Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Pengaruh Waktu Pelapisan Spermatozoa Sapi Pada Media TALP yang Disuplementasi bovine serum albumin (BSA) Terhadap Jenis Kelamin Embrio In vitro

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Penggunaan Pregnant Mare's Serum Gonadotropin (PMSG) dalam Pematangan In Vitro Oosit Sapi

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

MATERI 6 TRANSPORTASI SEL GAMET DAN FERTILISASI

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

Pengaruh Serum Domba dan Serum Domba Estrus terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Oosit Domba In Vitro

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap Pola Kapasitasi dan Reaksi Akrosom Spermatozoa Domba In Vitro

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

KUALITAS DAN PROPORSI SPERMATOZOA X DAN Y SAPI Limousin SETELAH PROSES SEXING MENGGUNAKAN GRADIEN DENSITAS ALBUMIN PUTIH TELUR ABSTRACT

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENGARUH PENCUCIAN SPERMA DENGAN LAMA WAKTU SENTRIFUGASI YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SPERMA KAMBING BLIGON

Kualitas sperma sapi hasil sexing setelah kapasitasi secara in vitro

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

PROPORSI X DAN Y, VIABILITAS DAN MOTILITAS SPERMATOZOA DOMBA SESUDAH PEMISAHAN DENGAN PUTIH TELUR

Proporsi dan Karakteristik Spermatozoa X dan Y Hasil Separasi Kolom Albumin

KUALITAS SEMEN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGENCER SARI WORTEL PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis

PENGARUH PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN (PMSG) PADA MATURASI DAN FERTILISASI IN VITRO OOSIT KAMBING LOKAL

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

PENGARUH PENAMBAHAN HORMON PADA MEDIUM PEMATANGAN TERHADAP PRODUKSI EMBRIO SECARA IN VITRO

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

Proporsi X dan Y, Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Domba Sesudah Pemisahan dengan Albumin Putih Telur

Addition on Sperm Quality in Goat Semen Diluted with Various Solutions)

PENGARUH PEMISAHAN SPERMATOZOA X DAN Y DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWIM UP TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

CURRICULUM VITAE. B. Pendidikan, Penataran, Training 1. Pendidikan Sarjana

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

INTEGRITAS SPERMATOZOA KERBAU LUMPUR (BUBALUS BUBALIS) PADA BERBAGAI METODE PEMBEKUAN SEMEN

SEPARASI SPERMATOZOA X DAN Y MENGGUNAKAN LEVEL ALBUMIN YANG BERBEDA SEBAGAI MEDIA PEMISAH SPERMATOZOA BABI

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

Efektivitas Penambahan berbagai Konsentrasi Glutathion terhadap Daya Hidup dan Motilitas Spermatozoa Sapi Bali Post Thawing

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI DENGAN KUALITAS OOSIT DAN LAMA HARI TERBENTUKNYA BLASTOSIT FERTILISASI IN VITRO PADA SAPI FRIES HOLLAND

