BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN)

dokumen-dokumen yang mirip
B A B I P E N D A H U L U A N

BAB III UJICOBA PENGEMBANGAN SISTEM CLEARINGHOUSE MENGGUNAKAN APLIKASI GEONETWORK OPENSOURCE

PENDAHULUAN Latar Belakang

UJICOBA PENGEMBANGAN SISTEM CLEARINGHOUSE MENGGUNAKAN APLIKASI GEONETWORK OPENSOURCE UNTUK KEPERLUAN IDSN

Bab III. Metadata dalam GIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) BAB I PENDAHULUAN

PERAN METADATA DALAM PENCARIAN DATA GEOSPASIAL MELALUI INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) Oleh. I Wayan Krisna Eka Putra

Oleh : Dosen Pembimbing : Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc Hadziq Fabroyir, S.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai universitas yang berkembang pesat dan memiliki rencana untuk

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Dasar Pemrograman Web. Pemrograman Web. Adam Hendra Brata

Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

DAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA

MENGENAL METADATA SEBAGAI SEBUAH ALAT INVESTASI DATA Oleh : S.S. Rita Susilawati (Bidang Informasi, PMG) SARI

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI HOTEL DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SVG

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan kultur kita sehari-hari. Dalam era yang disebut information age ini, media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sebuah sistem pencarian lokasi kuliner berbasis mobile web untuk wilayah

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG

Bab 3. Metode Perancangan

Cara Penggunaan Sistem

APLIKASI BERBASIS WEB

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORI. diperlukan dalam pembangunan website e-commerce Distro Baju MedanEtnic.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

[Type the document title]

Information System for Sustainable Land Development (INSTANT) M. Thoha Zulkarnain Prepared by: INSTANT team

BAB II LANDASAN TEORI. Perangkat lunak atau Software adalah perintah (program komputer) yang dieksekusi

Perancangan Website Ujian. Teknik Elektro UNDIP Berbasis HTML

WEB1. Pertemuan Ke-1 (Konsep Dasar Web) S1 Teknik Informatika - Unijoyo 1

PemWeb C. Pertemuan Ke-1 (Konsep Dasar Web) S1 Teknik Informatika - Unijoyo 1

BIDANG OTOMASI DOKUMENTASI HUKUM PUSAT DOKUMENTASI DAN JARINGAN INFORMASI HUKUM NASIONAL BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 LANDASAN TEORI

Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel

Pengenalan Internet. Arrummaisha A

BAB II PROSES BISNIS

BAB II LANDASAN TEORI. Basis Data Terdistribusi didefinisikan sebagai sebuah collection of multiple,

JENIS-JENIS APLIKASI UNTUK SERVER MENGADMINISTRASI SERVER DALAM JARINGAN. Pembahasan: Habib Ahmad Purba. 0 P a g e

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pembuatan Aplikasi Konversi Metadata Menggunakan Standar Open Archive untuk Koleksi Artikel Elektronik Pusat Penelitian Universitas Kristen Petra

PETA DASAR DALAM JARINGAN VER

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standard Operating Procedures

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. AKAKOM yang akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Yang dimana

Pengembangan Pengelolaan Katalog Data Spasial Berbasis WebGIS di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

WWW (World Wide Web) Adalah salah satu bentuk layanan yang dapat diakses melalui internet. Biasa disingkat sebagai Web. Merupakan sekumpulan

Pemrograman Basis Data Berbasis Web

PERTEMUAN 4 MANAJEMEN SITUS WEB

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Pada tahap ini berisi pengertian dan penjelasan teori-teori yang digunakan penulis untuk pembangunan sistem.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PROSES, OBJEK DAN LAYANAN TERDISTRIBUSI

PENGERTIAN WEBSITE DAN FUNGSINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga

MEMBUAT WEB SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN JAVA (STUDI KASUS E- COMMERCE PORTAL)

BAB 1 PERSYARATAN PRODUK

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL (INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL)

