1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Kampus adalah satu ikon penting sebagai tempat berlangsungnya pendidikan.

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PERNYATAAN UNTUK MENGUKUR PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu teknologi yang popular digunakan saat ini adalah internet, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial terdiri dari laki-laki dan perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

Oleh: Logan Cochrane

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

1

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu membersihkan ketimpangan ketimpangan sosial yang ada, juga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir,

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kampus adalah salah satu tempat berlangsungnya pendidikan. Tak salah, jika kampus dianggap sebagai tempat belajar karena mahasiswa bisa menggantungkan impian, cita-cita dan masa depan. Di dalam kampus mahasiswa tak sekedar datang untuk kuliah, ujian, dan kumpul tetapi kampus menjadi sarana pengembangan bakat dan penanaman nilai-nilai, sehingga dari ruang kuliah dan berbagai kegiatan kampus itu diharapkan akan lahir mahasiswa yang kreatif, kritis, bertanggung jawab dan bermoral. Namun, sungguh sayang, Pada kenyataannya, tidak semua kalangan terpelajar itu bisa mengikuti transformasi ilmu yang ditanamkan secara positif. Banyak di antara mereka yang justru terjebak pada perilaku tak bertanggung jawab, hal itu tercermin dari banyaknya kalangan mahasiswa yang terjebak pada obat-obatan terlarang atau narkoba hingga perilaku seks bebas. Bahkan sekarang ini bukan hanya seks bebas saja yang dilakukan para mahasiswa ini. Tetapi, ada banyak dari mereka yang terjebak dalam prostitusi. Menurut Miracle (2003), prostitusi adalah pertukaran antara pemberian pelayanan seksual dengan uang ataupun sumber lainnya. Sedangkan menurut Gagnon dan simon (dalam Hawkes), memberikan definisi yang tidak berbeda untuk prostitusi yaitu, suatu pelayanan seksual yang diberikan kepada siapaun tanpa membandang bulu dengan tujuan untuk mendapatkan suatu bayaran. Kampus sebagai tempat penting untuk mendidik para mahasiswanya menjadi seseorang yang berguna tetapi ada para mahasiswanya yang bekerja menjual diri yang dikenal juga sebagai ayam kampus Mereka membawa nama mahasiswa untuk menambah nilai jual nya. Menurut Rathus (1983), ayam kampus termasuk kedalam call girls dimana pada kelompok ini memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lainnya. Sehingga para ayam kampus ini mendapatkan bayaran yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya. Memang, untuk mendapatkan pendidikan di Indonesia ini dapat dibilang mahal. Sehingga hanya golongan tertentu saja yang dapat mendapatkan

2 pendidikan yang tinggi dan berkualitas. Bahkan setelah para mahasiswa ini lulus dan mendapatkan gelar pun banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan karena ketatnya persaingan dan banyaknya tenaga kerja di Indonesia. Terbatasnya lapangan pekerjaan dan persaingan ketat di Indonesia menyebabkan harga tenaga kerja di Indonesia menjadi lebih murah dan dibutuhkan latar belakang dan keterampilan yang baik pula untuk bersaing. Karena itu para mahasiswa yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan memiliki kesempatan kerja yang rendah. Penghasilan yang mereka terimapun relatif rendah sehingga ada yang memilih untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Salah satunya adalah prostistusi karena upah yang diterima bisa berkali-kali lipat. Jadi tak heran jika prostitusipun masuk ke dalam kampus. Alasan-alasan mengapa seorang remaja bisa terjerumus ke dalam dunia prostitusi juga sangat kompleks, karena menyangkut masalah sosial, ekonomi, pendidikan, angka putus sekolah, kesehatan (terutama menyangkut ketergantungan narkotika dan obat berbahaya) tidak saja dari pihak si remaja tadi melainkan juga keluarga dan seluruh masyarakat di sekelilingnya. Banyak dari mereka yang nekat melakukan prostitusi karena frustrasi setelah harapannya untuk mendapatkan kasih sayang di keluarganya tidak terpenuhi. Selain itu, peran media massa juga tidak dapat diabaikan. Liputan, tayangan film yang menampilkan adegan seks dan pornografi, VCD porno yang merebak tak terbendung, serta perkembangan dunia mode dan fashion juga antara lain membuat para remaja (terutama perempuan) makin menyadari potensi seksual dan sensualitasnya serta bagaimana menggunakan potensi itu untuk memperoleh uang agar dapat mengikuti pola hidup konsumerisme yang sudah menjangkiti masyarakat. (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=177538). Penyebab lahirnya mahasiswi-mahasiswi yang bekerja sambilan sebagai wanita penghibur bermacam-macam. Ada yang menyebut karena salah bergaul, namun tidak sedikit yang menganggap mereka terdesak kebutuhan hidup, terutama untuk biaya perkuliahan yang semakin hari semakin mahal. http://www.indosiar.com/hitamputih/forum_komentar.htm?id=25

