BAB 2. Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proyek. Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI 8 MEMULAI USAHA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

Operations Management

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA KONSEPTUAL

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KEPUSTAKAAN. untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015.

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Waktu Proyek 10/24/2017

Operations Management

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN (WAKTU) PROYEK

MINGGU KE-6 MANAJEMEN WAKTU (LANJUTAN)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Solihin, 2009).

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Pertemuan V

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

Manajemen Waktu Dalam Proyek

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #5 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

Parno, SKom., MMSI. Personal Khusus Tugas

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Optimisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimal

MANAJEMEN PROYEK. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

CPM DAN PERT CRITICAL PATH METHOD AND PROGRAM EVALUATION REVIEW TECHNIQUE. Pertemuan Copyright By Nurul Adhayanti

MANAJEMEN PROYEK (CPM)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. sehingga kerja bisa terselesaikan secara efektif dan efisien. Proyek memiliki karakteristik, yaitu :

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

Pertemuan 5 Penjadwalan

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENERAPAN METODE PROJECT MANAGEMENT PADA BAGIAN PERENCANAAN PT X

BAB III METODE CPM-PERT PADA JARINGAN. Sebelumnya pada bab II sudah dijelaskan tentang teori graf, teori graf ini

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Optimasi Pelaksanaan Proyek Revitalisasi Integrasi Jaringan Universitas Kadiri Menggunakan Metode PERT Dan CPM

PROGRAM EVALUATION AND REVIEW TECHNIQUE (PERT)

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.2 : GANTT CHART, CPM DAN PERT) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

JALUR KRITIS (Critical Path)

MONITORING DAN ANALISIS JADWAL PROYEK MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE INTENSITY DAN CPM PADA PROYEK HOTEL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

2.2. Work Breakdown Structure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Waktu Proyek. Materi 5 Manajemen Proyek TI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROJECT TIME MANAGEMENT

BAB II DASAR TEORI. yang diharapkan stakeholder dari proyek tersebut (Project Managemen

Transkripsi:

BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Proyek O Brien dan Marakas (2009:636) mendefinisikan manajemen proyek sebagai sebuah proses atau kegiatan mengatur keberlangsungan proyek pengembangan sistem informasi yang sesuai dengan rencana proyek sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dana, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengertian manajemen proyek menurut PMBOK (Proyek Management Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso(2009:3) manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan, keterampilan, alat, dan teknik dalam aktivitas-aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu: a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain. b. Proses pengendalian (controlling). Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu: a. Perencanaan Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan organisasi timnya. b. Penjadwalan Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya. c. Pengendalian Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya. 9

10 Dengan beberapa pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa 2.1.1. Proyek Gray, Clifford F. dan Erik W. Larson (2006) yang dialih-bahasakan oleh Dwi Prabantini (2007,4), menyatakan bahwa proyek merupakan usaha kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, Sedangkan Abrar Husen (2011,5), mendefinisikan proyek sebagai gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Heizer dan Render(2005) menjelaskan bahwa proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Dengan beberarapa referensi tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keberhasilan suatu proyek sangat tergantung pada ketepatan pemilihan seorang pemimpin proyek dan kerja keras serta dedikasi seluruh anggota dalam organisasi yang terlibat dalam proyek. 2.1.2. Tahapan Dalam Siklus Manajemen Proyek. Secara umum, siklus hidup proyek (Project Life Cycle) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek direncanakan, dikontrol dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Gray, Clifford F. dan Erik W. Larson (2006), yang dialih-bahasakan oleh Dwi Prabantini (2007,5), menyatakan bahwa siklus hidup proyek melewati 4 (empat) tahap berurutan, yakni: a. Tahap Penentuan: Pada tahap ini menentukan spesifikasi proyek, menetapkan sasaran proyek, membentuk tim dan menetapkan beberapa tanggung jawab utama.

