BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

dokumen-dokumen yang mirip
Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

EVALUASI DAN PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MOTONGKAD UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB V ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Evaluasi dan Optimalisasi Sistem Pengolahan Air Minum Pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jaluko Kapasitas 50 L/S Kabupaten Muaro Jambi

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

PENINGKATAN KUALITAS AIR PDAM MENGGUNAKAN GERABAH DENGAN LARUTAN PERAK NITRAT (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

PENDAHULUAN. 1 dan 2

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM DI KABUPATEN WAROPEN DAN PELABUHAN WAPEGO DESIGN OF DRINKING WATER INSTALLATION OF WAROPEN

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR PUNGGOLAKA

Desain Mobile Unit Instalasi Pengolahan Air Minum untuk Kondisi Darurat Bencana Banjir Menggunakan Membran Mikrofiltrasi

PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI AIR BERSIH IBUKOTA KECAMATAN NUANGAN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA WUWUK BARAT, KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

Gambar 4. Kondisi ekosistem sekitar intake PDAM Tirta Pakuan

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

Teori Koagulasi-Flokulasi

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

Oleh: ARSIANUS KELAWU NIM:

PROSES PENGOLAHAN AIR BAKU MENJADI AIR BERSIH PADA PDAM TIRTANADI IPA DELI TUA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari:

3. METODE PENELITIAN

4.1. PENGUMPULAN DATA

Pengelolaan Air Bersih

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB IV METODE PENELITIAN

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

KOAGULASI 9. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

EVALUASI DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR PDAM IBU KOTA KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM CENDANA SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR. Oleh :

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung PENDAHULUAN

Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia Belanda) dengan memanfaatkan mata air gunung jati dengan kapasitas 5 L/det. PDAM Kota Kendari sebagai badan pengelola air bersih bagi masyarakat Kota Kendari pada awal didirikan merupakan BUMD milik Kabupaten Kendari dengan Perda No. Tahun 1976. dengan terbentuknya Kotamadya Kendari pada tahun 1995 PDAM kemudian beralih status menjadi milik Pemda Kotamadya Kendari. Pelayanan air bersih kepada masyarakat Kota Kendari dimulai secara bertahap setelah selesainya pembangunan intake dan Instalasi Pengolahan Air Bersih dengan mendapat bantuan dari pemerintah Perancis (1977-1980) yang memanfaatkan air baku dari Sungai Pohara yang dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Punggolaka dengan sistem pengolahan lengkap yang kemudian didistribusikan ke konsumen. Kapasitas IPA Punggolaka saat ini sebesar 2 l/det dengan pelayanan sebesar 41%. Pelayanan air bersih dilakukan hanya melalui sambungan rumah yaitu sebanyak 1685 sambungan. Terhadap Instalasi Pengolahan Air Minum Punggolaka ini perlu dilakukan suatu proses evaluasi untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi dari unit-unit pengolahan yang ada dan juga untuk mengoptimalkan kapasitas pengolahan instalasi eksisting. Untuk itu, pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai evaluasi dari IPA Punggolaka. Novi Yanti Kimsan - 15006 V-1

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det Gambar V.1. Skematik Transmisi Air Baku dari Sungai Pohara ke IPA Punggolaka Novi Yanti Kimsan - 15006 V-2

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det Gambar V.2. Skematik Instalasi Pengolahan Air Eksisting Novi Yanti Kimsan - 15006 V-

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det V.2. Unit-unit Pengolahan IPA Punggolaka IPA yang ada di Instalasi Pengolahan Air Minum Punggolaka mempunyai unit-unit pengolahan yang terdiri dari : 1. intake 2. unit repertisi (koagulasi). unit pulsator 4. unit filtrasi 5. desinfeksi 6. reservoir V.2.1. Intake Sungai pohara yang dijadikan sebagai sumber air baku terletak pada ketinggian +4,10. Intake merupakan saluran terbuka yang dilengkapi dengan bar screen dan bak pengumpul. Bangunan intake ini didirikan pada tahun 1984. Air baku yang diambil dari Sungai Pohara disaring oleh bar screen. Kemudian air ditransmisikan dengan sistem pemompaan melalui pipa DCIP berdiameter 600 mm menuju ke instalasi pengolahan air. Saat ini, intake Pohara memiliki dua buah pompa screw yang digunakan sebagai penimba air dari sungai dengan kapasitas masingmasing 450 L/det dan kebutuhan listrik 80 kw/unit. Kedua pompa ini dioperasikan secara bergantian. Selain itu, intake Pohara memiliki tiga buah pompa sentrifugal yang digunakan sebagai pompa tekan ke pengolahan dengan kapasitas masing-masing 200 L/det dan kebutuhan listrik sebesar 250 kw/unit. Namun hanya 1 buah pompa screw dan 1 buah pompa sentrifugal yang dapat dioperasikan karena daya PLN yang tersedia hanya sebesar 555 kva. Permasalahan yang sering dialami intake IPA Punggolaka adalah pompa yang tidak bisa digunakan akibat pemadaman listrik oleh PLN dan genset yang sering terganggu. Pada perencanaan pengembangan IPA, dilakukan penambahan debit sebesar 72,71 L/det pada tahap I dan 529,84 L/det pada tahap II. Berdasarkan kapasitas pompa eksisting, intake eksisting masih dapat digunakan pada pengembangan tahap I, namun pada tahap II sudah tidak Novi Yanti Kimsan - 15006 V-4

