BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Repositori STIE Ekuitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Para ahli di bidang perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain :

BAB II LANDASAN TEORI

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA. undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

A. Pengertian Laporan Keuangan

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

BAB II BAHAN RUJUKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

Objek PPh. Penghasilan. Tambahan kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak dapat diartikan sebagai iuran wajib yang dipungut oleh Negara dari wajib pajak

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA. mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2002:1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA

BAB II Tinjauan Pustaka

ANALISIS PERHITUNGAN PPh BADAN DALAM RANGKA PENYESUAIAN UNDANG- UNDANG DAN PERATURAN PAJAK YANG BERLAKU. Hartanti

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II BAHAN RUJUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II. Tinjauan Pustaka. Menurut Rochmat Soemitro yang di kutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN. Pembagian Subjek Pajak. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri SIAPA SUBJEK PAJAK?

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, Revisi: 2011). Menurut UU No 36 Tahun 2008,pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur pokok, yaitu : a. Iuran dari rakyat kepada negara. b. Berdasarkan Undang-Undang. c. Dapat dipaksakan. d. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. e. Digunakan untuk membiayai rumah tangga. 5

2.1.2 Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (Revisi:2011) maka pajak mempunyai dua (2) fungsi yaitu : 1. Fungsi Budgetair (Penerimaan) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayaipengeluaran-pengeluarannya.untukmenjalankantugastugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,negara membutuhkan biaya.biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.dewasa ini pajak digunakan untuk pembiaayan rutin seperti belanja pegawai,belanjabarang,pemeliharaan dan lain sebagainya.untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.tabungan pemerinth ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak. 2. Fungsi Regulerend (Mengatur) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.dengan ini pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya : a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. 6

b. Pajak tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untukmengurangi gaya hidup konsumtif c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0 %, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia. 3. Fungsi Stabilitas Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien. 4. Fungsi Retribusi Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negera kan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan, sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 2.1.3 Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat Dan Pemungutannya 1. Menurut Golongannya a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan. b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai. 7

2. Menurut Sifatnya a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yng berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari diri Wajib Pajak.Contohnya: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari diri Wajib Pajak.Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. 3. Menurut Lembaga Pemungutnya a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.contohnya: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Bea Materai. b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya: Pajak Reklame dan Pajak Hiburan. 8

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak 1. Official Assessment System Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. b. Wajib Pajak bersifat pasif. c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri cirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3. With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang 9

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 2.1.5 Asas Pemungutan Pajak 1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri. 2. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. 3. Asas Kebangsaan Pengenan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 2.1.6 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Sebelum Tahun 1984, pelaksanaan Pajak Penghasilan di Indonesia menggunakan undang-undang pajak warisan kolonial, yaitu Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. Selanjutnya pada Tahun 1983 dilakukan reformasi dibidang perpajakan yang menghasilkan beberapa undang-undang perpajakan, salah satunya adalah undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku pada 1 Januari 1984. Undang-Undang tersebut telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang : 10

1. Nomor 7 Tahun 1991 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penhasilan. 2. Nomor 10 Tahun 1994 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 3. Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 4. Dan yang terakhir Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 2.1.7 Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 Berdasarkan Undang Undang No 36 Tahun 2008 mengenai pasal 4 Ayat 2 yang merupakan PPh final menyebutkan antara lain: a. Penghasilan berupa bunga deposito dan bunga tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negra, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh anggota koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi. b. Penghasilan berupa hadiah undian. c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan 11

modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura. d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan. 2.1.8 Subjek Pajak Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah: 1. Orang Pribadi 2. Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan menggantikan yang berhak. 3. Badan 4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Subjek pajak luar negeri sekaligus menjadi Wajib Pajak sehubungan dengan penghasilan yang diterima bersumber dari penghasilannya di Indonesia atau diperoleh melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia. 12

2.1.9 Objek Pajak Penghasilan Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 2 yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima ataupun diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. c. Laba usaha. d. Keuntungan penjualanatau karena pengalihan harta e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. f. Bunga termsuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun. h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak. i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. 13

k. Keuntungan karena pembebasan utang. l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing. m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah. r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undng Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. s. Surplus Bank Indonesia. 2.1.10 Yang Tidak Termasuk Objek Pajak Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pada Pasal 4 Ayat 3 ditetapkan jenis jasa yang tidak dikenakan PPN, sebagai berikut: a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterim oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agam yang diakui di Indonesia,yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan 14

yang berhak, yang ketewntuannya diatur dengan atau berdasarka Peraturan Pemerintah. b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturuan lurus satu derajat. c. Warisan. d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah. e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, kecelakan, jiwa, dwiguna dan beasiswa. f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib pajak dalam negeri, Kopersi, Yayasan, BUMN/BUMD. g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan baik dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai. h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan dalam bidang bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari persoroan komanditer, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif 15

j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau sejak pemberian ijin usaha. k. Penghasialan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagia laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia. l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan pleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 2.1.11 Pengertian Jasa Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan Ataspenghasilan yang diterimaataudiperoleh orang pribadiataspersewaantanahdanataubangunan yang berupatanah, rumah, rumahsusun, apartemen, kondominium, gedungperkantoran, rumahkantor, toko, rumahtoko, gudangdanindustriterutangpajakpenghasilan yang bersifatfinal.yangtidaktermasukpersewaantanahdanataubangunan yang terutangpajakyaitu: penghasilan yang bersifat final apabilapersewaankamardanruangrapat di hotel dansejenisnya. 16

2.1.12 Tarif Pajak Atas Jasa Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan Penghasilandarisewatanahdan/ataubangunanberupatanah, rumah, rumahsusun, apartemen, kondominum, gedungperkantoran, rumahkantor, toko, rumahtoko, gudang industry merupakanobjekpph yang bersifatfinal.ataspenghasilandaripersewaantanahdanataubangunaninidi kenakanpph final sebesar 10 % darijumlahbrutodarinilaipersewaanbaik yang menyewakanwajibpajak Orang PribadimaupunWajibPajakBadan. Yang yang dimaksuddenganjumlahbrutonilaipersewaanadalahsemuajumlah dibayarkanatauterutangolehpenyewatermasukbiayaperawatan, biayapemeliharaan, biayakeamanan, biayafasilitaslainnyadanservice chargeyang perjanjiannyadibuatsecaraterpisahataupundisatukan. PeraturanterkaitpelaksanaanpemotonganPPhPasal 4 Ayat 2 ataspenghasilandaripersewaantanahdan/ataubangunanadalah: 1. PeraturanPemerintah No 29 Tahun 1966 sebagaimanatelahdiubahdenganperaturanpemerintah No 5 Tahun 2002. 2. KeputusanMenteriKeuangan No 394/KMK.04/1996 sebagaimanatelahdiubahdengankeputusanmenterikeuangan No 120/KMK.03/2002. 3. KeputusanDirekturJendralPajak No KEP-227/PJ/2002 4. KeputusanDirekturJendralPajak No KEP-50/PJ/1996. 17