11 b. Tahap Perencanaan: Keadaan di mana tingkat usaha bertambah, mengembangkan rencana untuk menentukan proyek apa yang bertahan,kapan proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat, tingkat kualitas apa yang harus dijaga dan anggaran apa yang diperlukan. c. Tahap Eksekusi: Di tahap inilah bagian utama dari kerja proyek terjadi, baik fisik, maupun mental. Produk fisik (misalkan: jembatan, laporan, program perangkat lunak), waktu, biaya dan ukuran-ukuran spesifikasi digunakan untuk pengendalian. Apakah proyek dapat sesuai jadwal, anggaran dan memenuhi spesifikasi, perkiraan (forecast) apa yang diperlukan di masing-masing ukuran tersebut, perubahan/revisi apa yang perlu dilakukan. d. Tahap pengiriman: Tahap ini mencakup 2 (dua) aktivitas, yakni: mengirim produk proyek kepada pelanggan dan menyebarkan sumber daya proyek. Pengiriman proyek dapat mencakup pelatihan pelanggan dan transferdokumen. Penyebaran biasanya melibatkan penyerahan perlengkapan/material proyek kepada proyek lain dan menetapkan berbagai penugasan baru pada anggota tim. Mereka menambahkan bahwa dalam praktiknya, siklus hidup proyek digunakan oleh beberapa kelompok proyek untuk menggambarkan timing tugas-tugas utama yang ada pada proyek.

12 Di sisi lain, Project Management Institut (PMI) dalam Mingus, Nancy (2002), yang dialih-bahasakan oleh Tri Wibowo B. S. (2006,12), yang mengakui 5 (lima) kategori aktivitas proyek yang sering disebut sebagai proses proyek, yakni: a. Memulai proyek: Mencakup kegiatan memulai proyek dan memulai fase-fase lain di dalam proyek. b. Perencanaan: Aktivitas perencanaan mencakup penyusunan rencana proyek, struktur perincian kerja dan menyusun jadwal. Proses perencanaan mungkin unsur terpenting di dalam sebuah proyek, karena perencanaan yang tepat dapat menghemat waktu dalam pelaksanaan proses. c. Pelaksanaan: Merupakan aktivitas pelaksanaan kerja aktual. Dalam sistem informasi, ini mungkin berupa analisis, desain, pengembangan dan pengujian dengan menggunakan software. Sedangkan dalam konstruksi, ini mungkin berupa kegiatan pembangunan pondasi, membangun dinding dan meng-install perlengkapan. d. Pengendalian atau kontrol: Mengukur dan memonitor pelaksanaan aktivitas serta membantu manajer proyek dalam mengevaluasi kemajuan proyek dari segi waktu, biaya dan mutu. e. Penyelesaian: Aktivitas penyelesaian atau penutupan mencakup pengakhiran fase dan proyek serta mengambil pelajaran penting, yang membantu meningkatkan efektivitas proyek di masa mendatang.

13 2.2. Metode Jalur Kritis (Critical Path Method) atau PERT Menurut, Heizer dan Render, 2011 PERT dan CPM mengikuti enam langkah dasar seperti berikut: 1. Menetapkan proyek dan menyiapkan struktur penguraian kerjanya. 2. Membangun hubungan antara aktivitas-aktivitasnya. 3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan aktivitas. 4. Menetapkan perkiraan waktu dan/ atau biaya setiap aktivitas. 5. Menghitung jalur waktu terpanjang atau jalur kritis melalui jaringan. 6. Menggunakan jaringan untuk membangun perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Penentuan jalur kritis merupakan bagian utama dalam pengendalian proyek. Aktivitas pada jalur kritis merepresentasikan tugas-tugas yang akan menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan secara tepat waktu. Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi dan konstruksi jaringan tapi keduanya memiliki tujuan yang sama. Langkah pertama dalam jaringan PERT atau CPM adalah membagi keseluruhan proyek menjadi aktivitas-aktivitas yang signifikan, sesuai dengan struktur penguraian kerja. Ada dua pendekatan untuk menggambar jaringan proyek, yaitu aktivitas pada titik (activity on node-aon) dan aktivitas pada anak panah (activity on arrow-aoa). Perbedaan mendasar antara AON dan AOA adalah titik pada diagram AON menunjukkan aktivitas sedangkan titik pada diagram AOA menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya suatu aktivitas yang disebut kejadian. Pendekatan AOA terkadang memerlukan tambahan aktivitas dummy (dummy activities) untuk memperjelas hubungan-hubungannya dan aktivitas ini mempunyai waktu penyelesaian nol.

