PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA PEGAGAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB IV PROSEDUR KERJA

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman jambu bol (Syzygiun malaccense L. Merr & Perry)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80 % DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)

Formulasi Sediaan Spray Gel Anti Luka Mengandung Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) dan Uji Aktivitas Anti Luka terhadap Tikus Wistar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penetapan Kadar Sari

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN {CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN} PADA TIKUS PUTIH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

ion dari dua zat atau lebih. Pelarut etanol akan melarutkan senyawa polar yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

Transkripsi:

Pengaruh Pemberian Fraksi Dwitiyanti, dkk 176 PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA PEGAGAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN EFFECT OF ETHYL ACETATE FRACTION ETHANOL 70% EXTRACT OF Centella asiatica L. IN HEALING BURN WOUNDED ON ALBINO MALE RAT Dwitiyanti, Sediarso, Ade Andar Kusuma Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Islamic Center, Jl. Delima II/IV, Perumnas Klender, Jakarta Timur Email: dwity.farmasi@gmail.com ABSTRAK Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap suhu untuk memperbaiki jaringan akibat luka bakar digunakan pegagan. Herba pegagan mempunyai khasiat untuk memperbaiki jaringan granulasi kulit dan penyembuh luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat herba pegagan terhadap penyembuhan luka bakar. Hewan uji yang dipakai adalah tikus putih jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif), kelompok III (kontrol positif) dilukai dan diberi povidon iodium, kelompok IV, V dan VI dilukai dan diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol herba pegagan 0,37%, 0,93% dan 1,49%. Punggung tikus diinduksi dengan logam panas dengan suhu 105 o C. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 14 hari. Data yang didapat diuji secara statistik dengan uji ANOVA dua arah yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasilnya adalah kelompok konsentrasi 0,93% dan konsentrasi 1,49% memiliki khasiat setara dengan kelompok kontrol positif. Kata Kunci :Luka bakar, herba pegagan, fraksi etil asetat ABSTRACT Burn wounded is a response of skin and subcutaneous tissue to temperatures for tissue repair due to burns Centella asiatica, has efficacy for repair granulation tissue of skin and healing wound. The research aims is to prove the effect of ethyl acetate fraction of centella asiatica for healing burn wounded. The research used Male albino rat, that were divided into 6 group. The group I, II, III in subsquently as normal, negative and positive, group IV, V and VI was wounded and given a 0.37%, 0.93%, and 1.49% concentration of ethyl acetate fraction of ethanol extract of Centella asiatica herb. Back of mouse induced by hot metal with

177 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185 temperature 105 o C. Observations were made every 2 days for 14 days. The result was analyzed using two-way ANOVA and Tukey test. It can be concluded that 0.93% and 1.49% concentration has equivalent efficacy with positive group. Keyword : Burn wounded, centella asiatica herb, ethyl acetate fraction PENDAHULUAN Pegagan adalah tanaman yang tumbuh di seluruh Indonesia serta daerah-daerah beriklim tropis pada umumnya. Pegagan dapat tumbuh mulai di dataran rendah hingga ketinggian 2500 m dpl. Pegagan juga tumbuh di tempat lembab dan subur seperti padang rumput, di antara batu-batu dan di tepi jalan. (BPOM RI, 2010). Pegagan mengandung triterpenoid asiatikosida, madekasosida, asam asiatat, asam madekasat, asam indosentoat, bayogenin, asam euskapat, flavonoid, kaempferol, kuersetin, saponin, sentelasapogenol A, B, dan D, poliasetilen, kadiyenol, sentelin, asiatisin, dan sentelisin. Pegagan secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit. Disamping itu pegagan juga digunakan untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk berdarah, penambah selera makan, asma, dan penyembuh luka (BPOM RI, 2010). Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap suhu. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit atau hanya merusak sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (Grace and borley, 2007). Berdasarkan studi pustaka senyawa yang berperan untuk pengobatan luka bakar pada herba pegagan adalah asiaticoside yang merupakan senyawa glikosida triterpenoid dan berdasarkan tingkat kepolarannya senyawa ini berada pada fase semipolar menuju polar (Rismana et al., 2013), oleh karena itu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan fraksi etil asetat herba pegagan dalam penyembuhan luka bakar.

