BAB II TINJAUAN TEORITIS. kerja, yaitu teori-teori; kebutuhan, harapan, dan keadilan (Wijono, 2010). Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

perusahaan didenda oleh BAPEPAM (Winarno dalam Christiawan, 2003).

ABSTRAK. Kata kunci: obedience pressure, kompleksitas tugas, senioritas auditor, audit judgment

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Grand Theory Utility ( teori dasar atas nilai guna)

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini audit telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama

Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB II. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. (Daljono dan Fitriani,

Disusun Oleh : DHITA MILASARI B

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama rentang waktu dua dekade terakhir, lingkungan organisasional

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan kepada masyarakat pemodal, perlu adanya ketentuan untuk mengatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, hal ini disebabkan karena laporan keuangan dijadikan sebagai. indikator pengukuran kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terjadi. Selain mempertahankan didunia usaha, perusahaan dapat

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan yang lain tidak. Dalam praktiknya, manajer yang tidak berpengalaman sering

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BAB V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan perusahaan menyebabkan dibutuhkannya pihak ketiga yang independen

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh manajemen ini diharapkan dapat memberikan gambaran. mengenai kinerja manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi perusahaan dengan para pemangku kepentingan yang berisi informasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang akuntan publik harus memperhatikan kualitas auditnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori berisikan pengertian mengenai masing-masing variabel

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap opini Badan. Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan perlu dijaga dan hal itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Motivasi Motivasi dalam bahasa inggris disebut motivation yang berasal dari bahasa latin movere yang dimaksud menggerakkan. Secara umum ada tiga kelompok teori motivasi yang dihubungkan dengan tindakan kerja, yaitu teori-teori; kebutuhan, harapan, dan keadilan (Wijono, 2010). Menurut Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berada dalam diri manusia yang akan memengaruhi cara bertindak, dengan demikian motivasi pada kinerja diri auditor akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Arti lain bahwa insentif kinerja yang dilakukan oleh auditor mampu memberikan pengaruh atau mampu memperbaiki kinerja audit judgment. Kekuatan dari motivasi yangmendasari bukanlah suatu kebutuhan, namun adalah suatu keharusan (Rahayu, 2014). Teori motivasi berprestasi pertamakali diperkenalkan oleh Murray yang diistilahkan dengan 11

need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan nach. Pada dasarnya dalam diri setiap orang terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan yang bertujuan memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Motivasi adalah konsep penting bagi auditor, terutama dalam melakukan tugas audit. Auditor harus memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan audit dengan baik. Auditor yang memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya tidak akan dipengaruhi oleh tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksa. Auditor yang memiliki motivasi kuat juga akan terus berusaha menambah pengetahuan baik yang diperoleh dari pendidikan formal, kursus dan pelatihan untuk mendukung kinerjanya (Idris, 2012). 2.1.2 Teori Penetapan Tujuan Teori penetapan tujuan atau goal setting theory merupakan bagian dari teorimotivasi yang dikemukakan oleh Locke (1968). Teori ini menegaskan bahwa niat individu untuk mencapai sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Seorang individu dengan tujuan yang sulit, lebih spesifik dan menantang akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan tinjauan yang tidak jelas dan mudah. Locke mengungkapkan bahwa terdapat dua kategori tindakan yang diarahkan oleh tujuan (goal-directed action) yaitu: (a) no-consciously goal directed dan (b) consciously goal directed atau purposeful actions. Premis yang mendasari teori ini adalah kategori yang kedua yaituconsciously goal (Verbeeten, 2008) dimana dalam conscious goal, ide-ide berguna untuk mendorong individu untuk bertindak. 12