14 Gambar 2.1. Perbandingan Pemakaian Jaringan AON dan AOA (Sumber Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2011) Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kristis adalah jalur waktu terpanjang yang terdapat di seluruh jaringan. Jadi untuk mengetahui seberapa lama proyek dapat diselesaikan dapat dilakukan dengan analisis jalur kritis (critical path analysis) pada jaringan. Jalur kritis menghitung dengan dua waktu awal dan akhir yang berbeda untuk setiap aktivitas seperti berikut: Mulai Paling Awal (Earliest Start-ES) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas dapat dimulai dengan asumsi semua pendahulunya sudah selesai. Selesai Paling Awal (Earliest Finish-EF) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas dapat selesai. Mulai Paling Lambat (Latest Start-LS) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian seluruh proyek. Selesai Paling Lambat (Latest Finish-LF) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

15 Proses yang digunakan untuk menentukan jadwal waktu setiap aktivitas adalah two-pass yang terdiri dari forward pass (ES dan EF) dan backward pass (LS dan LF). Forward pass dan backward pass menggunakan notasi untuk menunjukkan jadwal-jadwal aktivitas pada jaringan proyek dengan jelas ditunjukkan pada gambar 2.5. (Heizer dan Render, 2011). Gambar 2.2. Notasi Pada Titik untuk Forward dan Backward Pass (Sumber Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2011) Aturan Waktu Mulai Paling Awal adalah sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya mempunyai satu pendahulu langsung maka ES-nya sama dengan EF dari pendahulunya. Jika suatu aktivitas mempunyai beberapa pendahulu langsung maka ES-nya adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, yaitu: ES = Max {EF semua pendahulu langsung} (2.2) Aturan Waktu Selesai Paling Awal adalah waktu selesai paling awal (EF) dari suatu aktivitas jumlah dari waktu mulai paling awal (ES) dan waktu aktivitas itu sendiri, yaitu: EF = ES + Waktu aktivitas (2.3) Aturan Waktu Selesai Paling Lambat adalah sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya pendahulu langsung dari satu aktivitas maka LF-nya sama dengan LS dari aktivitas

16 yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu aktivitas adalah pendahulu langsung dari lebih dari satu aktivitas maka LF adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari aktivitas-aktivitas yang secara langsung mengikutinya, yaitu: LF = Min {LS dari seluruh aktivitas yang langsung mengikutinya} (2.4) Aturan Waktu Mulai Paling Lambat adalah waktu mulai paling lambat (LS) dari suatu aktivitas adalah selisih dari waktu selesai paling lambat (LF) dan waktu aktivitasnya, yaitu: LS = LF Waktu aktivitas (2.5) Setelah menghitung waktu paling awal dan waktu paling lambat dari semua aktivitas, maka menemukan jumlah waktu longgar (slack time) atau waktu bebas yang dimiliki setiap aktivitas menjadi mudah. Slack adalah waktu luang yang dimiliki oleh sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaannya tanpa menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Slack = LS ES atau LF EF (2.6) Aktivitas dengan slack = 0 disebut sebagai aktivitas kritis (critical activity) dan berada pada jalur kritis. Jalur kristis (critical path) adalah jalur yang tidak terputus melalui jaringan proyek yang mulai pada aktivitas pertama proyek, berhenti pada aktivitas terakhir proyek, dan hanya terdiri dari aktivitas-aktivitas kritis (aktivitas yang tidak mempunyai waktu longgar). Dalam mengenali semua waktu paling awal dan paling lambat serta jalur kritis terkait, waktu penyelesaian suatu aktivitas memiliki variasi yang banyak dan bergantung pada faktor-faktor tertentu. Hal ini berarti kita tidak dapat mengabaikan pengaruh variabilitas waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek, maka kita dapat mengatasinya dengan PERT. Menurut Heizer dan Render (2011), PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu aktivitas tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang (range). PERT memakai 24 distribusi probabilitas berdasarkan tiga perkiraan waktu (three times estimates) untuk masingmasing aktivitas, yaitu:

17 a = waktu optimistis (optimistic time) Waktu tersingkat untuk menyelesaikan aktivitas bila segala sesuatunya berjalan mulus sesuai rencana. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. m = waktu realistis (most likely time) Waktu yang paling sering terjadi atau realistis dibanding dengan yang lain bila aktivitas dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. b = waktu pesimistis (pessimistic time) waktu yang paling lama untuk menyelesaikan aktivitas, yaitu bila segala sesuatunya serba tidak baik atau tidak diharapkan. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. Metode PERT menggunakan teori probabilitas untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif. Teori probabilitas dengan kurva distribusinya akan menjelaskan arti tiga angka tersebut yang merupakan range time ditunjukkan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Kurva Distribusi Asimetris (Beta) dengan a, m, dan b (Sumber Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2011)