Pengaruh Pemberian Fraksi Dwitiyanti, dkk 178 Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian uji aktivitas penyembuhan luka bakar fraksi etil asetat ekstrak etanol herba pegagan terhadap tikus putih jantan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penyembuhan luka bakar fraksi etil asetat ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) terhadap luka bakar pada punggung tikus putih diinduksi logam panas. METODE PENELITIAN Alat yang digunakan antara lain: kandang untuk hewan uji, perlengkapan tempat makan dan minum tikus, neraca analitik (OHAUS), mortir, stamper, kaca arloji, jangka sorong, kapas pisau cukur dan keping logam. Bahan yang dibutuhkan antara lain pegagan yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), etanol 70%, n-heksan, etil asetat, phenobarbital injeksi, akuades, hewan percobaan tikus putih jantan galur SD (Sprague Dawley) berumur 2-3 bulan, berat badan 150-200 gram. Herba pegagan diperoleh dari Balitro dan Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Botani Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong, Bogor. Herba pegagan yang telah dikumpulkan dibersihkan dari pengotor dengan air bersih. Selanjutnya dtimbang sebagai berat segar sebesar 4 kg, kemudian dikeringkan dengan cara menjemurnya di panas matahari menggunakan alas (Darwati, 2012). Sampel yang telah kering diserbuk dengan blender. Serbuk yang diperoleh diayak dengan pengayak mesh 60 lalu disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat. Serbuk kering sebanyak 1 kg dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 10 liter, lalu direndam selama 3 hari disertai dengan pengadukan, setelah 3 hari dilakukan penyaringan, dan ampasnya dimaserasi kembali dengan etanol 70% dengan menggunakan prosedur yang sama. Maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil maserasi diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental sebesar 220 gram. (Depkes RI, 2008).

179 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185 Ekstrak kental etanol 70% dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian difraksinasi dengan n- heksan (1:1), kocok selama ±15 menit. Setelah itu didiamkan sampai terbentuk lapisan n-hexan dan lapisan etanol 70%. Lapisan n- heksan dipisahkan dari lapisan etanol 70%. Kemudian difraksinasi lapisan etanol 70% dengan etil asetat (1:1), dikocok selama ±15 menit. Kemudian ditambahkan air hangat secukupnya, kocok selama ±15 menit. Lalu didiamkan beberapa saat hingga terbentuk lapisan etil asetat dan lapisan etanol 70%. Lapisan etil asetat dipisahkan dengan lapisan etanol. Lapisan tersebut disebut sebagai fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh fraksi kental. Kemudian fraksi tersebut dikeringkan dengan oven pada suhu 50 o C. Pada penelitian ini, digunakan obat pembanding povidon iodium. Konsentrasi povidon iodium yang dipakai adalah 10%. Penelitian ini menggunakan 3 variasi konsentrasi fraksi etil asetat herba pegagan, yaitu konsentrasi 0,37%, konsentrasi 0,93%, dan konsentrasi 1,49%. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 hewan uji. Kelompok I tidak dilukai (kelompok kontrol normal), kelompok II hanya dilukai (kelompok kontrol negatif), kelompok III dilukai dan diberi fraksi povidon iodium (kontrol positif), kelompok IV dilukai dan diberi fraksi etil asetat herba pegagan konsentrasi 0,37%, kelompok V dilukai dan diberi fraksi etil asetat herba pegagan konsentrasi 0,93%, kelompok VI dilukai dan diberi fraksi etil asetat herba pegagan konsentrasi 1,49%. Pembuatan luka bakar dilakukan dengan cara menempelkan logam yang telah dipanaskan sebelumnya di dalam oven dengan suhu 105 o C, setelah itu ditempelkan di punggung tikus yang sebelumnya telah dicukur rambutnya terlebih dahulu selama 10 detik (Widianingtias, 2010). Pemberian fraksi etil asetat herba pegagan dilakukan sehari setelah pembuatan luka sampai hari ke-13 pada waktu pagi hari dengan

Pengaruh Pemberian Fraksi Dwitiyanti, dkk 180 cara dioleskan rata pada punggung tikus yang telah dibuat luka. Pengukuran dilakukan dengan cara mengamati luas daerah luka dan persentase penyembuhan luka, dengan cara mengukur diameter luka yang diukur pada arah vertikal, horizontal dan kedua diagonal. Pengukuran luka dilakukan sehari setelah pembuatan luka dan dilanjutkan 2 hari berikutnya selama 14 hari. Data yang digunakan untuk analisis statistik adalah data diameter akhir luka bakar pada saat pengukuran hari ke-2 sampai hari ke- 14. Data ditentukan terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya dari setiap data dan dilanjutkan dengan uji ANOVA dua arah dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Kemudian dilihat ada tidaknya perbedaan yang bermakna, jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji tukey. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji identifikasi dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam herba pegagan. Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada tabel I. Hasil penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan dengan pemberian fraksi etil asetat herba pegagan dilakukan dari hari kedua hingga hari ketiga belas. Hasil pengamatan berupa diameter luka bakar selama 14 hari pengamatan dapat dilihat pada tabel II. Tabel I. Penapisan fitokimia herba pegagan No. Metabolit sekunder Hasil Serbuk kering Fraksi etil asetat 1 Alkaloid + + 2 Flavonoid + + 3 Saponin + + 4 Tanin + + 5 Steroid dan Terpenoid + + Tabel II. Diameter luka bakar tiap kelompok (cm)

