BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. umum dan spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

VERTIGO: PENCEGAHAN DAN SIMULASI DETEKSI DINI DI PEDUKUHAN NGRAME

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis


BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keluhan & gejala gangguan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat. Pasien mangalami kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter umum dan spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai sistem vestibuler, disamping itu tidak ada pemeriksaan laboratorium yang tersedia untuk mendiagnosis vertigo (Kentala, 2003). Pasien vertigo mengeluhkan berbagai macam gejala meliputi mual, instabilitas postural, pandangan kabur, dan diorientasi. Gejala-gejala ini menimbulkan berbagai macam problem emosional dan fisik seperti emosional, kecemasan, dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan sistem vestibuler mempengaruhi kesehatan dan berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien vertigo bisa menghindari kegiatan fisik dan stres psikologi dan menarik diri dari aktifitas sosial, hal tersebut berhubungan dengan depresi yang mempengaruhi pengendalian diri(strosser et al., 2000). Penyebab vertigo meliputi vestibuler perifer (berasal dari sistim saraf perifer), vestibuler sentral dan kondisi lain (Sura et al., 2010). Vertigo perifer didefinisikan sebagai sensasi berputar dengan provokasi perubahan posisi disertai mual, muntah dan gangguan keseimbangan. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) dikonfirmasi dengan pemeriksaan Dix Hallpike, sedangkan Meniere disease selain pusing berputar, juga disertai adanya tinitus, dan kehilangan pendengaran (Von Brevern et al., 2007). Lima belas persen 1

2 diantara pasien yang dikonsulkan ke spesialis saraf adalah vertigo (Joesoef, 2002). Dizziness dan vertigo menempati urutan ketiga tersering yang disampaikan pasien di IRD (Koelliker et al., 2001). Di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, pasien vertigo yang datang ke poliklinik saraf selama tahun 2004, sekitar 4,9% dari 13.355 kunjungan (Muzayyin et al., 2005). Vertigo mengenai semua golongan umur, insidensi 25% pada pasien usia lebih dari 25 tahun, dan 40% pada pasien usia lebih dari 40 tahun, dizziness dilaporkan sekitar 30% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun (Kwong et al., 2005). Prevalensi vertigo tergantung faktor usia (Davis et al., 2003).Kelainan vestibuler perifer yang sering adalahbppv, vestibular neuritis, Meniere s disease dan vestibulopati. Insidensi vertigo perifer di malaysia berkisar 38-64,7% ( Yeow et.al., 2012).Studi yang dilakukan oleh Shami et al. (2011) terhadap 124 pasien di rumah sakit King Abdul aziz Riyadh, menunjukkan bahwa vertigo perifer didapatkan sebanyak 73,4%, sedangkan vertigo sentral didapatkan 15,3% dan 9,7% tidak diketahui etiologinya.penelitian vertigo dari 12 klinik rawat jalan menunjukkan 50% pasien mengalami vestibulopati perifer seperti BPPV, vestibuler neuritis, atau penyakit Meniere, dan penyakit serebrovaskuler mencapai 19% (Delaney, 2003).Sampai saat ini, mekanisme yang mendasari penyakit ini belum jelas. Sunami et al.(2005) melaporkan adanya korelasi yang signifikan antara rekurensi BPPV dengan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, seperti hipertensi dan hiperlipidemia (Wadaet al., 2008).Sunami et al. (2005) melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara rekurensi BPPV dengan hipertensi dan hiperlipidemia. Wada et al. (2005) juga melaporkan adanya