18 Menurut, Wahyu Winarno, 2008, terdapat beberapa fungsi untuk melakukan analisis dalam CPM dan PERT, di antaranya adalah : 1. Menganalisis jalur kritis (bisa lebih dari satu). 2. Menganalisis kegiatan yang saling mengganggu bertabrakan. 3. Menganalisis biaya. 4. Menampilkan diagram gantt. CPM dan PERT memiliki asumsi-asumsi yang sama. Berikut ini adalah beberapa asumsi-asumsi yang ada di CPM dan PERT: a. Proyek terdiri atas aktivitas-aktivitas yang terdefinisi dengan jelas. b. Setiap aktivitas bisa dimulai dan diakhiri tanpa tercampur dengan aktivitas lain. c. Setiap aktivitas terkait dengan urutan-urutan pelaksanaan satu sama lain Sasaran utama analisis CPM/PERT adalah menentukan waktu terpendek yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau menentukan waktu yang diperlukan untuk suatu critical path, yaitu jalur waktu terlama. Kegiatan-kegiatan yang dilewati critical path dinamakan kegiatan kritis. Keterlambatan penyelesaian salah satu kegiatan ini akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek, karena itu kegiatan-kegiatan kritis perlu diawasi secara serius. Jika pengambil keputusan bermaksud mempercepat penyelesaian proyek, maka ia perlu memperpendek satu atau beberapa waktu kegiatan kritis. Menurut Nugroho (2007) Kegiatan-kegiatan yang merupakan komponen proyek dan hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain disajikan dengan menggunakan tanda-tanda. Dikenal dua macam jaringan kerja sebaga berikut: 1. Kegiatan pada anak panah, atau activity on arrow (AOA). Disini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua lingkaran yang mewakili dua peristiwa. Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan. Nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak panah.

19 2. Kegiatan ditulis di dalam kotak atau lingkaran, yang disebut activity on node (AON). Anak panah hanya menjelaskan hubungan ketergantungan di antara kegiatan-kegiatan. Contoh jaringan kerja dapat dilihat pada gambar 2.4: Gambar 2.4. Jaringan Kerja Suatu Kegiatan Sumber: Nugroho (2007) Menurut Nugroho (2007), Adapun logika kebergantungan kegiatankegiatan itu dinyatakan sebagai berikut: 1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai,maka hubungan antara kedua kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.5 Gambar 2.5. Kegiatan A Merupakan Pendahulu Kegiatan B 2. Jika kegiatan C, D dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai, maka dapa t dilihat pada gambar 2.6 Gambar 2.6. Kegiatan C, D, dan E Merupakan Pendahulu Kegiatan F

20 3. Jika kegiatan G dan H harus dimulai sebelum kegiatan I dan J maka dapat di lihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7. Kegiatan G dan H Merupakan Pendahulu Kegiatan I dan J 4. Jika kegiatan Kdan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai, tetapi N sudah dapat dimulai bila kegiatan L sudah selesai, maka dapat di lihat pada gambar 2.8 Gambar 2.8. Kegiatan L Merupakan Pendahulu Kegiatan M dan N Fungsi dummy di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan L dari lingkungan kejadian no.4 ke lingkungan kejadian no.5. 5. Jika kegiatan P, Q, dan R mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkan seperti pada gambar 2.9 Gambar 2.9. Gambar yang Salah Hilangkan Kegiatan P, Q, dan R Mulai dan Selesai Pada Kejadian yang Sama

21 Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy seperti pada gambar 2.10 atau Gambar 2.10. Dummy Kegiatan P=(31,32) P=(32,34) Q=(31,34) atau Q=(31,34) R=(31,33) R=(33,34) Dalam hal ini tidak menjadi soal dimana saja diletakkannya dummy tersebut, pada permulaan atau pun pada akhir kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Nugroho (2007), Dalarn melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan tiga buah asumsi dasar, yaitusebagai berikut: a. Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event. b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-no! c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL= TE untuk event ini. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur ini, Jingkaran kejadian (event) dibuat seperti gambar 2.11.

