BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI. Andrea Krisna Murti

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

K3 Konstruksi Bangunan

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

TENTANG KESELAMATAN KERJA

RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB II LANDASAN TEORI. secara baik sehingga hasil kerjanya memuaskan. manusia dan cara kerja ( Ramli, 2010: 28).

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE)

Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan elemen yang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PT. UNILEVER DI PERDAGANGAN SUMATERA UTARA

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Pungvongsanuraks et al., (2014). Dalam penelitiannya yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch (2003), elemen yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja yakni kontraktor, manajer, pengawas lapangan, pekerja dan subkontraktor, serta safety professionals. Keselamatan Kerja adalah keselamatan dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, peralatan / perlengkapan kerja, bahan-bahan, proses, landasan, lingkungan kerja, produk dan tata cara melakukan pekerjaan pada instalasi, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, konstruksi, agrikultur, pertambangan, ruang terbatas, dan lain-lain. Menurut Undangundang Nomor 1 tahun 1970, setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Menurut International Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO) tahun 1950, kesehatan kerja

adalah promosi dan pemeliharaan fisik, mental dan sosial tertinggi dari para pekerja di segala bidang dengan mencegah gangguan kesehatan, mengontrol risiko, serta penyesuaian pekerjaan kepada setiap orang dan setiap orang kepada pekerjaannya. Tujuan Kesehatan Kerja menurut ILO dan WHO tahun 1995 adalah sebagai berikut : 1. Sebagai promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan sosial dari pekerja. 2. Pencegahan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja. 3. Perlindungan pekerja dari resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan. 4. Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja yang sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya. 5. Penyesuaian setiap orang kepada pekerjaannya. 2.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perlindungan tenaga kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam perundangan berikut : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003.

3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab XII : Kesehatan Kerja, Pasal 164. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 menetapkan syaratsyarat keselamatan kerja sebagai berikut : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; 2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran; 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan; 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja; 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan; 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya; 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang; 15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; 16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkarmuat, perlakuan dan penyimpanan barang; 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; 18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 dan Pasal 87 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Pasal 86 (1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 87 (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja : 1. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan pekerjaan. 2. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan informal. 3. Upaya kerja berlaku juga bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan kerja. 4. Upaya kerja berlaku juga bagi kesehatan di lingkungan TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian.

5. Pemerintah menetapkan standar kerja. 6. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kerja. 7. Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam bidang konstruksi, terdapat garis besar keselamatan dan kesehatan kerja yang secara khusus diatur dalam Permenakertrans peraturan-01/men/1980 yaitu : 1. Bab I tentang Ketentuan Umum. 2. Bab II tentang Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja. 3. Bab III tentang Perancah. 4. Bab IV tentang Tangga dan Tangga Rumah. 5. Bab V tentang Alat-alat Angkat. 6. Bab VI tentang Kabel Baja, Tambang, Rantai dan Peralatan Bantu. 7. Bab VII tentang Mesin-Mesin. 8. Bab VIII tentang Peralatan Konstruksi Bangunan. 9. Bab IX tentang Konstruksi di bawah tanah. 10. Bab X tentang Penggalian. 11. Bab XI tentang Pekerjaan Memancang. 12. Bab XII tentang Pekerjaan Beton. 13. Bab XIII tentang Pekerjaan Lainnya. 14. Bab XIV tentang Pembongkaran.

15. Bab XV tentang Penggunaan Perlengkapan Penyelamatan dan Perlindungan Diri. 2.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja memiliki hak dan kewajiban terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Hak tenaga kerja terkait keselamatan dan kesehatan kerja yaitu : 1. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan. 2. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat K3 serta Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan diragukan olehnya. Adapun kewajiban tenaga kerja terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu : 1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau AK3. 2. Memakai APD yang diwajibkan. 3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja saat bekerja dan di lingkungan kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya

potensi bahaya dan kecelakaan kerja. Termasuk ke dalam APD antara lain : 1) Helm 2) Kaca Mata Safety 3) Goggles 4) Pelindung Wajah 5) Masker pelindung pernapasan 6) Sumbat telinga 7) Sarung tangan 8) Sepatu pelindung kaki 9) Body Harness Pekerja konstruksi adalah semua tenaga kerja yang terlibat dalam proyek pembangunan fisik suatu lingkungan terbangun dan infrastruktur. Pekerja konstruksi adalah salah satu kelompok pekerja yang paling rentan terhadap resiko bahaya di lingkungan kerja mereka. Dalam industri konstruksi seringkali terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cedera, kerusakan tubuh sementara maupun permanen, bahkan kematian. Hal ini disebabkan karena pekerjaan konstruksi pada dasarnya memiliki potensi bahaya sehingga kemungkinan terjadinya insiden dan kecelakaan lebih besar (Hinze, 1997).