3 hubungan yang signifikan antara lama kesembuhan BPPV dengan riwayat hipertensi dan hiperlipidemi.beberapa faktor yang berhubungan dengan BPPV yang sudah dilaporkan diantaranya umur, jenis kelamin wanita, penyakit telinga, trauma kepala, migren, diabetes dan osteoporosis (Cohen et al., 2004). Cukup banyak penyebab vertigo, baik vertigo tipe perifer maupun tipe sentral. Kelainan anatomi dan atau fisiologi vertigo terletak pada alat keseimbangan tubuh, penyebabnya dapat meliputi degenerasi, vaskuler, tumor, infeksi, inflamasi, kongenital, dan trauma (Sturzenegger, 1994). Indonesia saat ini menempati posisi keempat dari jumlah pasien DM di seluruh dunia, diperkirakan jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta pasien dan akan meningkat menjadi 21,3 juta pasien pada tahun 2030. Diperkirakan prevalensi DM di Indonesia mencapai 1,2% hingga 2,3% berusia diatas 15 tahun (Wild et al., 2004). Diabetes melitus adalah salah satu faktor risiko terpenting untuk penyakit serebrovaskuler (Gillian et al., 1996). Penyebab utama kematian dan besarnya persentasi morbiditas pada pasien diabetes (tipe 1 atau tipe 2) adalah penyakit pembuluh darah. Diabetes tipe 2 mengenai pembuluh darah kecil (microangiopathy) atau pembuluh darah besar (macroangiopathy). Penyakit pembuluh darah kecil ditandai dengan retinopati, neuropati, dan nefropati, sementara makroangiopati pada diabetes dimanifestasikan dengan kecepatan terjadinya aterosklerosis, yang mengenai organ-organ vital (jantung dan otak)(calles-escando, 2001). Meskipun prevalensi kerusakan vestibular belum jelas. Studi terbaru menunjukkan bahwa sekitar 60% pasien diabetes melitus baik tipe 1 atau tipe 2 memiliki kelainan vestibuler(renaud, 2009).

4 Penelitian yang dilakukan Agrawal et al. (2009) terhadap lebih dari 21.000 orang, melaporkan prevalensi disfungsi vestibuler 35,4%, akan meningkat sesuai umur dan meningkat pada penduduk dengan diabetes. Studi morfologi menunjukkan bahwa perubahan mikrovaskuler akan mempengaruhi metabolisme cairan di dalam telinga bagian dalam, sehingga memicu lepasnya otolit pada orang dengan diabetes (Myers et al., 1987).Jika kelainan telinga dalam dikarenakan rusaknya mikrosirkulasi, maka disfungsi dari epitel sensoris akan terjadi, sehingga pelepasan otolit dari membran otolit akan meningkat dan absorbsi dari otolith menjadi terganggu. Lepasnya otolit ini dapat menyebabkan BPPV (Wada et al., 2008). Penelitian yang dilakukan Agrawal et al. (2009) terhadap lebih dari 21.000 orang, melaporkan prevalensi disfungsi vestibuler 35,4%, akan meningkat sesuai umur dan meningkat pada penduduk dengan diabetes. Studi morfologi menunjukkan bahwa perubahan mikrovaskuler akan mempengaruhi metabolisme cairan di dalam telinga bagian dalam, sehingga memicu lepasnya otolit pada orang dengan diabetes (Myers et al., 1987). Penelitian yang dilakukan oleh Yoda et al. (2011) melaporkan bahwa DM tipe II dapat menyebabkan otolith mudah terlepas di kanalis semisirkularis. Pasien dengan DM tipe II lebih sering menderita BPPV, tetapi hal ini tidak berhubungan dengan durasi penyakit. Pasien dengan kelainan metabolisme dapat menimbulkan gejala dan simptom auditori dan vestibuler. Telinga dalam sensitif terhadap gangguan metabolisme glukosa dan level insulin; gejala yang paling sering muncul adalah vertigo, gangguan pendengaran, tinitus dan telinga penuh. Stria vaskuler

5 tergantung dari konsentrasi glukosa darah, sehingga perubahan glukosa darah dapat menyebabkan kelainan pendengaran dan keseimbangan (Klagenberg, 2007). Sejumlah kelainan metabolisme glukosa mempengaruhi fungsi telinga dalam. Kelainan yang melibatkan metabolisme karbohidrat paling sering menyebabkan gangguan vestibuler dan auditori, dan paling sering adalah kasus yang disebabkan kelainan metabolisme glukosa. Pasien biasanya mengeluhkan vertigo, rasa seperti melayang, tinitus, lemas, berkeringat dan gemetar. Hipoglikemia, hiperglikemia dan perubahan level insulin yang ringan cukup menyebabkan gangguan pada labirin. Gangguan metabolik merupakan faktor penyebab mayor pada disfungsi vestibuler atau faktor yang memperburuk kelainan vestibuler yang sudah ada (Serra et al., 2009).Vertigo atau dizziness yang terjadi pada pasien DM yang berhubungan dengan disfungsi dari vestibuler (Zhang, 2008). Prevalensi otolit pada kanal semisirkularis lateral dan posterior secara signifikan lebih tinggi pada DM tipe 1 dibanding orang normal. Prevalensi dari otolit ini berhubungan dengan lama DM dan umur. DM tipe 1 berhubungan dengan deposit bebas yang mengapung di kanalis semisirkularis. Pasien DM tipe 1 dengan durasi penyakit yang lebih lama meningkatkan probabilitas terjadinya benign paroksismal positional vertigo (Yoda et al., 2011). Prevalensi neuropati diabetik sangat berhubungan dengan lama menderita DM, usia, status jender, dan pengendalian metabolik, dan didapatkan pada 20,8% (19,1-22,5%) pasien lama DM kurang dari 5 tahun dan 36,8% (34,9-38,7%) pasien lama menderita DM lebih dari 10 tahun (Young et al., 1993).