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det dapat lagi digunakan karena kapasitas pompa tidak memenuhi debit perencanaan, sehingga dibutuhkan unit intake baru. Intake baru ini akan dibangun di sebelah intake yang telah ada sebelumnya karena lokasinya sudah memenuhi sebagian besar syarat yang telah dibahas pada bab IV. V.2.2. Unit repertisi (koagulasi) Unit repertisi yang terdapat di IPA Punggolaka menggunakan sistem buffled mixing. Pemberian dosis koagulan dilakukan berdasarkan hasil jar test. Pada unit repertisi terdapat beberapa perlengkapan untuk menunjang operasi proses repertisi, yaitu : 1 buah bak pembuat dan penyimpan larutan koagulan (Al 2 (SO 4 ) ); buah pompa untuk mentransfer larutan tawas menuju bak repertisi berkapasitas 900 L/jam; pipa PVC berdiameter ¾ dan 1 yang mengalirkan larutan tawas dari pompa menuju bak repertisi Larutan tawas yang telah tercampur dipompakan melalui pipa PVC berdiameter ¾ dan 1 menuju ke bak penampung sementara, kemudian dari bak penampung tersebut larutan dialirkan ke bak repertisi. Bak penampung berfungsi untuk mencegah terhentinya pengaliran tawas pada saat pemadaman listrik oleh PLN. Gambar V.. Bak Pembubuh Alum IPA Punggolaka Novi Yanti Kimsan - 15006 V-5

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det Gambar V.4. Pipa yang Mengalirkan Larutan Tawas ke Bak Repertisi Gambar V.5. Bak Penampung Larutan Tawas Sementara Gambar V.6. Bak Repertisi Permasalahan yang sering terjadi pada unit repertisi adalah sering terjadi kerusakan pada pompa dosing akibat umur pompa yang sudah tua. Selain itu, penggunaan sistem baffled mixing tidak sesuai jika terdapat fluktuasi debit yang cukup besar dan tidak memungkinkan untuk Novi Yanti Kimsan - 15006 V-6

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det mengubah gradien kecepatan untuk penggunaan yang lebih luas (Reynold, 1982). Data Eksisting Unit Repertisi Volume 90,5 m Headloss (h l ) 0, m μ 8,8 x 10-5 kg.det/m 2 pada suhu 26,5 C Evaluasi Unit Repertisi Evaluasi unit repertisi dilakukan dengan cara membandingkan waktu detensi dan hasil perhitungan gradien kecepatan (G) berdasarkan data eksisting dengan kriteria desain. Berikut ini perhitungan waktu detensi dan gradien kecepatan berdasarkan data eksisting : Waktu detensi T V Q 90,5m 0,2 m / det 88 det Gradien kecepatan γhl G μ T 997 x0, 8,8 x10 5 x88 9 det -1 Gtd G x T 9 x 88 6084 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh gradien kecepatan, dan nilai Gtd masing-masing sebesar 88 detik -1 dan 6084. Sedangkan kriteria desain gradien kecepatan adalah 100 detik -1, dan Gtd sebesar 1000. Dengan demikian, kondisi eksisting sesuai dengan kriteria desain yang ada. Pada perencanaan pengembangan instalasi air bersih, dilakukan penambahan debit sebesar 72,71 L/det pada tahap I dan 529,84 L/det pada tahap II. Berikut ini merupakan perhitungan nilai gradien kecepatan dan nilai Gtd pada tiap tahap perencanaan tersebut untuk mengetahui apakah unit repertisi yang ada memenuhi kriteria desain untuk debit perencanaan tahap I dan tahap II. Tahap I Waktu detensi Novi Yanti Kimsan - 15006 V-7