22 Gambar 2.11 Lingkaran Kejadian Keterangan : D EF LS TF FF D : ruang untuk nomor event : Earliest Finish : Latest Start : Total Float : Free Float : Durasi kegiatan Menurut Nugroho (2007), Jika akan menggunakan persamaan TF=LS-ES, maka total float kegiatan (i,j) adalah TF<Ul=LS(ij) -ES(ij)o Dari perhitungan mundur diketahui bahwa LS(ij)=TL(ij)-t(ij), sedangkan dari perhitungan maju ES(ij)=TE(i)0, Maka F(ij)=TLGJ-t(ij)-TE(i)o Jika menggunakan persamaantf=lf-ef, maka total float kegiatan (i,j) adalah TF(i,j)=LF(i,j)-EF(i,j)0 Dari perhitungan maju diketahui bahwa EF(ij)= TE(ij)+t(ij), sedangkan dari perhitungan mundur LF(ij)= TL(ij),makaTF(ij)= TLm-TE(i)-T(ij)o Menurut, Kerzner : 2009, hubungan antar aktivitas proyek dapat dinyatakan dengan finish to start, start to start, finish to finish, start to finish, dengan lag dapat dilihat pada Gambar 2.12

23 Gambar 2.12. Hubungan Antar Aktivitas (Kerzner, 2009) Sumber : Kerzner, 2009 Dari Gambar 2.12, menunjukkan contoh hubungan antara 2 aktivitas, yaitu aktivitas A dan aktivitas B scbagai berikut : a. Finish to start (FS) Hubungan finish to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana aktivitas B dapat dimulai setelah aktivitas A selesai dikerjakan. b. Start to start (SS) Hubungan start to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B juga dapat dimulai. c. Finish to.finish (FF) Hubungan finish to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana aktivitas A dan aktivitas B selesai pada waktu yang sama. d. Start to Finish (SF) Hubungan start to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B sudah selesai. e. Lag Lag adalah jumlah waktu diantara mulai atau selesainya aktivitas A dengan mulai atau selesainya aktivitas B. yang dapat bernilai positif atau negatif.

24 2.2.1 Persyaratan Urutan Pekerjaan Langkah-langkah dalam perencanaan proyek menggunakan metode CPM : 1. Tentukan rincian kegiatan. Dari rincian kegiatan yang harus dilakukan dalam sebuah proyek, tambahkan informasi durasi dan identifikasikan prasyarat kegiatan sebelumnya yang harus terselesaikan terlebih dahulu. 2. Tentukan urutan kegiatan dan gambarkan dalam bentuk jaringan. Beberapa kegiatan akan dapat dimulai dengan sangat tergantung pada penyelesaian kegiatan lain. Relasi antar kegiatan ini harus diidentifikasi dan digambarkan secara berurutan dalam bentuk titik dan busur. 3. Susun perkiraan waktu penyelesaian untuk masing-masing kegiatan. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan dapat diestimasi dengan menggunakan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari para praktisi. CPM tidak memperhitungkan variasi waktu penyelesaian, sehingga hanya satu perkiraan yang akan digunakan untuk memperkirakan waktu setiap kegiatan. 4. Identifikasi jalur kritis (jalan terpanjang melalui jaringan). Jalur kritis adalah jalur yang memiliki durasi terpanjang yang melalui jaringan. Arti penting dari jalur kritis adalah bahwa jika kegiatan yang terletak pada jalur kritis tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan otomatis juga akan tertunda. Pada jalur selain jalur kritis, akan ditemui waktu longgar/waktu toleransi (slack time) yaitu sejumlah waktu sebuah kegiatan dapat ditunda tanpa menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan. 5. Update Diagram CPM. Pada saat proyek berlangsung, waktu penyelesaian kegiatan dapat diperbarui sesuai dengan diperolehnya informasi dan asumsi baru. Sebuah jalur kritis baru mungkin akan muncul, dan perubahan bentuk jaringan sangat mungkin harus dilakukan. Keterbatasan CPM adalah digunakannya satu angka perkiraan waktu penyelesaian bagi setiap kegiatan. Jika memang dibutuhkan perencanaan proyek yang lebih kompleks, metode PERT dengan tiga varian waktu perkiraan akan dapat memberikan aternatif perkiraan waktu penyelesaian proyek yang lebih terbuka.