3 Walaupun menjadi ayam kampus mendapatkan uang yang banyak tetapi pekerjaan inipun memiliki resiko yang tinggi. Mereka harus menghadapi siapun yang membayar mereka. Ada yang lembut dan ada juga yang kasar. Banyak terjadi kekerasan seksual yang dilakukan oleh para penyewa mereka yang terkadang dapat membahayakan nyawa mereka. Selain itu, ada juga yang menginginkan bentuk hubungan seksual yang tidak wajar. Dan para ayam kampus ini tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka sudah menerima bayaran. Resiko lain adalah tertular penyakit menular seksual (PMS). Karena ayam kampus ini melakukan hubungan seksual dengan para pelanggannya yang berbeda-beda dan para pelanggannya inipun tidaklah melakukan hubungan seksual dengan satu orang sehingga kemungkinan untuk tertular penyakit menular sangatlah besar. Dan salah satu penyakin menular itu adalah HIV/AIDS yang sampai saat ini masih belum ditemukan penyembuhannya. Selain itu, resiko lain yang diterima adalah hukuman sosial dari masyarakat sekelilingnya. Para mahasiswa yang menyandang nama sebagai pelajar seharusnya memajukan bangsa tetapi mereka terjebak dalam prostitusi, karena itu para ayam kampus ini bergerak secara diam-diam dan tidak ingin diketahui oleh teman-temannya dan masyarakt sekelilingnya. Karena jika pekerjaan mereka sebagai ayam kampus diketahui oleh masyarakat sekelilingnya mereka dapat dijauhi oleh teman-temannya. Bujaran dalam Sriwijaya Post Selasa, 12 April 2005 dalam http://www.indomedia.com/sripo/2005/04/12/1204h07.pdf mengatakan: pendapatnya mengenai ayam kampus. Bujaran mengungkapkan kalau oknum mahasiswi yang berperilaku rendahan seperti ini, lebih baik meninggalkan status sebagai siswa yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi, karena predikat sebagai calon intelektual muda atau yang akan menyandang titel sarjana tidak layak mereka pergunakan di masyarakat Itu adalah salah satu pendapat dari masyarakat terhadap para ayam kampus. Oleh sebab itulah para ayam kampus ini tidak bisa sembarangan menjual dirinya karena mereka tidak ingin semua orang mengetahui pekerjaan mereka.

4 Berbicara tentang perilaku manusia tidak lepas dari konsep diri karena konsep diri menjadi frame of reference yang digunakan individu dalam berinteraksi dengan dunianya. Fitts (1971) mengatakan bahwa konsep diri merupakan konstruk sentral untuk dapat memahami manusia dan perilakunya.. Lebih lanjut Kinch (dalam Fitts, 1971) mengemukakan bahwa konsep diri seseorang tentang dirinya muncul dari interaksi sosial dan akan mengarahkan atau mempengaruhi perilaku seseorang. Konsep diri tidak terbentuk begitu saja, Menurut Rogers, konsep diri bersifat kontinyu antara individu dengan lingkungannya, khusunya lingkungan yang signifikan seperti keluarga.(smith & Vetter, 1982 : 169). Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anakanak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain. (http://www.e-psikologi.com/dewasa/160502.htm)

5 Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan ayam kampus, peneliti ingin melihat bagaimana seseorang bisa menjadi ayam kampus. Bagaimana perkembangan konsep diri seseorang akan menentukan seseorang memiliki konsep diri postif atau negatif. Konsep diri yang dimiliki seseorang inilah yang akan menentukan seseorang untuk berpilaku. Peneliti ingin melihat bagaimana konsep diri seorang ayam kampus. Berdasarkan teori Fitts, ayam kampus memiliki konsep diri negatif karena ia berprilaku negatif. Dan jika ayam kampus memiliki konsep diri positif peneliti ingin mengetahui mengapa ia bisa menjadi ayam kampus karena seharusnya ia berprilaku positif. 1..2. Permasalahan Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah Bagaimanakah gambaran konsep diri pada mahasiswa yang melacurkan diri/terlibat prostitusi ( ayam kampus ).? 1. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran konsep diri ayam kampus dan bagaimana konsep dirinya mempengaruh tingkah lakunya. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai dasar dan pendukung bagi penelitian selanjutnya tentang konsep diri atau ayam kampus. Selain itu manfaat praktis yang dapat diperoleh adalah: 1. Memberikan gambaran umum konsep diri ayam kampus pada masyarakat. 2. Mengetahui gambaran kehidupan ayam kampus kepada masyarakat.

6 3. Mengetahui alasan seseorang menjadi ayam kampus sehingga dapat dilakukan tindakan prevelensi. 4. Memberikan gambaran bagaimana ayam kampus menjalani perannya sebagai mahasiswa. 5. Memberikan gambaran moral ayam kampus. 1. 5. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab yang terdiri dari : Bab 1 : Pendahuluan Bab 2 : Tinjauan Pustaka Bab 3 : Metode Penelitian Bab 4 : Hasil dan Analisis Bab 5 : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran