ROSEHAN ANWAR. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN HRS/WC PADA RUAS JALAN TENDEKI-KUMERSOT PAVEMENT THICKNESS DESIGN HRS/WC ON THE STREETS TENDEKI-KUMERSOT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

PERBANDINGAN ANTARA METODE NCSA. DAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DALAM MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

Perbandingan Antara Metode NCSA Dan Metode Analisa Komponen Bina Marga Dalam Menentukan Tebal Perkerasan

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

ANALISIS SUSUNAN PERKERASAN JALAN PADA TIGA RUAS JALAN ARTERI DI SEMARANG

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN SISINGAMANGARAJA PADANG SIDEMPUAN (STA ) DENGAN METODE Pt-T B LAPORAN

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DAN AASHTO 1993 RUAS JALAN BY PASS KOTA PADANG STA s/d

KOMPARASI PERENCANAAN OVERLAY DENGAN METODE BINA MARGA SKBI 1987, AASHTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, Indonesia sedang giatnya melaksanakan pembangunan, salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

ANALISIS KEKUATAN PERKERASAN JALAN BATAS SKA BARAT BATAS KOTA BOYOLALI

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB III METODA PERENCANAAN

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

Perbandingan antara Konstruksi Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan Kapten Darmo Sugondo Gresik.

RINGKASAN. Kata Kunci : Tanah Ekspansif, Repetisi Beban, Tegangan Tanah, Penurunan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

EVALUASI PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN TRANS KAPUAK KE RIAN KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN ANTARA BECORA-KULUHUN DI KOTA DILI TIMOR-LESTE.

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III NIM NIM

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Baru Menggunakan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013 Dengan Metode Road Note 31

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

HUBUNGKAN KECAMATAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JUMAT Ir. Arthur Daniel Limantara, MM. MT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

BAB I PENDAHULUAN ` 1

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

Transkripsi:

ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE SNI 1989 DAN METODE NCSA (NATIONAL CRUSHED ASSOCIATION DESIGN) PADA RUAS JALAN PENDIDIKAN KABUPATEN BALANGAN. ROSEHAN ANWAR Abstract Along with the development of a more advanced civilization, then the existence of an adequate road transportation is preferred. To support this Balangan county government make policy / program that is handling the construction and improvement of roads, routine and periodic maintenance. The policy is to achieve a smooth road services, safe and comfortable. So that development activities in the area there is no constraint. Way to memenuhu smoothness, safety and comfort requirements would have a thickness of the layers according to the circumstances existing subgrade. On that basis then, in the final writing, the author raised the title of Flexible Pavement Thickness Analysis Methods With ISO 1989 And Methods NCSA (National Crushed Association Design) At Toll Road District Education Balangan. The purpose of the writer was to determine thick flexible pavement with ISO 1989 method and the method of NCSA (National Crushed Association Design). Based on secondary data using the ISO 1989 obtained the results of calculations for the surface layer lataston HRS-WC with 3 cm thick HRS-BASE 4 cm thick, the base layer of crushed stone class A with 20 cm thick, and a layer of crushed stone foundation below grade B with a thickness of 10 cm. With the NCSA method to get a thick layer with a thick surface layer lataston 5 cm, the base layer of crushed stone class A 10 cm thick layer of crushed stone foundation under class B with a thickness of 25 cm. Of the two methods above can be known methods NCSA at the surface layer and the base layer is thinner, but to the method NCSA foundation layer 15 cm thicker than the method of ISO 1989. Key words : flexible pavement, the method ISO 1989, method NCSA (National Crusehde Association Design) PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam masa pembangunan sekarang ini, kiranya sudah merupakan kewajiban kita semua untuk berusaha meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam yang tersedia. Pada pelaksanaan pembangunan jaringan jalan di Indonesia baik di tingkat Nasional, Propinsi atau Kabupaten. Pada proyek pembangunan jalan baru dan proyek peningkatan jalan sangat sering di laksanakan. Jalan raya merupakan prasarana perhubungan darat yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan perkembangan arus lalu lintas tersebut mengakibatkan tingkat pelayanan yang ada akan makin berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah mengambil suatu tindakan yakni di 64

