FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN KEJANG PADA NEONATUS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak. Manifestasi klinis dapat

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hill A. Neonatal seizures. Pediatrics in review. 2000; 21:

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ASFIKSIA PADA GEMELLI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PENYAKIT MEMBRAN HIALIN YANG DIBERI CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP)

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008

FAKTOR RISIKO PENYAKIT MEMBRAN HIALIN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

FAKTOR RISIKO PENYAKIT MEMBRAN HIALIN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

BAB IV METODE PENELITIAN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN KELAINAN KONGENITAL SISTEM UROGENITAL PADA NEONATUS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI, PARITAS, UMUR KEHAMILAN, DAN ANEMIA DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA IBU BERSALIN PREEKLAMPSIA BERAT TESIS

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana starata-1 kedokteran umum

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat

BAB IV METODE PENELITIAN

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

ABSTRAK. Nabila Mazaya Putri, 2017 : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG., M.Pd.Ked.

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

PERBEDAAN RERATA KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2011

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

FAKTOR RISIKO HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

Hubungan Kategori Berat Badan Lahir Rendah dengan Nilai Apgar di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari- Desember 2013

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ASFIKSIA FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN KELAINAN KONGENITAL SARAF PUSAT PADA NEONATUS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

PENGARUH GROWTH FALTERING TERHADAP KEJADIAN DEMAM DAN KEJANG DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI CAMPAK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang memiliki Angka kematian

FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM AWITAN DINI PADA BAYI PREMATUR LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

FAKTOR PROGNOSTIK MUNCULNYA PALSI SEREBRAL PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KEJANG NEONATAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERJADINYA ASPHYXIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM ST ELISABETH MEDAN TAHUN Abstract

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN KEJANG PADA NEONATUS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum ATIKA NURMALITASARI 22010110130162 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

2

FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN KEJANG PADA NEONATUS Atika Nurmalitasari 1, Adhie Nur Radityo Suswihardhyono 2 ABSTRAK Latar Belakang. Kejang pada neonatus adalah akibat dari cetusan yang berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak yang terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Kejang pada neonatus sulit untuk dideteksi, dicegah, serta berkaitan erat dengan mortalitas dan morbiditas Tujuan. Membuktikan bahwa faktor status paritas ibu, infeksi intrauterin, cara persalinan, gawat janin, resusitasi, dan masa gestasi berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus. Metode. Dilakukan studi retrospektif observasional dengan pendekatan kasus kontrol menggunakan data rekam medik di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2009-Juni 2014. Kelompok kasus adalah 60 neonatus dengan kejang dan 60 kasus tanpa kejang sebagai kelompok kontrol. Subjek dipilih secara purposive sampling dan simple random sampling. Analisis dengan uji Fisher, Chi-square, Kolmogorov-Smirnov, dan Mann-Whitney. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil. Didapatkan faktor yang bermakna adalah infeksi intrauterin (OR= 10,412; 95% CI= 1,275-84,998), gawat janin (OR= 10,231; 95% CI= 2,855-36,666), resusitasi (OR=7,571; 95%CI= 2,967-19,318). Setelah dilakukan analisis multivariat mendapatkan faktor resusitasi menjadi tidak berhubungan terhadap kejadian kejang pada neonatus. Simpulan. Faktor infeksi intrauterin, gawat janin, resusitasi, berat lahir dan umur ibu bila berdiri sendiri memiliki hubungan dengan kejadian kejang pada neonatus. Jika digabung bersama faktor lain, resusitasi menjadi tidak berhubungan. Kata kunci: kejang neonatus, faktor risiko 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2. Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 3

FACTORS IN MOTHERS AND BABIES INFLUENCING TO THE INCIDENCE OF NEONATAL SEIZURE Atika Nurmalitasari 1, Adhie Nur Radityo Suswihardhyono 2 ABSTRACT Background: Neonatal seizure is a result from abnormal impulses of cerebral neurons happened in newborns until aged 28 days. Neonatal seizure is hard to be detected, prevented, and closely related to mortality and morbidity. Aims: To prove that maternal parity status, intrauterine infections, methods of delivery, fetal distress, resuscitation, and gestational period have influence in neonatal seizure s incidence. Methods: Observational retrospective study with case-control approach was conducted by using medical records from January 2009 to June 2014 in Dr. Kariadi Hospital Semarang. Sixty neonates with seizure were put in case group and sixty neonates without seizure were put in control group. Subjects were chosen by purposive sampling and simple random sampling techniques. Data were analyzed using Fisher, Chi-Square, Kolmogorov Smirnov, and Mann-Whitney. Multivariate analysis was conducted using logistic regression analysis. Results: It was found that intrauterine infection (OR= 10.412; 95% CI= 1.275-84.998), fetal distress (OR= 10.231; 95% CI= 2.855-36.666), and resuscitation (OR=7.571; 95%CI= 2.967-19.318) were factors that significantly correlated. After multivariate analysis was conducted, the resuscitation became not significantly correlated with neonatal seizure s incidence. Conclusion: Intrauterine infection, fetal distress, resuscitation, birth weight and mother age had correlation with the incidence of neonatal seizure if each factors stood alone. If it was combined with other factors, resuscitation and became insignificant. Keywords: neonatal seizure, risk factors 1. Student of Medical Faculty Diponegoro University Semarang 2. Teaching Staff of Department of Pediatrics Medical Faculty Diponegoro University Semarang 4