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det T V Q 90,5m 0,7 m / det 24 det Gradien kecepatan γhl G μ T 997 x0, 8,8 x10 5 x 24 118 det -1 Gtd G x T 24 x 118 28647 Tahap II Waktu detensi T V Q 90,5m 0,50 m / det 170 det Gradien kecepatan γhl G μ T 997 x0, 8,8 x10 5 x170 141 det -1 Gtd G x T 170 x 141 2970 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai G dan Gtd pada tahap I dan tahap II memenuhi kriteria desain, sehingga dalam perencanaan pengembangan IPA, unit repertisi ini dapat dipergunakan lagi. V.2.. Unit pulsator Pada IPA Punggolaka terdapat dua unit pulsator dengan spesifikasi yang sama. Air yang berasal dari bak repertisi dialirkan menuju kedua unit pulsator melalui empat buah pipa berdiameter 00 mm yang terdapat di bawah permukaan tanah. Air mengalir dari bawah pulsator ke atas dengan kecepatan tertentu. Pembuangan lumpur dilakukan setiap 15 menit. Novi Yanti Kimsan - 15006 V-8

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det Gambar V.7. Pembuangan Lumpur dari Pulsator Permasalahan yang ada pada unit pulsator adalah pulsator tidak dioperasikan dengan benar. Air dialirkan secara kontinu ke dasar sludge blanket, sehingga lumpur pada akhirnya berhenti menyaring zat tersuspensi dalam air. Kemudian terbentuk zona-zona pengendapan lumpur yang berlapis-lapis dan berbeda ketebalan serta kepekatan lumpurnya. Jika air didistribusikan tidak kontinu, cepat, dan dengan kecepatan yang tinggi, kemudian dihentikan selama beberapa waktu, sludge yang terbentuk akan merata di semua bagian, tidak berlapis-lapis, dan kemudian mengendap di bawah. Pada perencanaan pengembangan IPA, dilakukan penambahan debit sebesar 72,71 L/det pada tahap I dan 529,84 L/det pada tahap II. Untuk mengetahui apakah pulsator masih dapat digunakan pada tiap tahap perncanaan, dilakukan perhitungan nilai gradien kecepatan pada tipa tahap perencanaan tersebut. Kriteria desain gradien kecepatan untuk proses flokulasi sebesar 10 100 det -1. Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung gradien kecepatan adalah : G υ H Avc (Laporan KP Haposan Siburian, 1998) t C dimana : G gradien kecepatan (det -1 ) υ ρ/μ ; ρ densitas (kg/m ) μ viskositas absolut (kg/m.det) H h 1 h 0 ; Novi Yanti Kimsan - 15006 V-9

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det h 1 ketinggian air maksimum pada saat suction time (20 40 det) (m) h 0 ketinggian air tanpa pulsasi (m) A vc luas permukaan vacuum chamber (m 2 ) t waktu terjadinya momentum atau flushing time (5 20 det) C volume zona flokulasi (m ) Tabel V.1 dan Tabel V.2 menunjukkan hasil perhitungan gradien kecepatan dan nilai Gtd pada variasi suction time dan flushing time di tiap tahap perencanaan. υ 1158954 det/m 2 Avc 2,25 m 2 C 659,8 m Tabel V.1. Hasil Perhitungan Gradien Kecepatan dan Nilai Gtd Pada Variasi tc Suction Time dan Flushing Time Tahap I tf5 sec tf10 sec tf15 sec tf20 sec H G Gt H G Gt H G Gt H G Gt 20 0,87 5,9 29,4 1,74 16,6 166,5 2,6 0,6 458,8,5 47,1 941,8 0 0,87 5,9 29,4 1,74 16,6 166,5 2,6 0,6 458,8,5 47,1 941,8 40 0,87 5,9 29,4 1,74 16,6 166,5 2,6 0,6 458,8,5 47,1 941,8 Tabel V.2. Hasil Perhitungan Gradien Kecepatan dan Nilai Gtd Pada Variasi tc Suction Time dan Flushing Time Tahap II tf5 sec tf10 sec tf15 sec tf20 sec H G Gt H G Gt H G Gt H G Gt 20 1,24 9,98 49,9 2,5 28,2 282,2,7 51,8 777,7 4,9 79,8 1596 0 1,24 9,98 49,9 2,5 28,2 282,2,7 51,8 777,7 4,9 79,8 1596 40 1,24 9,98 49,9 2,5 28,2 282,2,7 51,8 777,7 4,9 79,8 1596 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa semua nilai gradien kecepatan pada berbagai variasi suction time dan flushing time di tiap tahap perencanaan memenuhi kriteria desain, kecuali nilai gradien kecepatan pada flushing time 5 detik di tahap I. Dengan demikian, pulsator masih dapat digunakan pada perencanaan pengembangan IPA dengan menyesuaikan suction time dan flushing time. Novi Yanti Kimsan - 15006 V-10