laksanakannya peningkatan jalan berupa campuran bahan-bahan tertentu Pendidikan Kabupaten Balangan. Pada ruas jalan Pendidikan yang diletakkan diatas tanah dasar suatu jalan raya. umumnya pembangunan transportasi Jenis konstruksi perkerasan sangat diharapkan mengingat jalan tersebut masih berupa perkerasan biasa umumnya ada dua yaitu : 1) Perkerasan lentur belum beraspal, mengingat jalur Yaitu perkerasan yang terdiri tersebut merupakan akses untuk dari lapisan pondasi yang berfungsi aktivitas pemerintah dan masyarakat sebagai penyalur dan menyebaran tersebut perlu peningkatan jalan beban diatasnya, sehingga tegangan berupa perkerasan lentur untuk pada tanah dapat diperkecil dari pada kelancaran berlalu lintas. Masyarakat yang berada pada ruas jalan pendidikan tersebut sangat berharap agar jalan tersebut dapat ditingkatkan hingga beraspal, karena jalan ini merupakan jalan sarana transportasi setempat. Pengguna jalan ini sebagai jalur transportasi untuk lapisan aus berfungsi sebagai lapisan kedap air. 2) Perkerasan kaku Kebalikan dari perkerasan lentur, perkerasan kaku justru menimbulkan reaksi akibat adanya pembebanan, jadi akibat dari pembebanan menimbulkan tegangan yang harus dipikul oleh kemajuan pendidikan, perekonomian, konstruksi perkerasan itu sendiri, perkembangan daerah tersebut. sehingga perkerasan harus kaku. Pada proyek ini hanya Tujuan penulisan dipergunakan perkerasan letur, maka untuk selanjutnya hanya akan dibahas Adapun tujuan dari penulis ini perkerasan lentur saja yang mana adalah untuk menentukan tebal kekuatan konstruksi ditentukan oleh : perkerasan fleksibel dengan metode a) Beban lalu lintas SNI 1989 dan metode NCSA (National b) Sifat dan bahan perkerasan Crushed Association Design). c) Kekuatan lapis dasar jalan yang bias berupa tanah dasar atau perkerasan TINJAUAN PUSTAKA jalan lama. Pada dasarnya perkerasan jalan terjadi dari beberapa lapisan yang Bagian-bagian Perkerasan diletakkan dan dipadatkan diaas tanah dasar jalan sesuai dengan fungsinya Perkerasan jalan adalah dan sifatnya serta menurut peraturan konstruksi yang dibangun diatas tanah dan persyaratan yang telah ditentukan. dasar (sub grade) yang berfungsi untuk Bagian-bagian dari perkerasan jalan terdiri dari menompang beban lalu lintas yang : 65

1. Tanah dasar (sub grade) 2. Lapisan pondasi bawah (sub base) 3. Lapisan pondasi atas (base course) 4. Lapisan aus/ permukaan (surface) Tanah dasar (sub grade) Lapisan ini adalah lapisan dasar yang masih asli kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut : a) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalu lintas. b) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air (exspansif). c) Daya dukung tangan yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan. d) Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah tertentu. e) Tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas dan penurunan yang diakibatkan, yaiu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik waktu pelaksanaan. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base) Lapisan pondasi bawah adalah konstruksi pembagian beban kedua yang berupa bahan berbutir diletakkan diatas tanah dasar yang dibentuk dan dipadatkan serta langsung berada dibawah lapis pondasi atau perkerasan. Adapun fungsi dari lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut : a) Sebagai bagian dari konsruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda. b) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi (penghematan biaya konstruksi). c) Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasi. d) Sebagai lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Lapisan Pondasi Atas (Base Course) Lapis pondasi atas merupakan lapis struktur utama diatas lapis pondasi bawahan atau diatas tanah dasar dimana tidak dipasang lapis pondasi bawah. Biasanya dipergunakan bahanbahan yang kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban diatasnya. Adapun fungsi lapis pondasi atas adalah sebagai berikut : a) Sebagai bagian dari perkerasan yang menahan beban roda b) Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan. Lapis Aus/ Permukaan (Surface Course) Adalah lapisan jalan yang terletak paling atas bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan 66

bahan untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi. Adapun fungsi dari lapis permukaan ini adalah : a) Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda. b) Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi beban jalan dari kerusakan akibat cuaca. c) Sebagai lapisan aus. Mulai Persiapan Pengambilan Data Pengumpulan Data Perencanaan : Data lalu lintas Data CBR Data curah hujan Umur rencana Perhitungan data : Metode SNI 1989 Perhitungan data : Metode NCSA (National Crushed Association Design) kesimpulan selesai Bagan Alir Pekerjaan 67

Data LL C B R L H Ro L H R UR LHRo (1 + i) UR L E P LHR O x C x E L E A LEP (1 + i) UR L E T LEP LEA 2 L E R LET x FP FP = UR/10 F R D D T a 1 a 1' Lapisan perkerasan D1 a 1 a 2 a 3 D2 D3 ITP =( a1.d1 + a1'.d1') + a2.d2 + a3.d3 (D1, D2, D3)? a 1 = 2 lapisan a 1 dan a 1 ' Bagan Alir SNI 1989 68