25 Pertimbangan suatu pekerjaan dilakukan pengurutan adalah karena berbagai kegiatan tidak dapat dimulai sebelum kegiatan-kegiatan lain diselesaikan, dan mungkin ada kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan atau tidak saling bergantung. Konsep waktu dalam jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. ES (Earliest Start Time) adalah waktu paling awal (tercepat) suatukegiatan dapat dimulai dengan memperhatikan waktu kegiatan yangdiharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan. 2. LS (Latest Start Time) adalah waktu yang paling lambat untuk dapat memenuhi suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. 3. EF (Earliest Finish Time) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan. 4. LF (Latest Finish Time) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa menunda dan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan. Diagram jaringan kerja node (lingkaran) yang merupakan lambang dari suatu event dibagi atas tiga bagian dengan fungsi masing-masing. Berikut ini adalah tiga bagian dari diagram jaringan kerja node (lingkaran). a b c Keterangan: a = Ruang untuk nomor event b = Ruang untuk waktu paling cepat suatu kegiatan dapat diselesaikan (EF) c = Ruang untuk waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan atau LF (Purnomo, 2004).

26 2.2.2. Pengertian Jalur Kritis dan Dummy Jalur kritis adalah serangkaian aktivitas yang saling berurutan dari awal hingga akhir proyek yang jika salah satu atau lebih aktivitas terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara langsung (Edwin Badrusomad (2007, hal: 1). Jalur kritis mempunyai tiga ciri-ciri khusus, ketiga ciri-ciri tersebut bisa dijadikan acuan untuk mengetahui jaringan kerja. Berikut ini adalah ciri-ciri dari jalus keritis : 1. Jalur yang memakan waktu terpanjang dalam suatu proses 2. Jalur dengan tegangan waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya. 3. Tidak adanya tegangan waktu tersebut yang merupakan sifat kritis darijalur kritis. Dummy adalah aktivitas yang tidak mempunyai waktu pelaksanaan dan hanya diperlukan untuk menunjukan kegiatan dengan aktivitas pendahulu. Dummy diperlukan untuk menggambarkan adannya hubungan diantara kegiatan. Mengingan dummy merupakan kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah nol. Dummy terdiri dari dua macam yaitu (http://ainul.gunadarma.ac.id): 1. Gramatical Dummy Gramatica dummy diperlukan untuk menghindari kekacauan penyebutan suatu kegiatan apabila terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari peristiwa yang sama (misalnya i) dan berakhir pada suatu peristiwa yang sama pula (misalnya j). Gramatical dummy akan memudahkan komputer untuk membedakan kegiatan satu dengan yang lain. 2. Logical Dummy Logical dummy digunakan untuk memperjelaskan hubungan antara kegiatan. 2.3. Crashing Program Menurut Gould (2000), crashing program adalah suatu metode yang digunakan untuk percepatan proses suatu kegiatan atau beberapa kegiatan dari keseluruhan proyek. Dengan menambahkan pekerja atau peralatan atau jam kerja, durasi suatu kegiatan dapat diperpendek, dan jika merupakan

27 lintasan kritis, maka akan memperpendek proyek secara keseluruhan. Menurut Gould (2000), kegiatan dicrash untuk beberapa alasan: 1. Suatu kegiatan mungkin memerlukan penyelesaian dengan spesifik tanggal untuk alasan kontraktual. 2. Beberapa kegiatan dapat diselesaikan lebih ekonomi selama waktu tertentu pada tahun tersebut, mendorong percepatan kegiatan. 3. Biaya untuk mempercepat suatu kegiatan mungkin akan lebih mahal dibandingkan biaya yang sedang berjalan. Sewaktu suatu kegiatan tersebut dipercepat maka biaya langsung untuk kegiatan tersebut akan meningkat. Biaya langsung seperti biaya pekerja, material, dan peralatan yang berkaitan langsung dengan pemasangan atau konstruksi proyek. Crashing menyebabkan biaya tidak langsung meningkat karena ketidakefisienan oleh percepatan kerja lebih cepat dari rata-rata normal. Percepatan proyek dapat menghasilkan tarnbahan bonus dapat mencegah pembayaran kerusakan kepemilik, atau dapat menghemat tarnbahan biaya tidak langsung. Jumlah bonus yang akan diterima sebaiknya diterangkan di dalarn kontrak. Biaya tidak langsung dibagi menjadi yaitu kondisi umum dan biaya kantor. Biaya proyek dapat ditelusuri dari beberapa kategori berikut: Organisasi dan personil: Pengawas, arsitek, penjaga, dan orang-orang lain yang berdedikasi untuk menjaga dan mengefisienkan keputusan di lapangan. Perlengkapan dan pelayanan: Kantor, fasilitas sanitary, telepon, signage, pagar. Perakitan: Peralatan pengangkut, tangga dan scaffolding, elevator, pintu sementara. Biaya dari beberapa peralatan diberikan kepekerjaan sehingga merupakan keuntungan dari seluruh personil lapangan, subkontraktor, dan manajemen. Peralatan ini tidak seharusnya dibayar oleh individual kontraktor. Biaya kantor: Biaya cetak atau perlengkapan yang digunakan oleh kantor atau pekerja butuh didukung oleh tim manajemen proyek. Legal dan asuransi: Biaya dari bon, asuransi, dan hak gadai dibutuhkanagar proyek dapat dimasukkan dalam biaya kondisi umum. Kebersihan: Biaya termasuk kebersihan setiap hari, tempat sampah, dan pembersihan akhir setelah proyek selesai harus dibayar dan termasukdalam