TUGAS ELEARNING PENGEMBANGAN WEB SERVICE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WEBSITE PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI (PMG)

Geographics Information System

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

Pertemuan IX Client-Server Computing

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan AJAX adalah: XHTML dan CSS digunakan untuk menandai dan mempercantik tampilan informasi.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hotel sebagaimana kita ketahui merupakan tempat penginapan sementara

3 BAB III LANDASAN LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN

PENGENALAN INTERNET. INTERNET - INTERnational NETworking - INTERconnected NETworking

Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel


MATRIKS SKEMA SERTIFIKASI LSTP MAPIN BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 2017

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus

Pengantar E-Business dan E-Commerce

BAB II LANDASAN TEORI

Rekayasa Sistem Web. Teguh Wahyono. Fakultas Teknologi Informasi Semester Antara Tahun 2012/2013

WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1

Aplikasi Dasar Internet

Transkripsi:

BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE 2.1. Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN) Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) adalah suatu perangkat sistem manajemen data spasial yang menyangkut kelembagaan, kumpulan data dasar spasial berikut standar-standar dan petunjuk teknis, teknologi, peraturan perundangundangan dan kebijakan-kebijkan, serta sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan, dan meningkatkan pemanfaatan data spasial. Pengembangan IDSN di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1993 melalui pertemuan tingkat nasional sebelas institusi pemerintahan yang saling bertemu untuk membahas dan bertukar informasi mengenai pengembangan SIG di lingkungan institusinya masing-masing. Pertemuan berlanjut dengan makin banyak institusi lain yang dilibatkan hingga tahun 2000 pada Rapat Koordinasi Nasional Survei dan Pemetaan (Rakornas Surta), institusi-institusi yang hadir sepakat untuk fokus membahas pembangunan infrastruktur data spasial di Indonesia. Pertemuan ini juga ditandai dengan dikenalkannya teknologi internet pada SIG yaitu dengan diluncurkannya website pertama yang dapat menampilkan dataset topografi pada peta secara online dengan skala 1:1.000.000 [Matindas, 2004]. Hasil identifikasi permasalahan survei dan pemetaan nasional pada Rakornas Surta 2000 memperlihatkan bahwa pentingnya dilaksanakan pembangunan IDSN dalam rangka pengelolaan sumber daya alam untuk perencanaan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat dan berdasarkan data yang lebih akurat. Berdasarkan pada rekomendasi Rakornas Surta 2000, maka arah pembangunan IDSN dapat dikelompokkan pada lima aspek utama [Bakosurtanal, 2006], yaitu : 1) Kelembagaan 2) Peraturan Perundang-Undangan 3) Data Utama 6

4) Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 5) Sumber Daya Manusia Gambar 2.1 Komponen IDSN [Pedoman Clearinghouse, 2003] Sesuai dengan pengertian IDSN maka setiap komponen dalam IDSN sangat berkaitan erat sebagai suatu sistem yang terpadu sebagai landasan dari arah pembangunan IDSN. Salah satu komponen yang paling penting dalam infrastruktur data spasial adalah data utama. Data utama yang antara lain terdiri dari data penginderaan jauh, data dasar geodesi, peta rupabumi, peta tematik dasar, dan lain-lain, merupakan dataset yang dibuat dalam kerangka kelembagaan dan dikumpulkan sehingga menjadi sumber data yang utama dan dari data tersebut data dan informasi lain dapat diturunkan melalui pengintegrasian dan pertambahan nilai. Dalam penyelenggaran IDSN memerlukan suatu kondisi dimana berfungsinya lembaga-lembaga survei dan pemetaan dan adanya kepastian hokum dalam penyelenggaraan penyediaan penggunaan data dan informasi spasial. Berfungsinya lembaga SURTA memerlukan dukungan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan IPTEK. Penyelenggaraan IDSN merupakan upaya bersama dari semua lembaga SURTA yang membentuk model jaringan kerja. Sistem jaringan tersebut berupa penyediaan dan penggunaan data dan informasi spasial yang menganut sistem basisdata tersebar yang menghubungkan server-srever basisdata lintas pelaku IDSN 7