6 Kelompok pasien diabetes dengan durasi lebih dari sama dengan 5 tahun lebih sering mengalami aterosklerosis dibandingkan dengan durasi kurang dari 5 tahun (71,4% vs. 34,0%). Selain itu, durasi DM juga bisa untuk memprediksi proses perkembangan ateriosklerosis pada pembuluh darah serebral(dikanovic et al., 2005). Beberapa faktor yang berhubungan dengan BPPV telah dilaporkan, termasuk usia lanjut, status jenderperempuan, penyakit telinga yang lain, trauma kepala, migren, diabetes dan osteoporosis (Cohen, 2004). Partikel kecil yang mungkin menyebabkan BPPV masuk ke kanalis semisirkularis memicu aliran endolimfe karena perubahan partikel karena posisi kepala.pada penelitian yang dilakukan oleh Yoda et al. (2011), melaporkan bahwa terdapat prevalensi yang lebih tinggi adanya otolit pada pasien dengan DM tipe II dibandingkan populasi normal. Kelainan vestibuler pada pasien diabetes muda berhubungan secara langsung dengan durasi sakit dan pengendalian faktor metabolik yang jelek. Kelainan sistim vestibuler perifer pada pasien diabetes lebih sering muncul pada penderita DM dengan durasi penyakit lebih dari5 tahun atau lebih dibandingkan yang kurang dari 5 tahun(abdel, 2011). B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) Vertigo perifer merupakan keluhan yang sering yang membawa pasien datang ke dokter.

7 2) Komplikasi DM tipe 2 baik mikroangiopati maupun makroangiopati bisa menyebabkan keluhan vertigo baik perifer.. 3) Pengaruh lama menderita DM terhadap vertigo perifer masih belum jelas. 4) Penelitian tentang pengaruh antara lama menderita DM tipe 2 dengan vertigo periferbelum pernah dilakukan di Yogyakarta. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas timbul pertanyaan penelitian, yaitu apakah pasien yang lebih lama menderita DM tipe II mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya vertigo perifer. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara lama menderita DM tipe 2 dengan terjadinya vertigo perifer. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala komplikasi mikroangiopati maupun makroangiopati dalam hal ini vertigo perifer sehingga penatalaksanaan dan pencegahan bisa lebih tepat dan spesifik, dan juga bisa untuk mulai melakukan pencegahan dan pelacakan lebih lanjut dari komplikasi DM tipe 2 yang lain dan diharapkan dapat menambah pengetahuan tenaga kesehatan dan masyarakat tentang pengaruh lama menderita DM terhadap kejadian vertigo perifer F. Keaslian Penelitian Setelah dilakukan penelusuran terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu, belum didapatkan kesimpulan yang dapat menghubungkan antara lama

8 menderita DM tipe 2vertigo perifer dengan terjadinya vertigo perifer. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Yogyakarta. Penelitian sebelumnya tercantum pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian vertigo dan DM sebelumnya Peneliti,Judul Metode Hasil Cross sectional Renaud et al., 2009. Neuro-otologic symptoms in patients with type 2 diabetes mellitus Rigon et al., 2007. Otoneurologic findings in type 1 Diabetes mellitus patients. Santos dan Bittar, 2012. Vertigo and metabolic disorder Fonseca et al., 2006. Correlation between dizziness and impaired glucose metabolism. Clinical prospektive Retrospektif Studi kasus kontrol Pasien dengan DM tipe 2 lebih sering mngeluhkan gejala dizziness (49%). DM tipe 1 dapat mempengaruhi organ organ vestibuler. Prevalensi dizziness pada kelainan metabolik lebih tinggi Dizziness nerupakan indikator perubahan metabolisme glukosa pada respon vectoelectronystagmography. Penelitian ini Studi kasus kontrol Menilai pengaruh lama DM terhadap vertigo perifer