2.4 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja dapat diartikan sebagai kejadian yang tak terduga. Definisi sebagai kejadian tak diinginkan atau tak diharapkan juga digunakan untuk mendeskripsikan kejadian serupa (DeReamer 1958; National Safety Council 1985). Sebuah peristiwa kecelakaan dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan dan material dan terutama yang menimbulkan cedera. Walaupun begitu, tidak semua kejadian tak terduga dapat mengakibatkan kerusakan ataupun cedera. Ada jenis kejadian tidak terduga yang tidak mengakibatkan cedera atau kerusakan properti. Kejadian tidak terduga atau tidak diinginkan yang tidak sampai menyebabkan cedera atau kerusakan properti disebut dengan near miss (Goetsch, 2003). Bilamana pada saat terjadi near miss sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Peristiwa near miss tanpa disadari lebih sering terjadi daripada kecelakaan, namun dapat menjadi aspek yang efektif untuk menandai area spesifik yang membutuhkan peningkatan standar keselamatan. Menurut Teori Domino dari Heinrich (1920) yang dikutip dalam dalam Goetsch (2003), terdapat lima faktor berurutan yang menyebabkan terjadinya sebuah kecelakaan. Kelima faktor tersebut yakni :

1. Lingkungan sosial. Karakter negatif dapat memperbesar kemungkinan seseorang berperilaku tidak aman. Karakter seseorang sendiri merupakan hasil dari lingkungan sosial dan faktor keturunan / ancestry. 2. Kesalahan manusia. Karakter negatif baik yang diturunkan maupun pengaruh lingkungan, menjadi penyebab mengapa seseorang berperilaku tidak aman dan mengapa kondisi tidak aman dapat tercipta. 3. Tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman. Tindakan tidak aman dilakukan oleh manusia dan menimbulkan bahaya mekanikal maupun fisik yang merupakan penyebab langsung kecelakaan. 4. Kecelakaan. Pada umumnya, kecelakaan yang mengakibatkan cedera disebabkan oleh jatuh atau terbentur oleh benda yang bergerak. 5. Cedera.Termasuk dalam cedera antara lain terjatuh, terbentur benda bergerak, terpotong, terbakar, terkena ledakan, terjebak dalam ruang terbatas, tertimbun, dan tenggelam. Teori Domino dari Heinrich memiliki dua poin penting yakni : 1) cedera disebabkan oleh keempat faktor yang terjadi sebelumnya; dan 2) menghilangkan faktor sentral (tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman) akan menegasikan faktor yang ada

setelahnya (kecelakaan) dan dengan demikian dapat mencegah terjadinya cedera. Menurut Goetsch (2003), Human Factors Theory merupakan teori yang menempatkan kecelakaan sebagai rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh kesalahan manusia. Teori ini terdiri atas tiga faktor yakni : 1. Kelebihan beban / overload. Kapasitas personal merupakan produk dari faktor-faktor seperti kemampuan, pelatihan, kondisi mental, kelelahan, tekanan, dan kondisi fisik. Beban yang harus ditanggung oleh seorang pekerja terdiri atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya ditambah dengan beban lingkungan sekitar (contoh : kebisingan), beban internal (masalah pribadi, tekanan emosional, kekhawatiran), dan faktor situasional (level resiko, instruksi yang kurang jelas). Kelebihan beban terjadi saat ada ketidakseimbangan antara kapasitas seseorang dengan beban yang harus ditanggungnya. 2. Respon yang tidak tepat atau ketidaksesuaian. Cara seseorang merespon situasi dapat mencegah atau mengakibatkan kecelakaan. Jika seseorang mengabaikan kondisi bahaya, maka hal itu termasuk dalam respon yang tidak tepat. Selain respon yang

tidak tepat, terdapat pula ketidaksesuaian (peralatan dan perlengkapan di tempat kerja). Ketidaksesuaian tempat kerja dengan pekerjanya dari aspek ukuran, gaya kerja, pencapaian, serta ergonomi dapat meningkatkan resiko kecelakaan. 3. Aktivitas yang tidak sesuai. Seseorang yang mengerjakan pekerjaan tanpa memahami prosedur pelaksanaan dapat dikategorikan dalam aktivitas yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian tersebut dapat meningkatkan resiko kecelakaan. Accident / Incident Theory merupakan perpanjangan dari Human Factors Theory. Teori yang dikemukakan oleh Dan Petersen ini meyebutkan tiga elemen baru ke dalam penyebab kecelakaan seperti faktor ergonomi, keputusan untuk membuat kesalahan, dan kegagalan sistem. Dalam teori ini, terdapat tiga penyebab kesalahan manusia yakni kelebihan beban, ergonomi, keputusan untuk membuat kesalahan, atau kombinasi dari ketiganya. Keputusan untuk membuat kesalahan dapat terjadi berdasarkan logika atau tanpa sadar. Berbagai macam tekanan eksternal seperti tenggat waktu, rekan kerja, dan faktor budget dapat membuat pekerja memutuskan untuk bekerja dengan tidak aman. Faktor lain yang mempengaruhi keputusan tersebut yakni sindrom itu tidak akan terjadi padaku atau menganggap sebuah

kecelakaan tidak akan terjadi. Elemen selanjutnya adalah kegagalan sistem. Elemen ini berupa faktor eksternal yang berupa perilaku dan keputusan dari pihak manajemen. Pihak manajemen berperan penting dalam pencegahan awal kecelakaan melalui kebijakan, peraturan, pelatihan, inspeksi, koreksi, dan penetapan standar.