BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komponen-komponen dari kebugaran jasmani terbagi menjadi dua yaitu healthrelated

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI ANAK SD MELALUI LATIHAN KEBUGARAN AEROBIK. Oleh: Banu Setyo Adi Dosen Jurusan PPSD FIP UNY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan aktifitas fisik, padahal pekerjaan dikantor sebagian besar kerjaan cukup

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

AFC B LICENCE COACHING COURSE

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh. Setiap tiga sampai lima detik sinyal - sinyal saraf merangsang proses

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO 2 max.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I LATAR BELAKANG. dalam kondisi aktivitas fisik yang kurang. Frekuensi aktivitas fisik yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

KETAHANAN (ENDURANCE)

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

BAB 1 A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk memulihkan efek dari latihan itu sendiri. Miller juga

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Rosdiana, 2015 Pengaruh penerapan pelatihan tabata terhadap peningkatan kemampuan aerobik

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu olahraga populer di dunia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. atau kekurangan latihan fisik (Karhiwikarta, 1983). Pada saat berolahraga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Karena VO2max ini dapat membatasi kapasitas kardiovaskuler seseorang, maka VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan. (http://goligog.wordpress.com/2010/07/09/vo2- max-itu-apa/) Welsman (1996:89) VO2max juga dapat diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang untuk mengkonsumsi oksigen selama aktivitas fisik pada ketinggian yang setara dengan permukaan laut. VO2max merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas. Selama menit-menit pertama latihan, konsumsi oksigen meningkat hingga akhirnya tercapai keadaan steady state di mana konsumsi oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan. Bersamaan dengan keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi paru, denyut jantung, dan cardiac output. Keadaan di mana konsumsi oksigen telah 5

2 mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik lagi meski dengan penambahan intensitas latihan inilah yang disebut VO2max. Konsumsi oksigen lalu turun secara bertahap bersamaan dengan penghentian latihan karena kebutuhan oksigen pun berkurang. Menurut Vander (2001) nilai VO2max dibatasi oleh cardiac output, kemampuan sistem respirasi untuk mengantarkan oksigen ke darah, atau kemampuan otot untuk menggunakan oksigen. Dengan begitu, VO2max pun menjadi batasan kemampuan aerobik, dan oleh sebab itu dianggap sebagai parameter terbaik untuk mengukur kemampuan aerobik (atau kardiorespirasi) seseorang. VO2max merupakan nilai tertinggi dimana seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama latihan, serta merupakan refleksi dari unsur kardiorespirasi dan hematologik dari pengantaran oksigen dan mekanisme oksidatif otot. Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai VO2max lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dibanding mereka yang tidak dalam kondisi baik. Penulis menyimpulkan bahwa VO2Max adalah kemampuan untuk menghirup oksigen dan menggunakan secara maksimal pada saat latihan. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai VO2max Menurut Pate dalam Nugroho (2011:5) menyatakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi VO2 Max adalah fungsi kardiorespirasi, metabolisme otot aerobik, kegemukan badan, keadaan latihan dan keturunan. Selanjutnya Junusul Hairy dalam Nugroho (2011:5) menyatakan bahwa fungsi fisiologis yang terlibat

3 di dalam kapasitas konsumsi oksigen maksimal (VO2 Max) adalah: 1) jantung, paru, dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang dihisap masuk ke paru dan selanjutnya sampai ke darah. 2) proses penyampaian oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal; yakni fungsi jantung, volume darah, jumlah sel-sel darah merah dan konsentrasi hemoglobin serta pembuluh darah harus mampu mengalihkan darah dari jaringanjaringan yang tidak aktif ke otot yang sedang aktif yang membutuhkan oksigen lebih besar. 3) jaringan-jaringan terutama otot, harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya, metabolisme dan fungsi mitokondria harus normal. Menurut Armstrong (2006:82) Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO2max dapat disebutkan sebagai berikut. 1. Umur VO2max pada anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2max anak lakilaki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat latihan ketahanan tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai VO2max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua jenis kelamin. 2. Jenis kelamin Dalam (http://www.uh.edu/tigerstudy/textbook/tigercpt2.pdf di akses 2011), kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia

4 yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2max anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun VO2max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak perempuan. 3. Suhu Pada saat suhu tubuh meningkat ataupun menurut pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya berpengaruh pula pada nilai VO2max. Sehingga, secara tidak langsung, perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai VO2max. 4. Keadaan latihan Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2max. Namun begitu, VO2max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. 2.1.3 Faktor-Faktor yang Menentukan Nilai VO2max 1. Fungsi paru Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk selanjutnya

5 diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat, dibutuhkan paru-paru yang berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan intensitas maksimal. 2. Fungsi Kardiovaskuler Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah peningkatan cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat membatasi nilai VO2max. 3. Sel darah merah (Hemoglobin) Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia. Jika kadar hemoglobin berada di bawah normal, misalnya pada anemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat. Hal ini juga bisa terjadi sebagai respon adaptasi pada orang-orang yang hidup di tempat tinggi.

