MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK - 164/MBU/2012 TENTANG

MENTERI N EGA RA BADAN USAHA MILIK NEGARA

Ini Dia Keputusan Dahlan Iskan yang Diprotes Anggota DPR

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

R1 BADAN USAHA l.1li NF.CIAR<.. REPUBL.1K INDON ESI A

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL) PT BIO FARMA (PERSERO)

2012, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik

MEISTER( BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER- 21/MBU/2012 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG PELIMPAHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 59 /MBU/2004

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2015, No dengan tetap memperhatikan akuntabilitas, perlu untuk melakukan penyempurnaan terhadap pengaturan khususnya mengenai perubahan penggu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERIKANAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERIKANAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG KOMITE PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI BA.DAN USA.HA. MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERIKANAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTER1 BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

M E M U T U S K A N : Menetapkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usa

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2016, No Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\IFN FEW NECiARA BADAN USAIIA \MIK NI14ARA RITURIIK INDONVISI '

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA. bahwa dalam rangka meningkatkan nilai dan

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-103/MBU/2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BIDANG PENGELOLAAN ASET

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/ Tahun MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG KOMITE PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

SALINAN KEPUTUSAN MOR : SK -166/NIBU/2012 TENTANG PEMBERIAN KUASA ATAS SEBAGIAN KEWENANGAN BUMN SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH SELAKU PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL PADA BUMN PEJABAT ESELON I KEMENTERIAN BUMN, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar Perusahaan, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara memiliki kedudukan, tugas dan kewenangan sebagai wakil Pemerintah selaku Pemegang Saham/Pemilik Modal pada BUMN; b. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembinaan BUMN, perlu memberikan kuasa kepada Pejabat Eselon I Kementerian BUMN atas sebagian kewenangan Menteri Negara BUMN sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. bahwa pemberian kuasa sebagian kewenangan Menteri Negara BUMN kepada Pejabat Eselon I Kementerian BUMN sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan dengan tetap mempertimbangkan bahwa hal-hal yang dianggap "sangat strategic", tetap menjadi kewenangan Menteri Negara BUMN; d. bahwa berdasarkan Nomor : KEP- 236/MBU/2011 tanggal 15 Noember 2011, telah ditetapkan pendelegasian sebagian kewenangan dan/atau pemberian kuasa Menteri Negara BUMN sebagai Wakil Pemerintah selaku Pemegang Saham/RUPS pada Perusahaan Perseroan (PERSERO) dan Perseroan Terbatas serta Pemilik Modal pada Perusahaan Umum (PERUM) kepada Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian BUMN; e. bahwa untuk lebih memperjelas dan menghindari adanya perbedaan penafsiran terhadap pendelegasian kewenangan dan/atau pemberian kuasa yang ditetapkan dalam Nomor : KEP-236/MBU/2011 tanggal 15 Noember 2011 tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan pengaturan kembali pemberian kuasa sebagian kewenangan Menteri Negara BUMN kepada Pejabat Eselon I Kementerian BUMN; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e di atas, perk menetapkan Keputusan Menteri Negara BUMN tentang Pemberian Kuasa Sebagian Kewenangan Menteri Negara BUMN Sebagai Wakil Pemerintah Selaku Pemegang Saham/Pemilik Modal Pada BUMN Kepada Pejabat Eselon I Kementerian BUMN; : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4305); 4 3. Peraturan.../2

BADAN USA HA MILIK NEGARA -2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Priatisasi Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4528) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5055); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4554); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4555); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4556); 7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 9. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; Menetapkan KESATU MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN BUMN TENTANG PEMBERIAN KUASA ATAS SEBAGIAN KEWENANGAN BUMN SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH SELAKU PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL PADA BUMN PEJABAT ESELON I KEMENTERIAN BUMN. : 1. Menteri Negara BUMN, yang selanjutnya disebut Menteri, memberikan kuasa atas sebagian kewenangannya sebagai wakil Pemerintah selaku Pemegang Saham/Pemilik Modal pada BUMN kepada Pejabat Eselon I Kementerian BUMN sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Menteri ini. 2. Dalam hal seluruh saham Persero dimiliki oleh Negara, berdasarkan kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1, Pejabat Eselon I mewakili Menteri untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam RUPS, bertindak selaku RUPS, atau mengambil keputusan di luar RUPS yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan RUPS, mengenai hal-hal yang dikuasakan kepadanya. 3. Dalam hal tidak seluruh saham Persero dimiliki oleh Negara, berdasarkan kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1, Pejabat Eselon I mewakili Menteri untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam RUPS atau mengambil keputusan di luar RUPS yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan RUPS, mengenai hal-hal yang dikuasakan kepadanya. 4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 3, berlaku pula bagi Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara. KEDUA.../3

KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA MENTERI inegara -3- Pejabat EseIon I Kementerian BUMN, dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, wajib berpedoman pada ketentuan yang tercantum dalam Lampiran Keputusan Menteri ini. Pejabat Eselon I Kementerian BUMN, dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, wajib menyampaikan laporan berkala kepada Menteri setiap bulan Juli tahun berjalan dan bulan Januari tahun berikutnya, atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. : 1. Keputusan Pejabat Eselon I Kementerian BUMN yang telah diambil berdasarkan Nomor : KEP- 236/MBU/2011 tanggal 15 Noember 2011, disetujui dan dinyatakan sah sepanjang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor KEP-236/MBU/20I1 tanggal 15 Noember 2011 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan dan/atau Pemberian Kuasa Menteri Negara BUMN Sebagai Wakil Pemerintah Selaku Pemegang Saham/RUPS pada Perusahaan Perseroan (PERSERO) dan Perseroan Terbatas serta Pemilik Modal pada Perusahaan Umum (PERUM) Kepada Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, dan Pejabat Eselon di Lingkungan Kementerian BUMN, sepanjang yang berkaitan dengan pendelegasian dan/atau pemberian kuasa kepada Pejabat Eselon I Kementerian BUMN, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan di dalanmya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Presiden Republik Indonesia; 2. Wakil Presiden Republik Indonesia; 3. Ketua Badan Pemerilcsa Keuangan; 4. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; 5. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 6. Menteri Keuangan; 7. Wakil Menteri Negara BUMN; 8. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian BUMN; 9. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian BUMN; 10. Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 13 April 2012 suai dengan aslinya iro Hukum, a IP 19681010 199603 1 001, ttd. DAHLAN ISKAN

Lampiran (1/6) KEWENANGAN BUMN YANG PEJABAT ESELON I YANG 1. Penetapan auditor eksternal untuk pemeriksaan laporan keuanganpentsahaan. 2. Persetujuan perubahan anggaran dasar Persero..4 3. Persetujuan pembelian kembali saham (buy back) bagi BUMN 40 non-tbk. 4. Penyampaian rencana pemberhentian dan menerima,.# pembelaan diri anggota Direksi dan Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas yang akan diberhentikan sewaktu-waktu. 5. Pengesahan Rencana Jangka Panjang (RJP)...0 6. Pengesahan RKAP dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) PKBL BUMN yang tingkat kesehatannya 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai kategori sehat (AA)..0 Seleksi auditor eksternal dilakukan oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas. Sebelum menetapkan perubahan anggaran dasar, Sekretaris Kementerian BUMN berkoordinasi dengan Deputi Teknis terkait. Sebelum buy back dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan due dilligence. Dilakukan dengan memperhatikan ketentuan dalam Anggaran Dasar Persero. Sebelum menetapkan pengesahan Rencana Jangka Panjang (RJP), Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri. 1) Bagi BUMN yang penilaian tingkat kesehatannya masih menggunakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 826/KMK.013/1992, maka yang dimaksud Sehat adalah "Sehat" (tanpa kategori minimal AA). 2) RKAP dan RKA PKBL BUMN telah disusun berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri dan telah sesuai dengan target yang ditetapkan dalam aspirasi pemegang saham (shareholder aspiration) oleh Menteri. 3) Sebelum menetapkan pengesahan RKA PKBL, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN. 7. Pengesahan perubahan RKAP dan RKA PKBL BUMN. 8. Persetujuan untuk melakukan tindakan-tindakan yang belum ditetapkan dalam RKAP (kecuali pengantian Direksi anak perusahaan dan perusahaan patungan). V 1) Sebelum menetapkan pengesahan perubahan RKAP dan RKA PKBL BUMN, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri. 2) Khusus untuk pengesahan perubahan RKA PKBL, disamping berkoordinasi dengan Wakil Menteri, Deputi Teknis berkoordinasi pula dengan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN. 1) Dalam hal tindakan yang belum ditetapkan dalam RUPS tersebut, tidak termasuk yang ditetapkan menjadi kewenangan Pejabat Eselon I, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi, maka tindakan dimaksud harus tetap mendapat persetujuan Menteri. 2) Sebelum menetapkan persetujuan untuk melakukan tindakan-tindakan yang belum ditetapkan dalam RKAP, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri. Z