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det V.2.4. Unit filtrasi Data Eksisting Unit Filtrasi Dari unit pulsator, air dialirkan menuju unit filtrasi melalui kanal dengan tinggi kanal dan lebar kanal berturut-turut 50 cm dan 0 cm. Unit filtrasi IPA Punggolaka merupakan unit filtrasi saringan pasir cepat. pada IPA Punggolaka terdapat enam unit filtrasi dengan dimensi masing-masing sebagai berikut : Panjang Lebar Tinggi 8,6 m 2,88 m 2,4 m Media untuk setiap bak filter adalah pasir kuarsa Evaluasi Unit Filtrasi Evaluasi unit filtrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan kecepatan filtrasi berdasarkan data eksisting dengan kriteria desain. Berikut ini perhitungan kecepatan filtrasi berdasarkan data eksisting : Debit tiap bak, q Q,2 m / det q 0,088 m n 6 Kecepatan filtrasi, v f 0 / det q 0,088 m / det v f 0,00157 m / det A 8,6 m 2,88 m Berdasarkan hasil perhitungan, kecepatan filtrasi kondisi eksisting sebesar 0,00157 m/det. Sedangkan kriteria desain untuk kecepatan filtrasi adalah 0,001157 0,00472 m/det (Fair, Geyer, & Okun, 1958). Dengan demikian kondisi eksisting unit filtrasi sudah memenuhi kriteria desain. Pada bab IV telah disebutkan bahwa debit yang dibutuhkan pada tahap I sebesar 72,71 L/det dan debit yang dibutuhkan pada tahap II sebesar 529,84 L/det. Berikut ini adalah evaluasi unit filtrasi untuk pengoperasian tiap tahap perencanaan. a. Tahap I Debit tiap bak, q Novi Yanti Kimsan - 15006 V-11

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det Q,7 m / det q 0,062 m n 6 Kecepatan filtrasi, v f b. Tahap II 0 / det q 0,062 m / det v f 0,0025 m / det A 8,6 m 2,88 m Debit tiap bak, q Q,50 m / det q 0,088 m n 6 Kecepatan filtrasi, v f 0 / det q 0,088 m / det v f 0,0057 m / det A 8,6 m 2,88 m Perbandingan hasil perhitungan kecepatan filtrasi tiap tahap perencanaan dengan kriteria desain dapat dilihat pada Tabel V. berikut ini. Tabel V.. Perhitungan Hasil Evaluasi Unit Filtrasi Tiap Tahap Perencanaan Tahap Perencanaan Parameter Satuan Kriteria Desain Hasil evaluasi Keterangan Tahap I Kecepatan 0,001157 0,0025 Memenuhi m/det Tahap II filtrasi 0,00472 0,006 Tdk memenuhi Berdasarkan tabel di atas, unit filtrasi yang ada pada saat ini masih dapat dipergunakan pada perencanaan tahap I. Namun unit ini tidak dapat dipergunakan kembali pada tahap II sehingga diperlukan unit filtrasi yang baru untuk memenuhi kriteria desain unit fltrasi. V.2.6. Desinfeksi Proses desinfeksi di IPA Punggolaka menggunakan desinfektan berupa bubuk klor sebanyak 2, kg/hari yang telah dilarutkan terlebih dahulu. Proses desinfeksi atau pembubuhan senyawa klor aktif pada air yang telah diolah ini dilakukan pada unit repertisi. Pembubuhan disinfektan pada bak repertisi tidak efektif karena masih terdapat kandungan besi yang dapat mengurangi efisiensi Novi Yanti Kimsan - 15006 V-12

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det penyisihan bakteri. Dengan demikian, pada pengembangan IPA Punggolaka, disinfektan dibubuhkan pada pipa menuju reservoir. Gambar V.8. Bak Pelarut Kaporit Gambar V.9. Pembubuhan Disinfektan pada Bak Repertisi V.2.7. Reservoir Data Eksisting Reservoir Kapasitas reservoir eksisting untuk menampung air yang akan didistribusikan ke konsumen adalah x 22 x 5 m. Volume reservoir dihitung berdasarkan perbedaan antara suplai dan pemakaian yang dinyatakan dalam defisit dan surplus. Defisit dan surplus yang digunakan dalam perencanaan IPA Punggolaka sebesar 20,8%. Evaluasi Unit Reservoir Evaluasi unit reservoir dilakukan dengan menghitung volume reservoir yang harus disediakan untuk mengatasi pemakaian air minum. Perhitungan debit air yang masuk ke reservoir : Novi Yanti Kimsan - 15006 V-1

Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det V 22 5 Q 0,2017m 20,8% 86400 20,8% 86400 / det Dari perhitungan di atas, debit air yang seharusnya masuk ke reservoir hanya sebanyak 201,7 L/det. Novi Yanti Kimsan - 15006 V-14