6 4. Komposisi tubuh Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah raga berat. Maka, jika VO2max dinyatakan relatif terhadap berat badan. 2.1.4 Kebugaran Sukmaningtyas (2004:39), olah raga sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah olah raga aerobik, yaitu olah raga yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran oksigen, dan membutuhkan oksigen tanpa menimbulkan hutang oksigen yang tidak terbayar. Contoh olah raga aerobik misalnya lari, jalan, treadmill, bersepeda, renang. Sedangkan olah raga anaerobik adalah olah raga yang menggunakan energi dari pembakaran tanpa oksigen, dalam hal ini aktivitas yang terjadi menimbulkan hutang oksigen. Contoh dari olah raga anaerobik adalah lari sprint jarak pendek, angkat beban, dan bersepeda cepat. Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Muhajir 2: 2004). Selanjutnya menurut Rusli Lutan (2002: 7), mengemukakan kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas Dalam kesegaran jasmani, dikenal istilah Health related fitness dan Skill related fitness. Health related fitness diartikan sebagai kemampuan jantung, paru, otot, dan persendian untuk bekerja dengan optimal. Health related fitness meliputi

7 ketahanan kardiorespirasi, ketahanan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh. Sedang Skill related fitness diartikan sebagai keahlian-keahlian yang menunjang performance seseorang dalam olah raga dan aktivitas fisik lain. Yang termasuk dalam Skill related fitness ialah agility (kelincahan), balance (keseimbangan), coordination (koordinasi), reaction time (kecepatan reaksi), speed (kecepatan), dan power (kekuatan). (www.rockwood.k12.mo.us/rsouth/ moore/ Fitness%20Components%20Student%20Workbook.pdf di akses 2012). Kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering digunakan yaitu fitness, kesegaran, dan kesemaptaan. Dari berbagai istilah yang sering digunakan tersebut pada intinya mempunyai pengertian yang sama yaitu meliputi kebugaran jasmani dan rohani. Kebugaran jasmani berhubungan dengan kebugaran fisik sedangkan kebugaran rohani berhubungan dengan kebugaran mental, kebugaran sosial, dan kebugaran emosi. Menurut Rusli Lutan dalam Adi (2012:2), kebugaran jasmani dibagi menjadi dua yaitu: 1. Kebugaran jasmani (kesehatan) terdiri dari daya tahan aerobik, kekuatan otot, daya tahan otot, dan flesibilitas/kelentukan. 2. Kebugaran jasmani (performa) terdiri dari power/daya ledak, waktu rekasi, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, dan agilitas/kelincahan. Kebugaran jasmani (yang berkaitan dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas (Rusli Lutan dalam Adi, 2012:2). Tingkat kebugaran yang baik hanya bisa dicapai apabila dilakukan latihan yang teratur. Kebugaran jasmani sendiri mempunyai beberapa komponen yang harus dibedakan dalam memberikan

8 tujuan latihan. Menurut Djoko Pekik dalam Adi (2012:2) kebugaran yang berhubungan dengan fisik adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luang. Masih menurutnya kebugaran digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1. Kebugaran statis: keadaan seseorang yang bebas dari penyakit dan cacat atau disebut sehat. 2. Kebugaran dinamis: Kemampuan seseorang untuk bekerja secara efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus. 3. Kebugaran motoris: Kemampuan seseorang untuk bekerja secara efisien yang menuntut keterampilan khusus. Dari beberapa pengertian tentang kebugaran maka dapat diambil kesimpulan bahwa kebugaran fisik atau kebugaran jasmani adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugas atau pekerjaan fisik dan tidak merasakan kelelahan disaat melakukan pekerjaan atau tugas tersebut Jadi bugar tidak sama dengan sehat. Seseorang yang merasa sehat belum tentu bugar. Untuk melakukan suatu pekerjaan seseorang tidak hanya dituntut sehat tetapi juga mempunyai kebugaran, karena seseorang akan dapat melakukan pekerjaan dengan baik apabila tidak dalam keadaan lelah. 2.1.5 Interval Training Pada hakikatnya dahulu interval training merupakan latihan untuk mengembangkan daya tahan. Karena itu, jarak yang ditempuh biasanya jauh pelarinya tidak terlalu cepat (slow pace). Bompa (1994:45) mengatakan bahwa