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

DNA (deoxy ribonucleic acid) yang membawa informasi genetik. Bagian tengah

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

TINGKAT PEMATANGAN OOSIT KAMBING YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO SELAMA 26 JAM ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN CRUDE TANNIN PADA SPERMA CAIR KAMBING PERANAKAN ETTAWA YANG DISIMPAN SELAMA 14 HARI TERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting. Ikan mas telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN HEMIKALSIUM DALAM MEDIUM FERTILISASI IN VITRO TERHADAP VIABILITAS DAN AGLUTINASI SPERMATOZOA SAPI [The Usage effect of Hemicalcium in a Medium of In Vitro Fertilization on Viability and Agglutination of Cattle Sperm] Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hemikalsium dalam medium fertilisasi in vitro terhadap viabilitas dan aglutinasi spermatozoa sapi. Semen dikoleksi dari epididimis sapi yang diambil dari Rumah Potong Hewan kota Padang. Hemikalsium yang digunakan sebagai perlakuan terdiri dari 4 level yaitu perlakuan A = 2,5 mm ; B = 5.0 mm; C = 7,5 mm dan D = 10 mm, serta 5 kelompok sebagai ulangan. Peubah yang diamati adalah motilitas, persen hidup spermatozoa dan aglutinasi spermatozoa. Rancangan yang dipakai untuk analisis data adalah rancangan acak kelompok, dengan uji wilayah ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan motilitas untuk perlakuan A; B; C; dan D masingmasing adalah 72%; 74%; 68% dan 62%. persentase spermatozoa hidup untuk perlakuan A; B; C dan D masing-masing 67,4 %; 64,6%; 70,2% dan 75,2%. aglutinasi spermatozoa pada perlakuan A; B; C dan D masing-masing adalah 12,5%; 14,9%; 18,1% dan 22,0%. Penggunaan hemikalsium dalam medium fertilisasi in vitro berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap viabilitas dan aglutinasi spermatozoa sapi. Kata kunci : fertilisasi,in vitro, semen, aglutinasi, epididimis ABSTRACT This research studied the effect of hemicalcium concentration in a medium of the in vitro fertilization to viability and agglutination of cattle sperm. Semen was collected from epididymis obtained from the slaughter house in Padang City. The treatment was hemicalcium concentration in the modified Brackett-Oliphant media (m B-O) at 4 different levels : A= 2.5 m M; B = 5.0 m M; C = 7.5 m M and D = 10 m M with 5 replications. The semen was cultured at 38 C in 24 hours to study the sperm motility, live sperm and sperm agglutination. A randomized block design was used to arrange the treatments, and data were tested using ANOVA and Duncan s multiple range test. The percentage of sperm motility in the treatment of A, B, C. and D were 72 ; 74; 68 and 62 %, respectively. The averages of percentage live sperm in treatment A ; B; C and D were 67.4; 64.6; 70.2 and 75.2%, respectively. The averages of sperm aglutination in treatment A; B; C; and D were 12.5 ; 14.9 ; 18.1 ; 22.0%, respectively. The hemicalcium concentration in the medium of in vitro fertilization affected ( P< 0.01 ) sperm motility, sperm live and sperm agglutination. Keywords : in vitro fertization, semen, agglutination, epidydymis 157

