PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH NOVEMBER 2008 SEBESAR PERSEN

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI


NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2010

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPRI FEBRUARI 2010

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NOVEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Nilai NTP (Nilai Tukar Petani) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember sebesar 97.35

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN MEI 2009

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI


BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU MEI 2017 SEBESAR 100,69 NAIK 0,26 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN OKTOBER 2011 TURUN 0,53 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Gorontalo

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2017

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JUNI 2017 SEBESAR 102,59, NAIK 0,60 PERSEN DIBANDING MEI 2017

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2015

BERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK

Perkembangan Nilai Tukar Petani Oktober 2017 Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN MARET 2011 TURUN 1,21 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA OKTOBER 2015 SEBESAR 96,43 ATAU NAIK SEBESAR 0,57 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44 persen, turun -0,09 persen dibandingkan NTP bulan Juli lalu yang mencapai 99,53 persen. Turunnya angka NTP disebabkan oleh kenaikan angka Indeks yang Diterima Petani (It) sebesar 0,68 persen masih berada di bawah kenaikan angka Indeks yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,77 persen. Angka indeks It Gabungan pada bulan Agustus tercatat sebesar 134,08, sedangkan angka indeks Ib Gabungan sebesar 134,84. NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 82,90 persen, Subsektor Hortikultura (NTP-H) sebesar 109,33 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) sebesar 103,08 persen, Subsektor Peternakan (NTP-Pt) sebesar 97,60 persen dan Subsektor Perikanan (NTN) sebesar 111,43 persen. Apabila dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, maka angka NTP untuk seluruh subsektor mengalami penurunan kecuali Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) yang naik sebesar 0,56 persen. Subsektor Perikanan (NTN) tercatat mengalami penurunan angka NTP terbanyak sebesar -0,58 persen, kemudian selanjutnya berturut-turut diikuti oleh Subsektor Peternakan (NTP-Pt) sebesar -0,46 persen, Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) sebesar -0,38 persen dan Subsektor Hortikultura (NTP-H) sebesar -0,25 persen. Pada tingkat nasional NTP bulan Agustus tercatat sebesar 105,11 persen, naik sebesar 0,23 persen dibandingkan NTP bulan Juli sebesar 104,87 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah merupakan salah satu proksi indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani dari waktu ke waktu. NTP di atas angka 100 dapat diartikan bahwa petani mengalami surplus (tingkat pendapatan melebihi tingkat pengeluaran), NTP sama dengan 100 berarti petani mengalami break even (tingkat pendapatan sama dengan pengeluaran) dan NTP di bawah 100 berarti petani mengalami defisit (tingkat pendapatan di bawah pengeluaran). Secara sederhana angka NTP diperoleh dari hasil perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Indeks harga yang diterima petani merupakan indikator kesejahteraan petani dari sisi pendapatan, sedangkan indeks harga yang dibayar petani menggambarkan tingkat kebutuhan petani yang terdiri dari kebutuhan pokok (konsumsi rumah tangga) dan kebutuhan untuk biaya produksi pertanian. Berita Resmi Statistik No. 04/09/Th. XIV, 5 September 2011 1