Lampiran (2/6) YANG 9. - Persetujuan Laporan Tahunan dan pengesahan Laporan Keuangan, serta penetapan penggunaan laba bersih. - Persetujuan Laporan Tahunan PKBL. 10. Persetujuan penerbitan obligasi dan surat utang lainnya oleh Persero/Perum. 11. Penetapan alokasi dana PKBL per proinsi. 12. Penetapan auditor eksternal untuk mengaudit neraca penutup Persero/Perum hasil perubahan bentuk badan hukum. ' 1) Terkait dengan pembagian laba bersih dan halhal strategis yang akan diputuskan harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Menteri Negara BUMN. 2) Pengesahan Laporan Tahunan dengan memperhatikan batas waktu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Sebelum menetapkan persetujuan Laporan Tahunan PKBL, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri dan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN. Sebelum menetapkan persetujuan penerbitan obligasi dan surat utang lainnya, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN dan Sekretaris Kementerian BUMN. Sebelum menetapkan alokasi dana PKBL per proinsi, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN berkoordinasi dengan Wakil Menteri. Dilakukan berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan jasa Persero/Perum. 13. P elaksanaan tindak lanj ut penambahan dan pengurangan penyertaan modal negara (PMN) pada Persero dan Perseroan Terbatas yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Mengingat penambahan modal pada prinsipnya adalah perubahan anggaran dasar, maka penetapannya dilakukan bersama oleh Sekretaris Kementerian BUMN (terkait dengan aspek legal) dan Deputi Teknis (terkait dengan substansi). 14. Penetapan penyertaan modal negara (PMN) pada Persero/Perum dan Perseroan Terbatas yang berasal dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya. *1 1) Mengingat penambahan modal pada prinsipnya adalah perubahan anggaran dasar, maka penetapannya dilakukan bersama oleh Sekretaris Kementerian BUMN (terkait dengan aspek legal) dan Deputi Teknis (terkait dengan substansi). 2) Sebelum menetapkan penyertaan modal negara (PMN) yang berasal dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya, Sekretaris Kementerian BUMN dan Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri. /

Lampiran (3/6) MENTERI N EGARA YANG 15. Penetapan besar dan jenis penghasilan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas. 16. Pengalihan atau menjadikan jaminan utang aktia tetap Persero/Perum dengan nilai : a. di atas Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); atau b. di atas 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Persero/Perum; dalam 1 (satu) transaksi atau lebih mana yang lebih kecil, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak {khusus terhadap pengalihan aktia tetap, nilai sebagaimana tersebut di atas merupakan nilai akumulatif dalam 1 (satu) tahun}. PEDOMAN PELAICSANAAN Sebelum menetapkan besar dan jenis penghasilan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas. Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri Negara BUMN dan dimintakan persetujuan terlebih dahulu kepada Menteri Negara BUMN. I) Persetujuan pengalihan atau menjadikan jaminan utang aktia tetap Persero/Perum yang melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Persero/Perum atau Persero/Perum dengan ekuitas negatif, menjadi kewenangan Menteri. 2) Sebelum menetapkan pengalihan aktia tetap dimaksud, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Deputi Bidang Restrulcturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN serta Sekretaris Kementerian BUMN. 3) Sebelum menetapkan jaminan utang atas aktia tetap dimaksud, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Sekretaris Kementerian BUMN. 4) Pengalihan aktia tetap dilakukan dengan ketentuan: a. memenuhi salah satu syarat sebagai berikut : (1) secara teknis dan/atau ekonomis sudah tidak menguntungkan; (2) diperuntukkan bagi Kepentingan Umum; (3) diperlukan oleh kementerian atau lembaga Negara/Pemerintah; (4) bagian dari program restrukturisasi dan penyehatan Persero; atau (5) satu-satunya alternatif sumber dana bagi Persero untuk kebutuhan yang sangat mendesak. b. tidak dipergunakan dalam operasional perusahaan, baik saat ini maupun sesuai dengan rencana pengembangan perusahaan ke depan; c. berdasarkan kajian, sudah tidak dapat dioptimalisasi; dan d. tidak dalam bentuk hibah atau pengalihan tanpa kompensasi apapun. 5) nilai di atas Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) tersebut tidak melebihi 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih BUMN, dan 6) ekuitas perusahaan tidak negatif. I

Lampiran (4/6) Nomor SK-166/MBU/2012 YANG 17. Persetujuan untuk penyertaan modal pada perusahaan lain (termasuk penambahan penyertaan modal) dan penyertaan modal untuk pendirian anak perusahaan/ perusahaan patungan, dengan nilai a. penyertaan di atas Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); atau b. penyertaan di atas 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Persero/Perum; (mana yang lebih kecil). 18. Persetujuan untuk melakukan pelepasan penyertaan modal (termasuk dilusi saham), penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan dengan nilai penyertaan sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). V 1) Persetujuan penyertaan modal di atas 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Persero/Perum atau Persero/Perum dengan ekuitas negatif, menjadi kewenangan Menteri. 2) Sebelum menetapkan penyertaan, pendirian, dan pelepasan modal dimaksud, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN serta Selcretaris Kementerian BUMN. 3) penyertaan modal dilakukan dengan ketentuan : a. dilakukan berdasarkan kajian kelayakan usaha; b. penyertaan tidak berupa tanah; c. penyertaan modal tidak mengganggu likuiditas Perseroan; dan d. pendirian anak perusahaan/perusahaan patungan, dilakukan hanya dalam rangka mendukung kegiatan usaha utama perseroan dan bukan untuk melaksanakan kegiatan usaha utama perusahaan yang telah berjalan, kecuali perusahaan holding. 4) nilai di atas Rp500.000.000.000,00 (lima rates miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) tersebut tidak melebihi 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih BUMN, dan 5) ekuitas perusahaan tidak negatif. 1) Persetujuan untuk melakukan pelepasan penyertaan modal, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan yang nilai penyertaannya melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Persero/Perum atau Persero/Perum dengan ekuitas negatif, menjadi kewenangan Menteri. 2) Sebelum menetapkan pelepasan penyertaan modal, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN serta Selcretaris Kementerian BUMN. /