PENDAHULUAN Pemanfaatan dan pengembangan teknik transfer embrio dapat dilakukan melalui fertilisasi in vitro (FIV)untuk memproduksi embrio dalam jumlah yang banyak. Produksi embrio secara in vitro ini sudah banyak dilakukan pada berbagai spesies ternak seperti sapi (Trounson et al., 1994) dan kerbau (Totey et al., 1993). Bahan yang digunakan sebagai sumber gamet untuk FIV dapat berasal dari hewan yang masih hidup maupun dari hewan yang sudah dipotong atau mati. Epididimis hewan yang telah dipotong dapat digunakan sebagai sumber spermatozoa. Namun demikian potensi epididimis sebagai sumber gamet belum semuanya dimanfatkan untuk dapat mempertahankan viabilitas spermatozoa dalam waktu yang lama. Fertilisasi in vitro merupakan suatu teknik penetrasi oosit oleh spermatozoa yang terjadi di luar tubuh dalam suatu biakan sel mencakup maturasi oosit dan kapasitasi spermatozoa in vitro. Medium yang digunakan untuk kapasitasi masih perlu dimodifikasi untuk mendapatkan hasil FIV yang lebih baik. Salah satu usaha yang dilakukan pada teknik FIV adalah mencoba memodifikasi medium yang digunakan untuk meningkatkan viabilitas spematozoa sehingga mampu membuahi sel telur. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penambahan beberapa stimulan dalam medium seperti caffein, heparin dan hemicalsium dapat memperbaiki keberhasilan fertilisasi in vitro ( Niwa dan Ohgoda, 1988 ; De Smedt et al., 1992; Le Gal, 1996) pada ternak kambing. Penggunaan hemikalsium telah berhasil digunakan,terutama oleh ilmuwan Jepang pada tahap awal jalan kapasitasi dari sperma sapi jantan langsung meningkatkan kandungan Ca²+ dan menyebabkan reaksi akrosom (Hanada, 1985). Untuk stimulan sperma sapi dalam fertilisasi in vitro belum ada hasil penelitian yang dilaporkan. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian penggunaan hemikalsium dalam medium fertilisasi in vitro. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan penggunaan hemikalsium dalam medium fertilisasi terhadap viabilitas spermatozoa dan aglutinasi spermatozoa sapi. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan secara eskperimen di laboratorium Fisiologi Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Sebagai perlakuan adalah 4 dosis hemikalsium yang terdiri dari A= 2,5 mm B= 5,0 mm; C= 7,5 mm dan D= 10 Mm dalam medium mb-o dan lima ulangan sebagai kelompok. Epididimis yang diambil dari RPH dibawa dengan termos yang berisi larutan NaCl fisiologis. Semen dikeluarkan dengan mengiris bagian cauda epididimis dan ditekan sampai semen keluar yang ditampung dengan test tube dan diperiksa kualitas spermatozoa. Kapasitasi spermatozoa dilakukan dengan menggunakan modifikasi medium Brackett Oliphant (m B-O) yang ditambahkan dengan hemikalsium sesuai dengan perlakuan. Sebanyak 1 ml medium ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 250 µl semen lalu diinkubasi pada temperatur 38 C selama 30 menit. Kemudian disentrifugasi dan diambil sebanyak 500 µl bagian atas dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengamati karakteristik spermatozoa. Peubah yang diamati adalah motilitas, persentase hidup spermatozoa dan aglutinasi spermatozoa. Data dianalisis menggunakan sidik ragam sesuai rancangan acak kelompok dengan 4 Tabel 1. Motilitas Spermatozoa pada 4 Dosis Hemikalsium I 70,0 70,0 60,0 65,0 65,0 II 70,0 80,0 70,0 60,0 70,0 III 70,0 70,0 60,0 60,0 65,0 IV 70,0 70,0 70,0 60,0 67,5 V 80,0 80,0 80,0 70,0 77,5 72,0 74,0 68,0 62,0 158 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 [3] September 2006