PENDAHULUAN Kejang adalah suatu manifestasi klinis sebagai akibat dari cetusan yang berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak. Manifestasi klinis dapat berupa fenomena abnormal yang sementara dan mendadak, antara lain berupa gangguan kesadaran, motorik, sensorik, otonom, ataupun psikis. 1 Kejang merupakan salah satu gejala gangguan susunan saraf pusat dan kedaruratan paling sering pada masa neonatus. 2 Kejang pada neonatus adalah kejang yang terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 28 hari. 3 Insiden kejang pada neonatus berkisar antara 1,5-3 per 1000 kelahiran bayi cukup bulan dan 50-150 per 1000 pada bayi kurang bulan. 2 Insiden kejang pada neonatus di Amerika Serikat belum dapat dipastikan dengan jelas meskipun berdasarkan penelitiansebelumnya diperkirakan sekitar 80-120 kasus per 100.000 neonatus per tahun. 4 Sedangkan di Swedia, tercatat insiden keseluruhan kejang neonatal adalah 2,1 per 1.000 bayi lahir-hidup dengan tidak ada perubahan dari waktu ke waktu. 5 Banyak penelitian mengenai faktor resiko kejang pada neonatus. Hasil penelitian menyebutkan bahwa bayi prematur dengan berat lahir <1.500 gram memiliki resiko 9,1 kali lebih besar mengalami kejang neonatus. Dalam penelitian yang sama menyebutkan, bayi yang lahir melalui operasi caesar memiliki resiko 2,2 kali lebih besar dan bayi laki-laki memiliki faktor resiko sebesar 1,8 lebih banyak dibanding bayi perempuan untuk mengalami kejang pada neonatus. 6 Penelitian lain menyebutkan bahwa faktor resiko kejang pada neonatus tidak hanya dari bayi melainkan dari pihak ibu. Kehamilan nulipara memiliki resiko 1,3 kali lebih besar dibandingkan kehamilan multipara untuk terjadinya kejang pada neonatus. Adanya masalah dalam persalinan seperti ruptur uterin menyumbang resiko sebesar 6,9 kali lebih besar mengakibatkan bayi lahir dengan kejang. 2,7% kehamilan dengan penyakit diabetes melitus gestasional beresiko mengakibatkan terjadinya kejang pada neonatus. 7 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan restrospective observational study dengan pendekatan case control design. Penelitian ini menggunakan 120 subjek yaitu 60 neonatus dengan kejang sebagai kelompok kasus dan 60 neonatus tanpa kejang sebagai kelompok kontrol yang diambil dari data rekam medik RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2009-Juli 2014 dengan kriteria inklusi untuk kelompok kasus yaitu neonatus dengan kejang yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2009-Juli 2014 dengan rekam medik dan data yang lengkap dan dengan kriteria eksklusi yaitu kejang dengan anomali lain yang menyertai 5

atau sindroma dan rekam medik yang tidak lengkap. Kelompok kontrol memiliki kriteria inklusi yaitu neonatus tanpa kejang yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2009-Juli 2014 dengan rekam medik dengan data yang lengkap sedangkan kriteria eksklusinya adalah rekam medik dengan data tidak lengkap. Dengan variabel bebas yaitu, infeksi intrauterin, status paritas ibu, cara persalinan, gawat janin, riwayat resusitasi, dan masa gestasi. Pada analisis deskriptif, data nominal dan ordinal dinyatakan dalam frekuensi dan persen. Data numerik dinyatakan dalam rerata dengan standar deviasi masing-masing kelompok. Uji hipotesis diuji dengan menggunakan uji Chi Square untuk mencari asosiasi antara variabel bebas dengan variabel terkait. Nilai p<0,05 dianggap bermakna. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi Square, data dianalisis dengan uji Fisher. Besarnya risiko kejadian kejang pada neonatus dinyatakan sebagai OR (Odd Ratio). Lalu hanya variabel yang pada analisis bivariat memiliki nilai p<0,25 yang akan dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik. HASIL Karakteristik subjek penelitian berupa usia ibu, dan berat lahir dinyatakan bermakna bila memiliki nilai p<0,05. Tabel 1. Karakteristik Ibu Karakteristik ibu Kejang (+) Kejang (-) P Usia (tahun) 28,40±6,132 25,22±5,205 0,003 # Penyakit kehamilan Ya 6 (10%) 0 0,365 * Tidak 54 (90%) 60 (100%) * Uji Fisher # Uji Man Whitney Tabel 2. Karakteristik Neonatus Karakteristik neonatus Kejang (+) Kejang (-) P Berat lahir (gram) 2897,00±417,459 3038,17±479,178 0,025 # Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 43 (71,7%) 17 (28,3%) 49 (81,7%) 11 (18,3%) 0,195 * * Uji Chi Square # Uji Man Whitney 6