Seorang auditor yang memahami betul apa yang dia harapkan atas hasil kinerjanya, tidak akan bersikap disfungsional meskipun mendapat tekanan dari auditan maupun atasan dan mendapat tugas audit yang kompleks. Hal-hal tersebut tidak akan memengaruhi judgment yang dihasilkannya. Auditor seharusnya memahami bahwa tugas seorang auditor adalah sebenarnya melayani masyarakat, hendaknya judgment yang dihasilkan adalah demi kebaikan masyarakat dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan terhadap laporan audit yang dihasilkan auditor,sehingga meskipun atasan maupun klien mendorongnya untuk bersikap menyimpang, auditor akan tetap bersikap profesional sesuai dengan etika profesi dan standar profesional yang berlaku (Rahayu, 2014). Auditor harus memiliki sebuah penetapan tujuan, hal ini diperlukan berkaitan dengan tekanan anggaran waktu dimana bila auditor memiliki waktu yang sangat terdesak maka auditor harus tetap fokus dengan apa yang dikerjakan agar tujuan awal yang telah disepakati berjalan sesuai dengan yang direncanakan. 2.1.3 Audit Judgment Auditor membuat judgment dengan kesadaran bahwa penilaiannya akan ditinjau dan akan dimintai keterangan pertanggungjawaban. Salah satu kualitas terpenting dalam membuat judgment profesional adalah kemampuan untuk membenarkan penilaian tersebut. Menurut Jamilah (2007) audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada penentuan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, status atau peristiwa lainnya. Judgment merupakan cara pandang auditor dalam 13

menanggapi semua informasi yang berhubungan dengan tanggungjawab dan risiko audit yang dihadapi oleh auditor. Judgment merupakan suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit keuangan dari suatu entitas. Judgment dari auditor yang lebih berpengalaman akan lebih intuitif daripada auditor yang kurang berpengalaman karena pengaruh kebiasaan dan kurang melalui proses pemikiran dari judgment itu sendiri. Jugdment dalam audit tergantung pada kualitas dari keyakinan yang diperoleh melalui pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti. Sementara itu, pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti memerlukan upaya analisis atas fakta-fakta yang terjadi yang melatarbelakangi asersi yang sedang terjadi (Idris, 2012). Objektifitas auditor dalam melakukan review pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh auditor dapat terganggu karena tanggungjawab dalam satu periode yang mereka audit dapat memengaruhi penilaian dan judgment yang diberikan. 2.1.4 Tekanan Ketaatan Tekanan ketaatan diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior atau bawahan dari auditor yang lebih senior atau atasannya dan kliennya untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar etika dan profesionalisme (Irwanti, 2011). Hal ini pasti akan menimbulkan tekanan pada diri auditor itu sendiri untuk menuruti atau tidak menuruti keinginan klien ataupun atasannya. Oleh sebab itu, seorang auditor seringkali dihadapkan pada dilema penerapan standar profesi auditor dalam pengambilan keputusannya (Jamilah, 2007). Ashton (1990) menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang 14

dapat memengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Tekanan-tekanan dalam penugasan audit bisa dalam bentuk budget waktu, deadline, justifikasi ataupun akuntabilitas atau dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan kepentingan seperti partner ataupun klien, sehingga terkadang tekanan ini dapat membuat auditor mengambil tindakan yang melangar standar pemeriksaan. Auditor yang independen dapat didefenisikan sebagai auditor yang memiliki kemampuan untuk menahan tekanan dari klien ataupun dari atasan untuk melakukan hal yang menyimpang dari kode etik yang telah ditetapkan dan selalu bersikap profesional sesuai dengan aturan yang berlaku (Meuwissen et al, 2003). 2.1.5 Senioritas Auditor Senioritas auditor selain menunjukkan lamanya masa tugas dari auditor tersebut, juga memberikan gambaran tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor (Mulyana, 2012). Asumsinya yaitu semakin senior auditor tersebut, maka semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki tentang proses audit, sehingga judgment yang dihasilkan akanrelative lebih baik dibanding dengan auditor yang baru dalam melaksanakan audit (Rahayu, 2014). Contohnya, saat auditor tersebut dihadapkan dengan permasalahan pada prosedur audit.jika ada kendala, maka auditor senior dapat mengatasi dan mencari solusi yang lebih cepat dan baik dibanding auditor yang baru karena pengalaman yang dimiliki oleh auditor yang lebih senior. 15