Berdasarkan pemantauan harga-harga komoditi hasil pertanian, biaya produksi dan barang/jasa konsumsi rumah tangga di sepuluh kabupaten di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011, diperoleh hasil bahwa Nilai Tukar Petani Gabungan Sulawesi Tengah mengalami penurunan sebesar -0,09 persen dari 99,53 persen pada bulan Juli menjadi 99,44 persen pada bulan Agustus 2011. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Gabungan Provinsi Sulawesi Tengah, Agustus 2011 (2007=100) Rincian Juli Bulan Agustus Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Indeks Diterima Petani 133,17 134,08 0,68 2. Indeks Dibayar Petani 133,81 134,84 0,77 2.1. Konsumsi Rumah Tangga 138,28 139,62 0,97 2.1.1. Bahan Makanan 146,77 148,83 1,40 2.1.2. Makanan Jadi 129,24 129,62 0,29 2.1.3. Perumahan 137,33 137,83 0,36 2.1.4. Sandang 134,83 136,57 1,29 2.1.5. Kesehatan 114,62 114,91 0,26 2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan 120,81 121,16 0,28 Olah Raga 2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 125,37 125,60 0,18 2.2. Biaya Produksi dan Penambahan 120,47 120,54 0,05 Barang Modal (BPPBM) 2.2.1. Bibit 135,43 135,39-0,03 2.2.2. Obat-Obatan dan Pupuk 110,81 110,88 0,07 2.2.3. Sewa Lahan, Pajak dan 116,08 116,09 0,02 Lainnya 2.2.4. Transportasi 113,38 113,54 0,14 2.2.5. Penambahan Barang Modal 116,85 117,03 0,16 2.2.6. Upah Buruh Tani 128,12 128,12 0,00 3. Nilai Tukar Petani 99,53 99,44-0,09 Pada tabel 1 di atas terlihat bahwa penurunan angka NTP Gabungan Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 disebabkan oleh kenaikan angka indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,68 persen masih berada di bawah kenaikan angka indeks yang dibayar petani (Ib) yang tercatat sebesar 0,77 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya. Angka indeks It Gabungan bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 134,08 persen, sedangkan angka indeks Ib Gabungan tercatat sebesar 134,84 persen. Angka NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat bulan Agustus 2011 menjadi satusatunya yang mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen, sedangkan angka NTP Subsektor Perikanan turun sebesar -0,58 persen, Subsektor Peternakan turun sebesar -0,46 persen, Subsektor Tanaman Pangan turun sebesar -0,38 persen dan Subsektor Hortikultura turun sebesar -0,25 persen. (Tabel 2). Berita Resmi Statistik No. 04/09/Th. XIV, 5 September 2011 2

Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Tengah per Subsektor, Agustus 2011 (2007=100) 1. Tanaman Pangan Subsektor Juli Bulan Agustus Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) a. Indeks yang Diterima (It) 114,66 115,06 0,35 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 137,78 138,79 0,73 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 83,22 82,90-0,38 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 147,43 148,24 0,55 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 134,50 135,59 0,81 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 109,61 109,33-0,25 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) 138,07 139,98 1,38 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 134,70 135,80 0,82 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 102,51 103,08 0,56 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) 128,68 128,96 0,22 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 131,24 132,13 0,68 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98,05 97,60-0,46 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) 143,23 143,50 0,19 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,79 128,77 0,77 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 112,08 111,43-0,58 A. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Pergerakan angka indeks yang diterima oleh petani (It) bulan Agustus 2011 menunjukkan bahwa seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks antara 0,19 persen sampai 1,38 persen. Kenaikan angka indeks It tertinggi dicapai oleh Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang naik sebesar 1,38 persen, diikuti oleh Subsektor Hortikultura sebesar 0,55 persen, Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,35 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,22 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,19 persen. Kenaikan angka indeks yang diterima petani (It) dipicu oleh naiknya harga produsen sejumlah komoditas hasil pertanian seperti kacang tanah, ketela rambat, kacang hijau, terung panjang, cabe merah, pepaya, kacang panjang, alpukat, sawi, nangka, mangga, pisang, biji jambu mente, lada/merica, kelapa belum dikupas, cengkeh, coklat biji, telur, ayam, sapi potong, kambing, ikan kerapu, kakap, merah/bambangan, selar dan ikan baronang. Apabila dilihat dari besaran angka indeks It, maka Subsektor Hortikultura masih tercatat memiliki indeks tertinggi sebesar 148,24, diikuti oleh Subsektor Perikanan sebesar 143,50, selanjutnya berturut-turut Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 139,98, Subsektor Peternakan sebesar 128,96 dan yang terendah yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 115,06. Berita Resmi Statistik No. 04/09/Th. XIV, 5 September 2011 3

B. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Pergerakan angka indeks yang dibayar petani (Ib) pada bulan Agustus 2011 menunjukkan adanya kenaikan indeks antara 0,68 persen sampai dengan 0,82 persen yang terjadi pada seluruh subsektor pertanian. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat tercatat mengalami kenaikan angka indeks tertinggi sebesar 0,82 persen, selanjutnya berturut-turut kenaikan angka indeks Subsektor Hortikultura sebesar 0,81 persen, Subsektor Perikanan sebesar 0,77 persen, Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,73 persen dan Subsektor Peternakan sebesar 0,68 persen. Kenaikan angka indeks utamanya disebabkan oleh naiknya beberapa komoditas konsumsi rumah tangga seperti labu siam/jipang, telur ayam, tongkol, terung, kacang merah, daging ayam, bayam, sawi, kangkung, cakalang, kacang panjang, kacang tanah, bandeng, kubis, kacang hijau, daging sapi, ikan layang, pisang, gula merah, ketela rambat, tahu, bensin eceran, ekor kuning, tempe, lada, emas, tomat sayur dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya. C. NTP Subsektor C.1. Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) Pada bulan Agustus 2011, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar -0,38 persen. Turunnya angka NTP bulan ini lebih disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,35 persen dari bulan sebelumnya masih jauh di bawah kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,73 persen. Perubahan tersebut telah mendorong indeks It ke level 115,06, lebih rendah dari angka indeks yang dibayar petani (Ib) yang telah berada di level 138,79. Angka NTP Tanaman Pangan sebesar 82,90 persen memberikan gambaran bahwa secara umum kondisi petani tanaman pangan di Sulawesi Tengah masih belum sejahtera, dengan tingkat pengeluaran melebihi tingkat pendapatan. Harga beberapa komoditas pertanian yang mengalami kenaikan harga yaitu kacang tanah, ketela rambat dan kacang hijau, sedangkan komoditas jagung pipilan mengalami penurunan harga. Beberapa komoditas konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan harga di antaranya adalah labu siam/jipang, telur ayam, tongkol, terung, kacang merah, daging ayam, bayam, sawi, kangkung, cakalang, kacang panjang, kacang tanah, bandeng, kubis, kacang hijau, daging sapi, ikan layang, pisang, gula merah, ketela rambat, tahu, bensin eceran, ekor kuning, tempe, lada, emas, tomat sayur dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya. C.2. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura pada bulan ini mengalami penurunan sebesar -0,25 persen hingga ke level 109,33. Turunnya NTP tersebut disebabkan naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,55 persen masih di bawah kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,81 persen. Pada bulan ini indeks It tercatat sebesar 148,24, sedangkan indeks Ib hanya sebesar 135,59. Angka NTP yang masih berada di atas 100 persen memberikan gambaran bahwa secara umum kondisi petani hortikultura di Sulawesi Tengah relatif baik dengan tingkat pendapatan melebihi tingkat pengeluaran. Beberapa komoditi hasil pertanian yang tercatat mengalami kenaikan harga produsen di antaranya adalah terung panjang, cabe merah, pepaya, kacang panjang, alpukat, sawi, nangka, mangga dan pisang. Beberapa komoditas konsumsi rumah tangga yang juga mengalami kenaikan harga di antaranya adalah labu siam/jipang, telur ayam, tongkol, terung, kacang merah, daging ayam, bayam, sawi, kangkung, cakalang, kacang panjang, kacang tanah, bandeng, kubis, kacang hijau, daging sapi, ikan layang, pisang, gula merah, ketela rambat, tahu, bensin eceran, ekor kuning, tempe, lada, emas, tomat sayur dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya. Berita Resmi Statistik No. 04/09/Th. XIV, 5 September 2011 4

Tabel 3 Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya, Agustus 2011 (2007=100) Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Juli Agustus Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani 114,66 115,06 0,35 - Padi 100,45 100,45 0,00 - Palawija 168,41 170,30 1,12 b. Indeks Dibayar Petani 137,78 138,79 0,73 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 139,99 141,24 0,89 - Indeks BPPBM 129,33 129,40 0,06 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani 147,43 148,24 0,55 - Sayur-sayuran 149,90 149,87-0,02 - Buah-buahan 143,90 145,91 1,40 b. Indeks Dibayar Petani 134,50 135,59 0,81 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,64 138,96 0,96 - Indeks BPPBM 120,10 120,07-0,03 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani 138,07 139,98 1,38 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 138,07 139,98 1,38 b. Indeks Dibayar Petani 134,70 135,80 0,82 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138,44 139,80 0,98 - Indeks BPPBM 118,96 119,00 0,03 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani 128,68 128,96 0,22 - Ternak Besar 127,85 128,17 0,25 - Ternak Kecil 130,47 130,53 0,05 - Unggas 134,33 134,70 0,28 - Hasil Ternak 112,49 113,43 0,84 b. Indeks Dibayar Petani 131,24 132,13 0,68 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138,00 139,33 0,96 - Indeks BPPBM 117,82 117,83 0,01 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani 143,23 143,50 0,19 - Penangkapan 156,20 156,71 0,33 - Budidaya 108,42 108,03-0,36 b. Indeks Dibayar Petani 127,79 128,77 0,77 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136,34 137,77 1,05 - Indeks BPPBM 112,59 112,77 0,16 Berita Resmi Statistik No. 04/09/Th. XIV, 5 September 2011 5