Hasil analisis bivariat faktor ibu dan bayi yang berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus antara kelompok kasus dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari faktorfaktor tersebut yang menjadi risiko terjadinya kejang pada neonatus adalah infeksi intrauterin, gawat janin, dan riwayat resusitasi dengan p<0,05. Dimana untuk infeksi intrauterin, gawat janin dan riwayat resusitasi memiliki persentase lebih besar pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Neonatus yang lahir dari ibu dengan infeksi intrauterin memiliki risiko 10,41 kali lebih besar terkena kejang pada neonatus. sedangkan pada neonatus dengan gawat janin memiliki risiko 10,23 kali lebih besar terkena kejang pada neonatus dan bayi dengan riwayat resusitasi memiliki risiko 7,57 kali lebih besar terkena kejang pada neonatus. Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel Kejang pada Kejang pada OR Neonatus (+) Neonatus (-) P (95% CI) n (%) n (%) Infeksi intrauterin Ya 9 (15,0) 1 (1,7) 0,008* 10,412 (1,275-84,998) Tidak 51 (85,0) 59 (98,3) Status paritas Primipara 32 (53,3) 33 (55) 0,855 0,935 (0,456-1,918) Multipara 28 (46,7) 27 (45) Cara persalinan Sectio caesarean 18 (30,0) 13 (21,7) Pervaginam 42 (70,0) 47 (78,3) 0,297 1,549 (0,678-3,539) Gawat janin Ya 21 (35,0) 3 (5,0) Tidak 39 (65,0) 57 (95,0) 0,000* 10,231 (2,855-36,666) Riwayat resusitasi Ya 30 (50,0) 7 (11,7) Tidak 30 (50,0) 53 (88,3) 0,000* 7,571 (2,967-19,318) Masa gestasi Preterm 6 (10,0) 8 (13,3) Aterm 54 (90,0) 52 (86,7) 0,570 0,722 (0,234-2,224) *Uji Chi Square 7

Berdasarkan analisis bivariat, variabel dengan nilai p<<0,25 dimasukkan ke dalam analisis multivariat regresi logistik. Variabel tersebut adalah infeksi intrauterin, gawat janin, riwayat resusitasi, umur ibu, dan berat bayi lahir. Tabel 4. Analisis Multivariat Variabel P OR(95% CI) Gawat janin 0,008 10,231 (2,855-36,666) Infeksi intrauterin 0,000 9,668(1,104-84,669) Riwayat resusitasi 0,000 7,384(0,284-19,167) Berat bayi lahir 0,039 1.001 (1,000-1,002) Umur ibu 0,064 0,915 (0,841-0,995) *Uji Regresi Logistik Interpretasi hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik didapatkan bahwa neonatus dengan gawat janin memiliki risiko paling tinggi terkena kejang pada neonatus. PEMBAHASAN Selama penelitian pada bulan Juni-Juli 2014 terdapat 120 neonatus yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah neonatus yang dijadikan subjek penelitian adalah 60 neonatus dengan kejang dan 60 neonatus tanpa kejang. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, berat lahir serta umur ibu melahirkan didapatkan perbedaan bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan karena pengambilan data pada kelompok kontrol menggunakan metode simple random sampling dan tidak melakukan matching pada subyek penelitian. Hal tersebut menyebabkan antara neonatus dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak sama jumlahnya antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sehingga didapatkan perbedaan makna. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada analisis bivariat menunjukkan bahwa infeksi intrauterin, gawat janin, riwayat resusitasi berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lieberman (2000) yang menyebutkan bahwa ibu dengan demam diatas 101ᵒF sebelum dan saat persalinan memiliki hubungan dengan bayi yang dilahirkannya mengalami kejang pada neonatus. 8 Penelitian serupa juga pernah dilakukan Zhao J (2013) dimana infeksi ataupun inflamasi intrauterin dapat meningkatkan risiko terjadinya cidera otak perinatal yang dapat menimbulkan kejang pada neonatus. 9 8