yang terintegrasi dalam pengelolaan dan pengoperasiannya. Sistem ini di bebagai organisasi inisiatif infrastruktur data spasial infrastruktur internasional dikenal dengan Clearinghouse Data Utama atau diisingkat Clearinghouse. 2.2. Sistem Clearinghouse Clearinghouse sendiri diartikan sebagai suatu sistem server institusi data produser terdistribusi yang berisi metadata data spasial dengan standar yang ditentukan IDSN dan dapat diakses pengguna melalui jaringan internet. Dalam server Clearinghouse dibangun direktori data dan metadata yaitu informasi mengenai data utama yang tersedia dalam sistem clearinghouse. Clearinghouse bertugas sebagai titik akses bagi pengguna dan pembuat data utama. Tujuan dasar dari Clearinghouse adalah menyediakan akses terhadap data spasial melalui metadata. Clearinghouse berfungsi sebagai layanan katalog rinci untuk berhubungan dengan data spasial dan informasi lain berupa gambar-gambar ataupun peta interaktif. Melalui Clearinghouse ini para institusi penyedia data utama, serta para komunitas geografi tertentu dapat bergabung untuk mempromosikan data spasial mereka yang tersedia. Clearinghouse menyediakan metode standar bagi penelusuran data spasial yang tidak merusak sistem-sistem yang sudah ada. Data serta metadata spasial disimpan dalam berbagai macam format dan sistem yang membuat penelusurannya melalui jaringan internet menjadi sulit. Teknologi web yang ada khusunya yang memberikan fasilitas pencarian hanya mampu menawarkan pencarian teks harfiah, dan pada umumnya tidak menyediakan fasilitas pencarian koordinat, tanggal dan waktu serta nilai-nilai numerik lainnya. 2.2.1. Clearinghouse Data Spasial Nasional Pada era globalisasi ini dimana ketersedian akses menuju informasi menjadi isu penting di semua Negara, tak terkecuali Indonesia, yang merupakan bagian dari komunitas internasional bertekad untuk dapat menyediakan kemudahan akses untuk seluruh informasi yang tersedia bagi publik. Sama halnya dalam konteks informasi geospasial, dimana sebagian besar informasi-informasi tersebut diproduksi oleh 8

institusi pemerintah, pemerintah menginginkan agar semua produsen data spasial dapat menyalurkan informasi geospasial yang mereka hasilkan kepada para penggunanya. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) memutuskan untuk mengembangkan Clearinghouse Data Spasial Nasional. Dalam pengembangan Clearinghouse Data Spasial Nasional ini akan menjadi proses yang kompleks dan memakan waktu yang cukup lama karena di dalamnya melibatkan banyak sekali dataset-dataset spasial, instansi-instansi produsen serta tenaga-tenaga ahli dari berbagai kalangan. Jadi Clearinghouse Data Spasial Nasional merupakan Clearinghouse yang memuat basisdata-basisdata spasial yang diproduksi di wilayah teritori Indonesia. Pengembangan Clearinghouse Data Spasial Nasional melibatkan seluruh stakeholder data spasial di Indonesia. 2.2.2. Konsep Sistem Server Terdistrbusi Suatu sistem Clearinghouse terdiri dari berbagai server metadata yang saling terhubung membentuk jaringan. Server-server metadata yang mewakili produsenprodusen data spasial disebut sebagai node server. Arsiterktur dari jaringan Clearinghouse dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Arsitektur jaringan Clearinghouse [www.idsn.or.id] 9