Persentase penyembuhan luka bakar (%) Diameter luka bakar (cm) 181 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185 Hari Kontrol Positif Kontrol Negatif Konsentrasi 0,37% Konsentrasi 0,93% Konsentrasi 1,49% 2 1,7590 1,9336 1,9336 1,9501 1,8289 4 1.4496 1.7925 1,7626 1,6909 1,6593 6 1.1387 1.6668 1,5311 1,4487 1,3029 8 0,8786 1,5257 1,2377 1,1197 0,9678 10 0,7055 1,4495 0,9608 0,7443 0,5561 12 0.2730 1,2356 0,6443 0,3800 0,2310 14 0,0850 0,8713 0,3550 0,1121 0 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2 4 6 8 10 12 14 Hari Kontrol Positif Kontrol Negatif Konsentrasi 0,37% Konsentrasi 0,93% Konsentrasi 1,49% Gambar 1. Grafik batang hubungan antara diameter luka bakar terhadap hari 120 100 80 60 40 20 0 2 4 6 8 10 12 14 Hari Kontrol Normal Kontrol Negatif Konsentrasi 0,37% Konsentrasi 0,93% Konsentrasi 1,49% Gambar 2. Grafik batang hubungan antara persentase akhir penyembuhan luka bakar terhadap hari

Pengaruh Pemberian Fraksi Dwitiyanti, dkk 182 Tabel III. Persentase penyembuhan luka bakar tiap kelompok (%) Hari Kontrol Kontrol Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Positif Negatif 0,37% 0,93% 1,49% 2 22,63 3,8 6,60 20,11 16,33 4 47,54 19,59 23,32 28,56 31,15 6 67,59 30,52 58,17 64,83 57,39 8 80,63 42,35 61,54 68,61 76,57 10 87,35 47,42 76,91 86,11 92,25 12 97.95 61,82 88,09 96,38 98,64 14 99,77 80,89 96,64 99,67 100 Untuk melihat seberapa besar aktivitas fraksi etil asetat herba pegagan dalam penyembuhan luka bakar, maka data diameter luka bakar tiap kelompok perlakuan tersebut kemudian diubah dalam bentuk persentase penyembuhan luka bakar yang dapat dilihat pada tabel III. Pada tabel rata-rata diameter luka bakar didapatkan bahwa pada kelompok yang diberi konsentrasi 0,37%, 0,93%, dan konsentrasi 1,49% fraksi etil asetat ekstrak etanol herba pegagan dan kontrol positif menunjukkan adanya aktivitas penyembuhan luka bakar yang lebih baik dibandingkan kontrol negatif. Hal ini dibuktikan dengan besarnya persentase penyembuhan luka pada tiap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif dibandingkan dengan persentase kelompok kontrol negatif. Simplisia herba pegagan didapat dari budidaya tanaman obat di BALITTRO Bogor. Hal ini dilakukan untuk menghindari faktorfaktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan serta untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang baik. Pemeriksaan kandungan kimia fraksi dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang terdapat pada simplisia herba pegagan. Dari hasil pemeriksaan bahwa herba pegagan mengandung alkaloid, flavanoid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid. Herba pegagan yang didapat kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari serta diberi alas (Darwati, 2012). Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di simplisia, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Selain itu pengeringan juga mencegah simplisia agar tidak berjamur dan