9 interval training jarak jauh biasanya ditempuh dalam 8-15 menit per repetisi (4-6 km). Sekarang interval training juga ditujukan untuk melatih kecepatan. Menurut Kardjono (2008:11), Interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi interval-interval yang berupa masa istirahat. Misalnya lari istirahat lari lagi istrahat lagi dan seterusnya. Menurut Luthfi dalam (http://luthfieoctadwi.blogspot.com/2012/04/ interval-training.html) Interval training adalah serangkaian acara latihan fisik yang diulang-ulang yang diseling dengan periode-periode pemulihan. Latihan fisik ringan biasanya mengisi periode pemulihannya. Untuk memahami mengapa metode pelatihan ini sedemikian berhasilnya, maka akan kita mulai dengan uraian mengenai produksi energi dan keletihan selama kegiatan intermiten ini. Produksi energi selama latihan fisik berlaku juga bagi kegiatan yang dilakukan secara intermiten maupun yang dilakukan secara kontinyu/terus menerus. Meskipun demikian, ada satu perbedaan yang sangat penting. Untuk memberikan gambaran tentang perbedaan ini, misalkan lari terus menerus sekuat tenaga selama satu menit; kemudian, pada kesempatan lain, berlari secara intermiten dengan cara berlari sekuat tenaga seperti pada lari yang berkesinambungan tadi, tetapi hanya selama 10 detik, istirahat 30 detik, lalu lari lagi, dan seterusnya. Kalau kegiatan tersebut diulang sebanyak 6 kali, maka itu berarti sudah melakukan kegiatan yang sama banyaknya dengan intensitas yang sama secara intermiten dengan yang dilakukan secara kontinyu (yakni lari enam x 10 detik = 1 menit), tetapi tingkat keletihan sesudah lari intermiten itu lebih rendah.

10 Sebenarnya kejadian tadi merupakan suatu fenomena yang bersifat fisiologis, dan jawabnya terletak pada interaksi yang berbeda antara sistem fosfagen (ATP-PC) dan sistem glikolisis anaerob (sistem LA) selama lari intermiten dibanding dengan selama lari kontinyu. Kalau diperbandingkan, energi yang dipasok melalui glikolisis anaerob (sistem LA) akan lebih sedikit dan yang melalui sistem fosfagen (ATP-PC) akan lebih banyak pada lari intermiten. Ini berarti asam laktat yang terkumpul akan lebih sedikit dan dengan demikian lebih sedikit keletihan yang ditimbulkan oleh kegiatan intermiten. Hal ini berlaku, tidak perduli seberapa intensnya kegiatan intermiten dan seberapa lama berlangsungnya. Sistem ATP-PC dapat memasok lebih banyak ATP dan sistem LA dapat memasok lebih sedikit ATP selama lari intermiten daripada selama lari kontinyu. Terbukti bahwa simpanan-simpanan ATP-PC itu terkuras hanya berapa detik sesudah lari berat, tetapi perlu diingat bahwa di sela-sela setiap lari intermiten itu ada periode pemulihannya. Selama interval-interval pemulihan, sebagian dari simpanan-simpanan ATP-PC dalam otot yang terkuras selama interval-interval kegiatan sebelumnya akan diisi kembali melalui sistem aerob. Harsono dalam Kardjono (2008:12-13), ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam penyusunan interval training yaitu: a) Lama latihan b) Beban atau intensitas latihan c) Pengulangan (repetision) lari d) Masa istirahat (recovery interval) setiap repetisi latihan

11 Secara mendasar, ada 2 bentuk interval training yaitu a) Interval training lambat dengan jarak jauh - Jarak lari : 600 800 m. - Intensitas : 70 % dari kemampuan maksimal - Repetision : 6 12 kali - Recovery : 3 5 menit b) Interval training dengan jarak pendek - Jarak lari : ditempuh dalam waktu 10 30 detik - Intensitas : 80 90 % dari kemampuan maksimal - Repetision : 10 15 kali - Recovery : 3 5 menit 2.2 Kerangka Bepikir VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Karena VO2max ini dapat membatasi kapasitas kardiovaskuler seseorang, maka VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. Ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO2max dapat yaitu : Umur, Jenis Kelamin, Suhu, dan Kondisi Latihan. Dan ada pula faktor-faktor yang menentukan VO2max yaitu : fungsi paru, fungsi kardiovskuler, sel darah marah (hemoglobin), komposisi tubuh. Untuk meningkatkan VO2max maka harus didukung oleh metode latuhan yang tepat. Ada beberapa jenis latihan yang dapat meningkatkan VO2max, salah satunya yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu interval training.

12 Interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi interval-interval yang berupa masa istirahat. Interval training terbagi menjadi 2 bentuk, yaitu slow interval training dan fast interval training. Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk latihan slow interval training Jarak lari 600-800 m, Intensitas 70 % dari kemampuan maksimal, Repetision 6-12 kali, dan Recovery 3 5 menit. Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa meningkatkan VO2max pada mahasiswa penjaskes semester I perlu diberikan interval training dengan bentuk slow interval training. 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini yakni : H 0 = Tidak terdapat pengaruh interval training terhadap VO2max mahasiswa semester I program studi Penjaskesrek. H 1 = Terdapat pengaruh interval training terhadap VO2max mahasiswa semester I program studi Penjaskesrek.