Diantara jaringan ini ada sebuah server yang bertugas sebagai gateway yang dapat melakukan koneksi ke jaringan lain, yang disebut sebagai server gateway metadata. Melalui server gateway atau sebuah user interface para pengguna dapat melakukan query terhadap informasi spasial yang terdistribusi melalui deskripsi metadata. Pada Gambar 2.3. ditunjukkan bagaimana interaksi berbagai individu dan organisasi yang terkait dalam pendistribusian dan penelusuran data spasial melalui sistem Clearinghouse. Gambar 2.3 Diagram interaksi para pelaku yang terkait dalam pendistribusian dan penelusuran data spasial melalui sistem Clearinghouse[The SDI Cookbook, 2004] Para pengguna yang menggunakan fasilitas pencarian dalam user-interface, dapat mengisi form pencarian, melakukan query yang lebih spesifik untuk data spasial disesuaikan dengan kebutuhan. Permintaan pencarian ini akan diteruskan malalui server gateway dan mengirimkan query ke satu server basisdata metadata atau lebih. Pada Gambar 2.4 ditunjukan pilihan konfigurasi gateway dan user-interface yang dapat dibangun untuk server-server metadata yang terdistribusi. Client A mengakses user-interface yang disediakan oleh sebuah host di internet yang juga mengatur koneksi-koneksi yang dating ke server-server. Client B mengakses userinterface yang lokasinya terpisah dengan gateway dan mendukung pembangunan user-interface yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan komunitas tertentu. Client C merupakan aplikasi desktop sebagai user-interface yang memiliki kemampuan 10

untuk melakukan query dan juga dapat membangun koneksi langsung ke serverserver. Gambar 2.4 Pilihan konfigurasi gateway dan user-interface untuk server-server yang terdistribusi [The SDI Cookbook, 2004] Selain menyimpan rekaman lokasi dari metadata yang telah didaftarkan, server-server metadata ini juga menyimpan informasi lain seperti akses data, mekanisme penelusuran, gambar dan peta yang disajjikan, serta informasi detil lainnya yang disertakan ketika pendaftaran metadata. Dalam hal ini metadata mempunyai 3 peran penting, yaitu : 1) Mendokumentasikan lokasi dari informasi 2) Mendokumentasikan struktur isi dari informasi 3) Menyediakan informasi detil lainnya yang dibutuhkan 2.2.3. Teknologi dan Standarisasi Jaringan sistem Clearinghouse dikembangkan pada protocol TCP/IP dan dihubungkan ke internet. Koneksi melalui jaringan internet digunakan pada sistem Clearinghouse dengan harapan agar semua server metadata yang berada di berbagai lokasi dapat saling terhubung dan para pengguna dapat mengaksesnya melalui internet. 11

Server metadata terdiri dari aplikasi yang didesain untuk dapat menghasilkan basisdata metadata dan mengirimnya ke jaringan internet. Basisdata metadata ini dibangun menggunakan referensi tertentu untuk spesifikasi teknisnya, seperti Profil GEO yang menggunakan standar metadata Federal Geographic Data Committee (FGDC) dan standar protokol ANSI Z39.50. Server metadata ini haruslah dikembangkan dan dipelihara oleh institusi produsen data spasial. Server gateway metadata berisi daftar registry semua node server metadata yang tergabung dalam sistem jaringan Clearinghouse. Selain itu server gateway juga memuat informasi institusi yang mendaftarkan server metadatanya. Pada server gateway terdapat aplikasi berbasis internet yang mampu melakukan pencarian dan penerimaan informasi metadata yang tersimpan dalam basisdata di node server. Fasilitas pencarian ini menggunakan protocol Z39.50 yang memungkinkan untuk para pengguna dapat melakukan penelusuran data spasial ke node server melalui server gateway. ISO 23950 yang dikenal sebagai ANSI Z39.50 merupakan protokol komunikasi data antar komputer yang terhubung dalam suatu jaringan. Protokol Z39.50 membantu pencarian informasi dalam suatu sistem jaringan client-server computer, dimana client bertindak sebagai pengirim query pencarian informasi terhadap komputer yang bertindak sebagai server. Aplikasi pada server kemudian akan melaksanakan pencarian informasi pada satu atau beberapa basisdata yang terdistribusi sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan mengembalikan informasi tersebut kepada client untuk proses selanjutnya. Keunggulan dari protokol Z39.50 adalah penggunaan interface yang terpisah antara client dan server untuk fasilitas pencarian dan basisdatanya. Hal ini memberikan kemampuan pada client untuk mengintegrasikan informasi dari beberapa basis data dan server. Protokol Z39.50 dapat diimplementasikan pada setiap platform, berarti bahwa protokol ini diimplementasikan pada sistem komputer yang berbeda (sistem operasi, perangkat keras, search engines, DBMS). Pemanfaatan protocol Z39.50 memungkinkan end-user untuk mengakses beberapa sistem secara transparan berdasarkan sistem yang digunakannya sehingga hasil pencarian informasi dapat disajikan pada sistem lokal sesuai dengan format yang dikehendaki. 12