C.3. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada bulan ini menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan angka NTP yaitu sebesar 0,56 persen hingga ke level 103,08. Kenaikan NTP disebabkan naiknya angka indeks It sebesar 1,38 persen, sedangkan indeks Ib hanya naik sebesar 0,82 persen. Secara umum tingkat pendapatan petani perkebunan rakyat masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengeluarannya, indeks It bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 139,98 sedangkan indeks Ib sebesar 135,80. Naiknya indeks It terutama disebabkan oleh naiknya beberapa harga komoditas pertanian seperti biji jambu mete, lada/merica, kelapa belum dikupas, cengkeh dan coklat biji. Pada saat yang sama terjadi kenaikan harga barang-barang konsumsi rumah tangga petani seperti labu siam/jipang, telur ayam, tongkol, terung, kacang merah, daging ayam, bayam, sawi, kangkung, cakalang, kacang panjang, kacang tanah, bandeng, kubis, kacang hijau, daging sapi, ikan layang, pisang, gula merah, ketela rambat, tahu, bensin eceran, ekor kuning, tempe, lada, emas, tomat sayur dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya. C.4. Subsektor Peternakan (NTP-Pt) NTP Subsektor Peternakan bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 97,60 persen atau masih tetap berada di bawah angka 100, hal tersebut memberi gambaran bahwa kondisi peternak di Sulawesi Tengah sampai saat ini relatif masih belum mencapai kesejahteraan. Tingkat pengeluaran peternak secara umum masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendapatannya. Penurunan NTP sebesar -0,46 persen semakin menurunkan tingkat kesejahteraan peternak. Indeks It pada bulan ini tercatat hanya sebesar 128,96, sedangkan indeks Ib berada di level 132,13. Kenaikan 0,22 persen indeks It dipicu oleh naiknya harga komoditas telur, ayam, sapi potong dan kambing, sedangkan kenaikan indeks Ib sebesar 0,68 persen terutama disebabkan naiknya indeks konsumsi rumah tangga. Beberapa komoditas konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan harga adalah labu siam/jipang, telur ayam, tongkol, terung, kacang merah, daging ayam, bayam, sawi, kangkung, cakalang, kacang panjang, kacang tanah, bandeng, kubis, kacang hijau, daging sapi, ikan layang, pisang, gula merah, ketela rambat, tahu, bensin eceran, ekor kuning, tempe, lada, emas, tomat sayur dan kebutuhan seharihari rumah tangga lainnya. C.5. Subsektor Perikanan (NTN) NTP Subsektor Perikanan pada bulan ini mengalami penurunan sebesar -0,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya hingga mencapai level 111,43 persen. Indeks It dan Ib masingmasing tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen dan 0,77 persen. Secara umum kondisi nelayan di Sulawesi Tengah masih relatif lebih baik dengan It sebesar 143,50 di atas Ib yang berada di level 128,77, artinya tingkat pendapatan nelayan masih berada di atas tingkat pengeluaran nelayan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produksi. Kenaikan indeks It dipengaruhi oleh naiknya komoditas perikanan tangkap yaitu ikan kerapu, kakap, merah, selar dan baronang, sedangkan naiknya indeks Ib disebabkan karena naiknya harga beberapa komoditas konsumsi rumah tangga seperti labu siam/jipang, telur ayam, tongkol, terung, kacang merah, daging ayam, bayam, sawi, kangkung, cakalang, kacang panjang, kacang tanah, bandeng, kubis, kacang hijau, daging sapi, ikan layang, pisang, gula merah, ketela rambat, tahu, bensin eceran, ekor kuning, tempe, lada, emas, tomat sayur dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya. Berita Resmi Statistik No. 04/09/Th. XIV, 5 September 2011 6