ADT EAL Mp Bus truk DI menggunakan tabel D 1 minimal menggunakan grafik DI CBR Tanah Dasar H Total = D 1, D 2, D 3 menggunakan grafik EAL CBR Tanah Dasar D 3 D1 D2 D3 Lapisan perkerasan H Total ( D 1 + D 3 ) D 2 Selesai Bagan Alir NCSA 69

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Perbandingan Tebal Perkerasan 1989, Metode NCSA (National Crusehde Assiciation Design) Dan Perhitungan Konsultan Perencana. Dengan Menggunakan Metode SNI HRS WC (MS 1000) 3 cm lataston 5 cm HRS BASE (MS 800) Agregat KelasA 4 cm 20 cm Agregat KelasA 10 cm Agregat KelasB CBR 60 10 cm Agregat KelasB CBR60% 25 cm Subgrade (CBR 5,6%) Subgrade (CBR 5,6%) Metode SNI 1989 Metode NCSA (National crushed assiciation design) HRS WC (MS 1000) HRS BASE (MS 800) Agregat KelasA Agregat KelasB CBR 60% Subgrade (CBR 5,6%) Perhitungan Konsultan Perencana 3 cm 4 cm 15 cm 15 cm Gambar Perbandingan Susunan Tebal Perkerasan dengan Metode SNI, Metode NCSA dan Perhitungan Konsultan Perencana 70

Tabel Perbandingan Tebal Perkerasan Menggunakan Metode SNI 1989, Metode NCSA (National Crusehde Assiciation Design) Dan Perhitungan Konsultan Perencana. No Metode 1 SNI 1989 - Surface ( cm ) Base Subbase subgrade Lataston HRS-WC HRS-BASE (cm) (cm) Urugan Asli 3 4 20 10 MS 1000 MS 800 CBR 60% - CBR 5,6% a 1 0,414 a 1 1 0,344 a 2 0,135 a 3 0,125 2 NCSA 5 - - 3 Perhitungan Konsultan Perencana - 3 MS 1000 a 1 0,41 4 MS 800 a 1 1 0,34 10 15 a 2 0,14 25 CBR 60% 15 CBR 60% a 3 0,13 - CBR 5,6% - CBR 5,6% Dibandingkan dari 3 metode diatas, maka yang terbaik dan secara lebih efisien adalah Perhitungan Konsultan Perencana karena lebih tipis sehingga biaya lebih murah. Kesimpulan Dengan menggunakan data yang sama, serta mengacu pada ketentuan yang ada dari Metode SNI 1989 dan NCSA (National Crushed Association Design), maka dapat disimpulkan bahwa pada Proyek Pembangunan Jalan Pendidikan Kabupaten Balangan diperoleh perhitungan sebagai berikut : Metode SNI 1989 Tebal Lapisan Permukaan (Lataston) : HRS WC = 3 cm HRS BASE = 4 cm Tebal Lapisan Pondasi Atas : (Batu Pecah Kelas A) = 20 cm 71

Tebal Lapisan Pondasi Bawah : (Batu Pecah Kelas B) = 10 cm Metode NCSA (National Crushed Association Design) Tebal Lapisan Permukaan : (Lataston) = 5 cm Tebal Lapisan Pondasi Atas : (Batu Pecah Kelas A) = 10 cm Tebal Lapisan Pondasi Bawah : (Batu Pecah Kelas B) = 25 cm Saran grafik, perhitungan teknis agar dibuat Metode SNI 1989 dan Metode NCSA (National Crushed Association Design) yang digunakan dalam perencanaan jalan baru sudah baik dan sesuai, tapi sebaiknya Metode yang dipakai adalah Metode SNI 1989, karena merupakan Metode yang sesuai dengan kondisi jalan serta umum digunakan di Indonesia. Perencanaan perkerasan jalan sebaiknya menggunakan data selengkap mungkin baik data lalu lintas maupun data lainnya agar pembangunan dapat berjalan dengan optimal. Dalam membuat perencanaan tebal perkerasan jalan, hendaknya secermat mungkin sehingga diperoleh hasil yang teliti berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggung jawabkan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum. 1989. Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Analisa Metode Komponen. Jakarta. Hendarsin, L. Shirley, 2008. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung. Sukirman, Silvia. 2010. Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur. Penerbit Nova. Bandung. Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 2010. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan. seluruh data yang digunakan, pemakain 72