2.2.4. Keanggotaan Clearinghouse Keberhasilan penyelenggaraan sistem Clearinghouse dapat dicapai oleh partisipasi aktif dari lembaga-lembaga serta individu-individu yang terkait lintas pelaku sistem Clearinghouse, juga optimalnya lembaga-lembaga seta individuindividu tersebut dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya. Setiap pelaku yang terkait dalam sistem penerbitan dan penelusuran data spasial ini mempunyai peranannya masing-masing baik sebagai pihak penyedia data ataupun pihak pengguna. Secara rinci interaksi antara para pelaku, fungsi yang dijalankannya beserta elemen-elemennya yang terkait dalam sistem Clearinghouse dapat dijelaskan melalui Gambar 2.5. Gambar 2.5 Interaksi antara para pelaku, fungsi yang dijalankan beserta elemen-elemenya yang terkait [The SDI Cookbook, 2004] Keberhasilan sistem Clearinghouse sangat ditentukan oleh bagaimana elemen-elemen yang terkait bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya. Kontributor metadata mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pemasukan data-data yang akan dijadikan deskripsi informasi pada metadata. Seorang kontributor juga bertanggung jawab akan penyimpanan metadata ke dalam server. Mereka juga mempunyai kuasa untuk melakukan perubahan (update) dan penghapusan metadata yang telah disimpan dalam server. Tanggung jawab dari seorang administrator server 13

adalah untuk mengatur aksesibilitas metadata yang disediakan untuk para pengguna. Sama seperti tugas seorang kontributor, seorang administrator juga dapat melakukan perubahan dan penghapusan metadata. Seorang manajer gateway mempunyai peran dalam membangun, mengadakan dan mengawasi penelusuran diantara komunitas pengguna, juga termasuk mengatur server-server metadata yang berpartisipasi dalam sistem Clearinghouse. 2.2.5. Persyaratan Clearinghouse 2.2.5.1. Persyaratan Menjadi Penyedia Para pelaksana harus mempunyai akses ke komputer-komputer multi-user (UNIX atau Windows-NT) di mana software server, interfaces dan kumpulan metadata disimpan. Situs server dihubungkan ke Internet melalui hubungan data berkecepatan tertentu dari 56KB atau lebih. Sebaiknya server-server Clearinghouse ditempatkan bersamaan dengan kumpulan data spasial untuk mendorong keselarasan antara data dan metadata spasial atau gambaran yang disajikan. Organisasi-organisasi yang belum dihubungkan ke Internet atau yang memiliki firewall atau batas-batas pengamanan untuk terhubung secara langsung boleh memilih untuk melakukan kontrak dengan Internet Service Provider yang ada atau bergabung dengan sebuah simpul Clearinghouse lokal di suatu organisasi yang berbeda untuk menyediakan suatu komputer off-site host bagi Clearinghouse. 2.2.5.2. Persyaratan Menjadi Pengguna Calon-calon pengguna Clearinghouse harus mempunyai akses ke sebuah browser Web grafik pada sebuah PC atau workstation. Interface client telah dikembangkan dalam HTML 2.0 dan dengan extention Java walaupun Java tidak diharuskan bagi akses dasar ke Clearinghouse. Hubungan-hubungan pengguna diatasi melalui salah satu jaringan area local yang dikhususkan bagi akses ke Internet atau modem dial-up berkecepatan rendah. 14

2.2.6. Data Akses Sebuah data set geospasial digital adalah unit sasaran dari gambaran yang ditentukan dalam kegiatan Clearinghouse. Penentuan sebuah data set dapat disesuaikan dengan persyaratan yang diberikan badan-badan tetapi umumnya sesuai dengan produk data terkecil yang dapat dikenali (misalnya file) di mana metadata biasanya dikumpulkan. Ini mungkin sama bagi citra satelit tertentu atau data set vektor yang dikelola oleh produser atau disributor data. Kumpulan-kumpulan data set (misalnya jalur tebang, garis edar satelit, seri peta atau data) mungkin juga mempunyai metadata umum yang dapat diwarisi oleh data set tersendiri. Karena itu produser data mensyaratkan bahwa metadata dipertahankan pada kenampakan geografis tersendiri (jalan) atau spatial primitive (garis). Sebuah rangkaian kesatuan metadata boleh ada dan dipertahankan oleh sebuah organisasi tetapi sasaran penelusuran data dalam Clearinghouse tetap pada tingkat data set. 2.3. Metadata Salah satu aspek yang terkait dengan data utama dalam pembangunan Infrastruktur Data Spasial Nasional adalah pembangunan metadata dari data spasial yang telah dan akan diproduksi pada setiap institusi pemasok data. Metadata adalah data tentang isi, kualitas, kondisi dan karakteristik lainnya dari data. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan keberadaan metadata adalah : a) Untuk membantu dalam mengatur dan memelihara suatu investasi data spasial. b) Untuk memberikan informasi tentang kepemilikan data pada katalog data, clearinghouse dan para pengguna data. c) Untuk memberikan informasi dalam mengolah dan menginterpretasikan data yang diterima dari sumber eksternal. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka penyusunan metadata harus dipersiapkan dengan mempertimbangkan berbagai hal sedemikian hingga produk informasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Informasi metadata ditetapkan berdasarkan 4 (empat) karakteristik yang menentukan peranan dari metadata, yaitu : 15

1) Ketersediaan - informasi yang diperlukan untuk mengetahui ketersediaan data 2) Penggunaan - informasi yang diperlukan untuk mengetahui kegunaan data 3) Akses - informasi yang diperlukan tentang tatacara mendapatkan data 4) Transfer - informasi yang diperlukan untuk mengolah dan menggunakan data. Pada tingkat global terdapat beberapa tingkatan metadata yang biasa digunakan yaitu : 1) Discovery metadata adalah informasi minimum yang diberikan untuk menjelaskan isi dari sumber data. Jenis metadata ini tentu saja tidak dapat memenuhi kategori metadata yang bisa diaplikasikan pada tingkat internasional. 2) Exploration metadata adalah informasi yang lebih detil yang diberikan dalam menjelaskan isi dari sumber data. Jenis metadata ini diharapkan dapat membantu pengguna data untuk keperluan analisis. 2.3.1. Perkembangan Standar Metadata Pada tingkat global, standar metadata telah mulai banyak dikembangkan, di antaranya adalah : Standar metadata yang telah ditetapkan oleh Federal Geographic Data Committee (FGDC) - The Content Standard for Digital Geospatial Data, 1998. Standar metadata yang telah diadop oleh masyarakat Eropa - CEN Pre- Standard, 1998. Standar metadata yang sedang dikembangkan oleh International Standard Organizations (ISO) ISO 19115 (International Standard) dan ISO 19139 (Draft Technical Specification), 2003. Dokumen Content Standards for Digital Geospatial Metadata yang telah disetujui oleh Federal Geographic Data Committee (FGDC) pada tanggal 8 Juni 1994 menjelaskan tentang standardisasi metadata untuk data spasial digital. Standar ini berisikan sekumpulan istilah dan definisi yang umum untuk mendokumentasikan 16