Semakin luas pengalaman seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semakin tinggi senioritas auditor maka dia akan semakin mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan (Rahayu, 2014). Auditor yang lebih senior akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional dibanding auditor yang belum senior. 2.1.6 Tekanan Anggaran Waktu Tekanan anggaran waktu adalah kendala waktu yang dan atau mungkin timbul dari keterbatasan sumber daya yang dialokasikan untuk melaksanakan tugas (De Zoort dan Lord,1997). Menurut Ahituv dan Igbaria (1998), adanya tekanan anggaran waktu dapat memengaruhi kinerja seseorang. Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu, sehingga dapat memengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas. Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Liyanarachchi dan McNamara (2007) memberikan pendapat serupa bahwa tekanan anggaran waktu dapat mengakibatkan perilaku menyimpang auditor, yang dapat memberikan implikasi yang serius bagi kualitas audit, etika, dan kesejahteraan auditor. Auditor mengurangi pekerjaan hanya pada prosedur audit tertentu, bergantung pada bukti kualitas yang lebih rendah, melakukan premature sign-off, 16

bahkan menghilangkan sebagian prosedur audit yang seharusnya (Aldermandan Deitrick, 1982). 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap Audit Judgment Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dimana keadaan ini, auditan bisa memengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Auditan bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Auditor secara umum dianggap termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan auditan berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa mendapatkan sanksi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir (Irwanti, 2011). Praditaningrum (2012) menyatakan bahwa tekanan ketaatan mengarah pada tekanan yang berasal dari atasan atau dari auditor senior ke auditor junior dan tekanan yang berasal dari entitas yang diperiksa untuk melaksanakan penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan. Penelitian dari Hartanto (2001) dan Wijayatri (2010) 17

juga memberikan bukti bahwa tekanan ketaatan dapat memengaruhi auditor dalam membuat suatu judgment. Hasil Penelitian Jamilah (2007) dan Astriningrum (2012) menyatakan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Namun, hasil penelitian Idris (2012) menyatakan bahwa tekanan ketaatan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H 1 : tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment. 2.2.2 Pengaruh Senioritas Auditor Terhadap Audit Judgment Senioritas auditor memberikan gambaran tentang lamanya auditor tersebut aktif melakukan audit. Semakin lama masa aktif audit seorang auditor, maka semakin baik pula judgment yang dihasilkan oleh auditor tersebut, karena semakin senior auditor maka semakin banyak pula pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, auditor akan memiliki keahlian yang dibutuhkan dalam proses audit. Selain itu, klien akan cenderung tidak berusaha memengaruhi auditor dan kebijakan yang sudah ada sehingga laporan auditor dapat lebih independen (Rahayu, 2014). Penelitian Iyer dan Rama (2004) menunjukkan jika klien yang diaudit lebih senior daripada auditor (umur dan pengalaman), maka akan memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap klien untuk memengaruhi kebijakan audit yang dibuat oleh auditor. Ini berarti jika auditor yang melakukan audit terhadap klien lebih senior, maka klien tersebut akan merasa tidak yakin dapat memengaruhi kebijakan audit. Sehingga judgment yang dibuat auditor lebih independen. 18

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014) menyatakan bahwa variabel tingkat senioritas auditor tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari Mulyana (2012) bahwa tingkat senioritas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H 2 : senioritas auditor berpengaruhterhadap audit judgment. 2.2.3 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Audit Judgment Auditor sering kali dihadapkan pada keterbatasan anggaran dan waktu audit.menurut Ahituv dan Igbaria (1998) adanya tekanan anggaran waktu dapat memegaruhi kinerja seseorang. Auditor sering kali bekerja dalam keterbatasan waktu, sehingga dapat memengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas. McDaniel (1990) menemukan bahwa tekanan anggaran waktu menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan. Tekanan anggaran waktu audit terjadi pada saat satuan kerja audit mengalokasikan sejumlah waktu audit yang sedikit yang digunakan oleh auditor untuk menyelesaikan prosedur audit tertentu (Margheim et al., 2005). Waktu yang dianggarkan untuk seorang auditor untuk menyelesaikan tugasnya sangat sedikit, tidak sebanding dengan tugas yang harus ditanganinya. Hal tersebut dapat memicu auditor untuk memberikan judgment yang tidak sesuai. Penelitian yang dilakukan oleh Christy (2015) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap audit judgment. Sedangkan hasil penelitian 19

dari Darusman (2013) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil penelitian yang ditemukan dari Tielman (2012) bahwa tekanan anggaran waktu terhadap audit judgment. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H 3 : tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap audit judgment. 20