28 kondisi umum. Langkah pertama dalam menentukan durasi optimum untuk suatu proyek adalah mempersiapkan jadwal jaringan dan perkiraan untuk proyek. Jadwal dan perkiraan menjelaskan biaya normal proyek. Biaya normal ditentukan oleh perkiraan, dimana ditelusuri dari kegiatan. Biaya tersebut menjelaskan biaya langsung untuk proyek; menggabungkan biaya langsung dengan biaya tidak langsung yang di bentuk dari total biaya untuk proyek. Jika, dalam suatu jaringan terdapat satu lintasan kritis maka hanya satu kegiatan yang harus diperpendek. Dan jika terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka lebih dari satu kegiatan akan dicrash. Walaupun jelas menguntungkan untuk mengoptimasi durasi proyek dalam basis biaya, tetapi bukan langkah rutin dalam perencanaan proyek. Penyatuan jadwal dan informasi perkiraan tidak dapat mudah dihubungkan sejak unit kegiatan tidak sama. Dan juga tidak biasanya menghitung biaya crash untuk setiap kegiatan kemudian dianalisis dan dibandingkan biaya crash dengan biaya tidak langsung. Permasalahannya adalah suatu proyek dicrash beberapa lintasan kritis terbentuk, dan ketika lebih lintasan kritis muncul, semakin besar resiko keterlambatan dalam penyelesaian proyek. Proses penentuan durasi optimum untuk suatu proyek adalah langkah penting dalam perencanaan proyek. Waktu penyesuaian dan uang dapat disimpan dengan analisa biaya yang baik dari proyek dan menjalankan proyek dengan biaya paling efektif. 2.4 Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM CPM (critical path method) dan PERT (program evaluation review technique) keduanya merupakan teknik yang terdapat didalam network planning. Kedua teknik tersebut dapat digunakan dalam penyelenggaraan proyek ataupun produksi, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Terdapat persamaan dan perbedaan yang mendasar diantara CPM (critical path method) dan PERT (program evaluation review technique). Menurut Eddy Herjanto (2004:339), persamaan dan perbedaan kedua teknik tersebut adalah:

29 Persamaan CPM dan PERT o Sama-sama merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam menentukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan proyek. o Keduanya menggambarkan kegiatan-kegiatan dari suatu proyek dalam suatu jaringan kerja. o Keduanya dapat dilakukan berbagai analisis untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan waktu, biaya, atau penggunaan sumber daya. Perbedaan PERT dan CPM o CPM menggunakan satu jenis waktu untuk taksiran waktu kegiatan, sedangkan PERT menggunakan tiga jenis waktu yaitu waktu paling optimis, waktu paling tepat dan waktu pesimis. o CPM menganggap proyel terdiri dari kegiatan-kegiatan yang membentuk satu atau beberapa lintasan, sedangkan PERT menganggap proyek terdiri dari peristiwa yang susul menyusul. o CPM menggunakan pendekatan yang menggunakan anak panah sebagai representasi dari kegiatan, sedangkan PERT menggunakan pendekatan lingkaran atau node sebagai simbol kegiatan. 2.5 Perbedaan Efektifitas dan Efisiensi Dalam bukunya Pengantar Manajemen mengemukakan bahwa efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif adalah manajer yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan. (Siswanto 2007:55) Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya. (Deddi dan Ayuningtyas, 2010:161)

30 2.6 Kerangka Pemikiran PT. Raja Kreasindo Utama Proyek Pembangunan pada PT. Hardtop Plastic Indonesia Perencanaan Proyek Penjadwalan Penetapan work breakdown System Analisis Proyek Pengaplikasian Metode PERT dan CPM Hasil Evaluasi dari Proyek Rekomendasi ke perusahaan