data spasial digital. Standar FGDC menetapkan nama, definisi unsur data dan group data yang digunakan dan informasi yang harus disediakan untuk mengisi unsur data dalam penyusunan metadata. Informasi yang disediakan dalam penyusunan metadata tersebut dikategorikan sebagai suatu keharusan (mandatory) atau opsional. Gambar 2.6 Diagram Content Standards for Digital Geospatial Metadata Elemen yang termasuk mandatory harus diisi datanya, walaupun tidak ada informasi yang tersedia tetap harus diisi, misalanya dengan isian Tidak Diketahui. Elemen yang termasuk mandatory if applicable harus diketahui nilainya jika memang informasi nya melekat pada data spasial. Contohnya sebuah data spasial yang memiliki informasi ketinggian, maka pada elemen Vertical Coordinate System Definition harus dilengkapi. Elemen yang termasuk kategori optional, merupakan informasi yang dapat disediakan sendiri oleh produsen data. Standar ISO 19115 merupakan standar internasional yang disusun oleh ISO TC211 (Technical Committee 211), menyediakan struktur yang menggambarkan data geografis digital dengan mendefinisikan elemen-elemen metadata dan membangun terminologi, pendefinisian dan prosedur yang umum dari metadata. ISO 19139 mendefeinisikan skema XML untuk pengimplementasian informasi geografis pada metadata yang didasarkan pada ISO 19115. 17

2.3.2 Standardisasi Metadata Nasional Dalam rangka mendukung penyelengaraan metadata data spasial nasional, Pusat Sistem Jaringan dan Standardisasi Data Spasial BAKOSURTANAL pada tahun 2002 telah membentuk Tim Kerja / Kelompok Keja Forum Inisiatif Pembangunan Standar Metadata Nasional. Kelompok Kerja (Pokja) Metadata yang ditetapkan tersebut terdiri dari instansi sektoral seperti : Dep. Pertanian, Dep. Kehutanan, Dep. Kimpraswil, Dep. Energi dan Sumberdaya Mineral, Dishidros TNI AL, Dittop TNI AD dan unit unit kerja teknis di lingkungan BAKOSURTANAL. Salah satu tugas kelompok kerja tersebut antara lain adalah menyusun konsep standar metadata nasional. Berdasarkan hasil kesepakatan forum dengan mempertimbangkan berbagai referensi yang telah tersedia, Pokja Metadata telah sepakat untuk mengadop standar metadata FGDC sebagai standar metadata yang akan digunakan dalam penyusunan metadata data spasial nasional. Selain daripada itu, sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan tersebut BAKOSURTANAL akan membangun suatu aplikasi metadata yang mengacu pada standar metadata FGDC untuk dapat digunakan dalam pembangunan metadata pada instansi-instansi penyelenggara data spasial terkait. Dokumen Content Standards for Digital Geospasial Metadata yang telah disetujui oleh FGDC kemudian telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia untuk dapat lebih dipahami dalam penyusunan metadata dari produk data spasial yang diselenggarakan oleh para penyelenggara data spasial di Indonesia. Sebagai langkah awal dalam penyelenggaraan metadata, Pokja metadata juga telah sepakat untuk menyusun informasi metadata atas produk data yang tersedia pada unit kerjanya terbatas pada informasi Identifikasi Data dan Informasi Acuan Metadata. Penyusunan informasi metadata tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi yang akan dikembangkan oleh BAKOSURTANAL berdasarkan aplikasi yang telah tersedia pada tingkat global dan mengacu pada standar metadata FGDC. 2.4. Geonetwork Opensource Geonetwork Opensource merupakan sistem manajemen informasi spasial yang didesain untuk menyediakan akses ke basisdata-basisdata spasial, produk- 18