183 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185 kandungan kimia zat yang berkhasiat tidak berubah karena proses fermentasi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Metode ini dipilih dengan tujuan agar menghindari rusaknya senyawasenyawa yang terdapat di dalam simplisia akibat pemanasan. Pelarut yang digunakan untuk maserasi ini adalah etanol 70%. Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut karena etanol adalah pelarut yang mudah melarutkan senyawa-senyawa organik yang ada pada simplisia, selain itu etanol juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mengakibatkan rusaknya kandungan simplisia. Maserat yang didapat kemudian dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator. Pemekatan bertujuan untuk meningkatkan kandungan ekstrak herba pegagan dengan mengurangi kadar air dan mengurangi sisa pelarut pada saat proses maserasi. Fraksi herba pegagan dibuat dengan cara pemisahan ekstraksi berdasarkan tingkat kepolaran yakni berturut-turut menggunakan pelarut n-heksan, dan etil asetat. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan senyawa yang dikehendaki dengan menghilangkan atau memisahkan senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Pemilihan povidon iodium sebagai bahan pembanding adalah karena povidon iodium merupakan salah satu zat yang umum digunakan sebagai pengobatan pada penderita luka. Povidon iodium juga bersifat antiseptik, sehingga dapat mempercepat dalam penyembuhan pada luka. Luka bakar dibuat dengan cara menempelkan logam panas yang dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 0 C ke punggung tikus. Luka akan berbentuk oval setelah 24 jam. Hal ini terjadi akibat adanya gerakan yang dilakukan oleh hewan uji, sehingga mengakibatkan luka bakar menjadi tertarik di bagian atas dan bawah. Pada 24 jam pertama setelah luka dibuat akan terjadi proses inflamasi dan proses epitelisasi. Pengukuran diameter luka bakar

Pengaruh Pemberian Fraksi Dwitiyanti, dkk 184 dilakukan 1 hari setelah dilakukan pembuatan luka bakar kemudian dilanjutkan selama 2 hari sekali sampai hari ke-14. Hari ke-2 sampai hari ke-14 adalah fase dimana terjadinya granulasi akibat pembentukan serat kolagen yang akan bertautan pada tepi luka. Pada hari ke-2 hingga hari ke-13 dilakukan pemberian fraksi etil asetat herba pegagan untuk kelompok perlakuan dan baku pembanding povidon iodium pada kelompok kontrol positif. Pembuatan fraksi etil asetat herba pegagan dilakukan setiap 2 hari sekali. Hal ini ditujukan untuk menjaga kondisi sediaan agar tetap stabil sehingga diharapkan dapat memaksimalkan proses penyembuhan luka bakar. Data hasil diameter akhir luka bakar yang diperoleh terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya dan dilanjutkan dengan analisa menggunakan uji statistik ANOVA dua arah, dan apabila ada perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Tukey. Data hasil diameter akhir luka bakar kemudian dirubah pula kedalam persentase penyembuhan luka untuk melihat seberapa aktivitas penyembuhan luka bakar yang dihasilkan oleh fraksi etil asetat herba pegagan. Pada uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna dari kelompok kontrol positif, kelompok konsentrasi 0,93%, dan kelompok konsentrasi 1,49% dengan kelompok kontrol negatif, dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok konsentrasi 0,93% dan kelompok konsentrasi 1,49% dengan kontrol positif. Hal ini didukung dengan besarnya aktivitas penyembuhan luka bakar pada kelompok kontrol positif, kelompok konsentrasi 0,93% dan kelompok konsentrasi 1,49%. Dari hasil data persentase penyembuhan luka bakar didapatkan bahwa hari ke-14 di tiap kelompok mengalami persentase penyembuhan luka bakar yang tinggi, dan pada hasil uji anova dua arah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara hari ke- 14 dan hari ke-12 sehingga dapat disimpulkan bahwa hari ke-12 adalah hari yang optimum dalam penyembuhan luka bakar. Hal ini didukung pula dari besarnya

185 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185 persentase penyembuhan luka bakar dari semua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif pada hari ke-12. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka bakar. Konsentrasi terbaik terdapat pada konsentrasi 0,93% dan 1,49% yang sebanding dengan kontrol positif dalam penyembuhan luka bakar. Pada persentase penyembuhan luka bakar didapatkan hari ke-12 adalah hari yang optimum dalam proses penyembuhan luka bakar yang ditunjukkan dengan besarnya hasil persentase penyembuhan luka bakar pada semua kelompok perlakuan. DAFTAR PUSTAKA Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Edisi I, Departemen Kesehatan. Jakarta: Hlm. 174. Grace P A., Borley N R., 2007, At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3, Terjemahan: Vidhia Umami. Penerbit Erlangga, Jakarta: Hlm. 87. Rismana E, Rosidah I, Prasetyawan Y, Bunga O, Erna Y., 2013, Efektivitas Khasiat Pengobatan Luka Bakar Sediaan Gel Mengandung Fraksi Ekstrak Pegagan Berdasarkan Analisis Hidroksiprolin dan Histopatologi Pada Kulit Kelinci. Buletin Penelitian Kesehatan, vol. 41. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta: Hlm. 46 Widianingtyas D., 2010, Pengaruh Perawatan dengan Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar Derajat Dua Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Strain Wistar, Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010, Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat, Penerbit Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 1-4. Darwati I., 2012, Budidaya dan Pasca Panen Pegagan (Centella asiatica), Balai