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tindakan resusitasi pasca lahir berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Minchom, dkk sebelumnya bahwa bila bayi yang menerima resusitasi segera setelah lahir dapat terjadi kejang pada neonatus. 10 Resusitasi diberikan kepada bayi yang mengalami kesulitan bernafas spontan pada awal kehidupannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Bayi yang lahir dengan kesulitan bernafas spontan bila tidak ditangani secara cepat dapat berakibat asfiksia yang merupakan penyebab utama kejang pada neonatus. 11 Riwayat gawat janin juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gawat janin dapat menyebabkan asfiksia intrauterin dan menjadi penyebab tersering ensefalopati hipoksik-iskemik yang timbul akibat hipoksia. Gawat janin memiliki ciri-ciri yang timbul pada janin adalah frekuensi denyut jantung kurang dari 120 kali permenit atau lebih dari 160 kali permenit, berkurangnya gerakan dari janin, dan air ketuban bercampur dengan mekonium dan berwarna kehijauan. 12,13 Faktor status paritas, cara persalinan, dan masa gestasi berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan sebagai faktor yang tidak berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik, riwayat resusitasi menjadi tidak berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan desain penelitian, yaitu dengan pendekatan kasus kontrol yang rentan oleh bias. Keterbatasan dari penelitian ini adalah terbatasnya jumlah subyek penelitian yang didapatkan selama rentang waktu penelitian. Selain itu, sumber informasi tidak lengkap karena berasal dari data sekunder berupa rekam medik sehingga tidak memberikan keterangan secara lengkap. Keterbatasan lainnya adalah tidak mengeksklusi ibu dengan pemberian obat-obatan tertentu yang bersifat teratogen dan atau kurangnya informasi dalam rekam medik mengenai obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama dan sebelum masa kehamilan. Tidak mengetahui adanya riwayat kejang pada ibu dan keluarga dan hanya bersumber dari jawaban responden yang tercatat pada rekam medik dimana jawaban responden bersifat subyektif. SIMPULAN Faktor status paritas, cara persalinan dan masa gestasi tidak berpengaruh terhadap terjadinya kejang pada neonatus. Faktor infeksi intrauterin, riwayat resusitasi, dan gawat janin saat berdiri sendiri dinyatakan berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus. Saat faktor-faktor tersebut digabungkan dengan faktor lain, infeksi intrauterin dan gawat 9

janin tetap berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus, sedangkan resusitasi menjadi tidak berpengaruh terhadap kejadian kejang pada neonatus SARAN Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kejang neonatus terutama dari faktor status paritas ibu, cara persalinan, riwayat resusitasi, dan masa gestasi. Serta perlu diadakan perbaikan penulisan rekam medik, seperti riwayat obstetri ibu yang lengkap, riwayat persalinan sebelumnya yang lengkap, dan identitas orang tua serta bayi baru lahir yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Adhie Nur Radityo S, Sp.A, M.Si, Med selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan bantuan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah, kepada Dr. dr. Mexitalia Setiawati E.M., Sp.A (K) selaku ketua penguji dan dr. Mohammad Syarofil Anam, Sp.A, M.Si, Med selaku peguji, yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Tidak lupa peneliti memberikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan dalam satu kelompok Karya Tulis Ilmiah dan pihakpihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Hill A. Neonatal seizures. Pediatrics in review. 2000; 21: 117-21. 2. Volpe JJ. Neurology of the Newborn. Elsevier Health Sciences, 2008. 3. Markum A, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A and Sastroasmoro S. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid I Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 1991. 4. Sheth RD. Neonatal Seizure. Medscape. 2013. 5. L Hellstrom-Westas IA-W, J Agren, K Kallen. Incidence and risk factors for neonatal seizure in Sweden. Archives of Disease in Childhood. 2008; 93. 6. Saliba Rima M FJA, Kim Waller D. Risk Factors for Neonatal Seizure: A Populationbased Study, Harris County, Texas, 1992-1994. American Journal of Epidemiology. 2001; 154. 7. Hannah C. Glass TNP, Beate Danielsen, Dena Towner, David Glidden, Yvonne W. Wu. Antenatal and Intrapartum Risk Factors for Seizure in Term Newborn: A Population-based Study, California 1998-2002. Journal of Pediatric Neurology. 2009; 154. 10

8. Lieberman E, Lang J, Richardson DK, Frigoletto FD, Heffner LJ and Cohen A. Intrapartum maternal fever and neonatal outcome. Pediatrics. 2000; 105: 8-13. 9. Zhao J, Chen Y, Xu Y, Pi G. Effect of intrauterine infection on brain development an injury. International Journal of Developmental Neuroscience. 2013;7:543-9. 10. Minchom P, Niswander K, Chalmers I, et al. Antecedents and outcome of very early neonatal seizures in infants born at or after term. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology. 1987; 94: 431-9. 11. Soetomenggolo T and Ismail S. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: IDAI. 2000: 244. 12. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa G and Usman A. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. 13. Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta. 2002. 11