petir menggunakan yang standar. Sistem pencahayaan menggunakan cahaya alami dan buatan, sedangkan untuk sistem suara menggunakan sound system untuk teater outdoor. 133

DAFTAR PUSTAKA Yaningsih, Dra. Sri, Dkk, 1992, Peralatan Hiburan Dan Kesenian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. ITS, dan Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi NTB, 1984, Penelitian Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. BPS propinsi NTB, 2010 DIPARSENIBUD, 2010 BPS Kabupaten Lombok Barat,2010 Ernst Neufert, diterjemahkan oleh DR. Ing Sunarto Tjahjadi, 1996, Data Arsitek, Jilid 1 dan 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Ian Appleton, Building For The Performing Arts Hakim, MT. IALI, Ir. Rustam dan Hardi Utomo, 2002, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip, Unsur, dan Aplikasi Disain, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Edward T. White, 1988, Buku Sumber Konsep, Penerbit Intermatra, Bandung. DK. Ching, Francis, diterjemahkan oleh Ir. Paulus Hanoto Ajie, 1996, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, Erlangga. Dipl. Ing. Suwondo B. Sutedjo, 1986, Arsitektur, Manusia Dan Pengamatannya, Penerbit Djambatan, Jakarta. Todd, K.W, 1987, Tapak, Ruang, dan Struktur, Intermata, Bandung. Michael Laurie, 1984, Arsitektur Pertamanan. http://izakuiki.netfirms.com/articles, interaksi manusia http://www.lombok-travelnews.com http://www.pdf.arsitektur lombok rapidshare.com http//www.wikipedia indonesia/seni.com http://www.nda_catalogo_inglese_web.com 134