produk kartografi serta metadata yang terkait dari berbagai sumber, meningkatkan pertukaran informasi spasial dan berbagi data antar organisasi-organisasi dengan memamnfaatkan jaringan internet. Sistem manajemen informasi spasial ini bertujuan untuk memfasilitasi berbagai komunitas-komunitas pengguna data spasial untuk dapat mengakses secara mudah dan cepat data spasial yang tersedia dan dapat digunakan untuk menyediakan peta-peta tematik yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Arsitektur Geonetwork Opensource mengimplementasikan komponen portal dan sistem basisdata yang didefinisikan di dalam Geospatial Portal Reference Architecture. Dengan menyediakan fasilitas fasilitas untuk mengatur dan menerbitkan metadata spasial, Geonetwork Opensource menyediakan fasilitas pencarian untuk mengakses sejumlah metadata yang datang dari berbagai Clearinghouse dan juga tersedianya fasilitas untuk menampilkan peta interaktif. Gambar 2.7 Geospatial Portal Reference Architecture [Geonetwork Opensource Spatial Data Catalog, 2005] Pada dasarnya Geonetwork terdiri dari dua aplikasi web, yaitu yang pertama adalah portal yang menyediakan fasilitas query metadata bagi para pengguna dan fasilitas bagi administrator untuk membuat dan menyimpan basisdata, dan yang kedua adalah Web Map Client yang digunakan untuk melihat dan menampilkan data spasial, seperti MapServer atau GeoServer. 19

2.4.1. Sistem Kerja Geonetwork Opensource merupakan aplikasi web berbasis Java yang bekerja menggunakan server container seperti Jetty, yang sudah tersedia dalam satu paket aplikasi geonetwork ataupun dapat juga menggunakan Apache Tomcat. Cara kerja aplikasi Geonetwork beradasarkan pada sistem Jeeves, yang digambarkan melalui Gambar 3.5. Jeeves adalah kependekan dari Jeeves is an Engine Easy for Very Effective System. Dengan menggunakan Jeeves memungkinkan suatu sistem sederhana untuk di-publish di internet tanpa perlu pengetahuan akan java dan yang dibutuhkan hanya sedikit usaha [Marsella, 2005]. Jeeves merupakan engine yang menggunakan java untuk mempermudah pengembangan suatu aplikasi web. Jeeves bekerja menggunakan XML sebagai representasi data internal dan XSL untuk menghasilkan output html. Browser HTTP request Jeeves JDBC XML DB HTTP response XSL Gambar 2.8 Sistem kerja Jeeves Browser akan melakukan sebuah permintaan (request) yang diterima oleh Jeeves, yang apabila perlu mengunakan JDBC untuk dapat melakukan query ataupun merubah basisdata dan akan direspon melalui sebuah objek XML. Kemudian objek XML ini melalui transformasi XSL akan menghasilkan sebuah dokumen yang dikirimkan kembali (response) ke browser. Proses ini akan berulang setiap ada permintaan (request). 2.4.2. Basisdata DBMS yang digunakan pada ujicoba aplikasi Geonetwork Opensource ini adalah Mckoi, yang merupakan DBMS internal yang sudah tersedia pada paket 20

aplikasi. Pada Gambar 3.12 dan 3.13 digambarkan bagaimana model logikal dan fisikal dari struktur basisdata Geonetwork Opensource ini. Gambar 2.9 Model Logikal Gambar 2.10 Model Fisikal Struktur Basisdata Geonetwork tersimpan sebagai project Druid. Druid merupakan piranti untuk membangun basisdata dan sebagai manajemen basisdata. Druid digunakan untuk mengakses DBMS melalui JDBC untuk keperluan pemeriksaan dan pengeditan data. Selain menggunakan Mckoi, Geonetwork bisa menggunakan basisdata eksternal seperti MySQL ataupun ORACLE. Untuk mengaktifkannya dibutuhkan instalasi driver yang sudah tersedia pada instalasi Geonetwork. 21

Gambar 2.11 Interface dari Druid 22