Lampiran (5/6) YANG SES DT DRP S 3) Pelepasan penyertaan modal, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan dengan ketentuan: a. pelepasan penyertaan modal, penggabungan, peleburan pengambilalihan dan pemisahan, tidak menyebabkan hilangnya kontrol BUMN terhadap anak perusahaan dan/atau tidak merugikan/membebani BUMN. b. nilai sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) tersebut tidak melebihi 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih BUMN, dan c. ekuitas perusahaan tidak negatif. 19. Persetujuan untuk mengikat perusahaan sebagai penjamin (borg atau aalist), dengan nilai pinjaman yang dijamin : a. di atas Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); atau b. di atas 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Persero/Perum; (mana yang lebih kecil). 20. Persetujuan untuk melakukan kerja sama dengan jangka waktu di atas 10 (sepuluh) tahun {berupa kerja sama lisensi, kontrak manaj emen, menyewakan aset, Kerja Sama Operasi (KSO), Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT), Bangun Milik Serah (Build Own Transfer/BOwT), Bangun Serah Guna (Build Transfer Operate/BTO)}...0 1) Penjaminan hanya diberikan terhadap: a. BUMN. b. anak perusahaan yang kepemilikan saham/modal BUMN yang bersangkutan minimal 90% (sembilan puluh persen). c. kemitraan dengan petani. 2) Nilai pinjaman yang dijamin tidak melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih BUMN, yang tetap menjadi kewenangan Menteri. 3) Sebelum menetapkan persetujuan untuk mengikat perusahaan sebagai penjamin (borg atau aalist), Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri. 3) Penjaminan ini tidak termasuk penjaminan yang dilakukan oleh BUMN tertentu yang kegiatan usaha utamanya di bidang penjaminan, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang penjaminan. 1) Sebelum menetapkan persetujuan kerja sama dimaksud, Deputi Teknis berkoordinasi dengan Wakil Menteri, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN serta Sekretaris Kementerian BUMN. 2) Kerjasama dilakukan dengan ketentuan : a. Berdasarkan kajian kelayakan usaha; b. Tidak mengganggu kegiatan usaha utama Persero; c. Tidak mengakibatkan beralihnya kepemilikan aktia tetap Persero, kecual i kerj asama dilakukan dalam rangka peningkatan nilai aset untuk dipindahtangankan. d. Menguntungkan Persero. e. Menyesuaikan pola kerjasama dengan rencana pemanfaatan aset yang dikerjasamakan sesuai dengan rencana pengembangan perusahaan. I

Lampiran (6/6) BADAN USAHA MUIR NEGARA YANG 21. Penunjukan likuidator Persero/Perum. - 22. Menetapkan Key Performance Indicators (KPI) Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas. Disusun sesuai dengan target yang ditetapkan dalam aspirasi pemegang saham (shareholder aspiration) oleh Menteri. 23. Menghadiri undangan dan mengambil keputusan dalam rapat/mediasi yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah, dan pihak ketiga lainnya. id V Sekretaris Kementerian BUMN dan Deputi Teknis dapat hadir sendiri-sendiri atau bersama-sama atau memberikan kuasa kepada pejabat Eselon II. 24. Memberikan persetujuan atas sebagian kewenangan Menteri Negara BUMN yang didelegasikan kepada Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi BUMN sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor. SK-164/MBU/2012 dan Nomor: SK-165/MBU/2012 selama belum dilakukan perubahan Anggaran Dasar Persero yang bersangkutan, atau belum dimungkinkan dalam Anggaran Dasar Perum. V4 Pemberian persetujuan dilakukan dengan tetap memperhatikan pedoman pelaksanaan atas sebagian kewenangan yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : SK-164/MBU/2012 (untuk Persero) dan Nomor : SK-165/MBU/2012 (Perum). Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 13 April 2012 sesuai dengan aslinya ro Hukum, ttd. DAHLAN ISICAN 9681010 199603 1 001