perlakuan dan lima kelompok, yang dilanjutkan dengan uji lanjut wilayah ganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Motilitas Spermatozoa motilitas spermatozoa yang didapatkan dari 4 dosis hemikalsium yaitu A B, C dan D dapat dilihat pada Tabel 1. motilitas yang terendah didapatkan pada perlakuan D (62 %) dan yang tertinggi pada perlakuan B (74 %). Hasil penelitian menunjukakan bahwa semakin tinggi dosis hemikalsium maka semakin rendah motilitas spermatozoa. Hal ini berkaitan dengan energi yang dikeluarkan karena aktivasi yang meningkat dan cepat pula menjadi immotil. Hasil analisa statistik juga menunjukkan bahwa pengaruh dosis hemikalsium sangat nyata (P<0,01) menurunkan motilitas spermatozoa sapi. Demikian juga uji Duncan memperlihatkan bahwa motilitas spermatozoa sangat berbeda nyata (P<0,01) untuk antara perlakuan disebabkan karena adanya berbagai perubahan yang terjadi secara bersamaan diikuti oleh reaksi akrosom secara fisiologis pada keadaan adanya ion-ion kalsium bebas dan ekor spermatozoa yang bergetar hebat sebagai akibat dari hiperaktivasi motilitas sehingga fungsi atau penyatuan sel telur dengan spermatozoa dapat terjadi (Bedford, 1983 ; Trounson, 1992). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perlakuan B (5,0) hemikalsium merupakan yang tertinggi motilitas spermatozoa. Persentase Hidup Spermatozoa persentase hidup spermatozoa sapi pada masing perlakuan A, B, C dan D dapat dilihat pada Tabel 2. Persentae hidup spermatozoa yang tertinggi didapatkan pada level hemikalsium yang tinggi yaitu pada perlakuan D (10mM) adalah 75,2 % dan yang terendah pada perlakuan B (5,0 mm) adalah 64, 6 %. Hasil analisis statistik menunjukkan Tabel 2. Persentase Hidup Spermatozoa Sapi pada 4 Dosis Hemikalsium I 68,0 63,0 72,0 78,0 70,2 II 65,0 60,0 65,0 72,0 65,5 III 67,0 65,0 64,0 68,0 66,0 IV 65,0 60,0 70,0 73,0 67,0 V 72,0 75,0 80,0 85,0 78,0 67,4 64,6 70,2 75,2 setiap perlakuan. Pada penelitian didapatkan bahwa dosis hemikalsium 5 mm sudah merupakan dosis yang baik untuk memacu motilitas spermatozoa. Di lain pihak peningkatan dosis hemikalsium akan menurunkan motilitas. Penambahan hemikalsium dalam larutan m B O mempunyai fungsi meningkatkan daya gerak atau motilitas sprmatozoa. Menurut Takahashi dan Hanada (1984 ) bahwa kalsium ionophore A2 1387 telah digunakan dalam mencapai pemasukan ekstrasellular Ca ke sperma pada proses kapasitasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perlakuan D (10mM) menghasilkan motilitas spermatozoa yang paling rendah. Hal ini menunjukkan dosis yang tinggi akan menyebabkan sperma aktif secara berlebihan dan cepat pula berhenti karena kekurangan energi yang dikandungnya. Perbedaan bahwa pengaruh penambahan hemikalsium dalam medium m B-O sangat nyata (P<0,01) meningkatkan persentase hidup spermatozoa. Uji Duncan juga memperlihatkan bahwa persentase hidup spermatozoa sangat berbeda nyata (P<0,01) untuk semua perlakuan. Semakin tinggi level hemikalsium dalam medium pre inkubasi maka semakin tinggi persentase hidup spermatozoa. Hal ini disebabkan dosis yang tinggi menyebabkan daya tahan hidup sprmatozoa lebih lama dan dapat membuahi sel telur secara in vitro. Disamping itu spermatozoa menjadi hiperaktif sehingga bergerak ke bagian atas tabung, namun demikian motilitas akan menjadi rendah. Ini sesuai dengan pendapat Bird et al. (1989) bahwa perlakuan kalsium menghasilkan hiperaktif dan fungsi reaksi akrosom sperma sapi, memungkinkan mereka menembus 159

daerah bebas oosit dalam fertilisasi. Dengan demikian penambahan hemikalsium dalam medium kapasitasi akan dapat meningkatkan persentase spermatozoa yang mengalami kapasitasi dan dapat meningkatkan hasil FIV. Rendahnya persentase hidup spermatozoa pada perlakuan B mungkin disebabkan lebih sedikit sperma yang motil sehingga sehingga spermatozoa yang hidup juga sedikit. Namun demikian perlakuan B (64,6%) masih layak digunakan untuk FIV karena masih diatas standar yang ditetapkan yaitu 60 % (Partodiharjo, 1992). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan D (10mM) hemikalsium memberikan persentase hidup sperma yang tinggi. Aglutinasi Spermatozoa aglutinasi spermatozoa pada 4 dosis hemikalsium A (2,5), B (5,0 ), C (7,5) dan D (10) dapat dilihat pada Tabel 3. aglutinasi spermatozoa yang terrendah didapatkan pada bahwa sperma dan plasmanya memiliki semacam antigenik dan apabila disuntikan kedalam tubuh sehingga sel sel ini akan membentuk antibodi di dalam darah, serum sehingga membentuk aglutinasi sperma. Pada penelitian ini aglutinasi spermatozoa yang tertinggi didapatkan pada perlakuan D (10 mm) yaitu 22,0%. Angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan hasil yang didapatkan oleh De Smedt et al. (1992) yaitu 3,5%. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan sifat antibodi dari kedua spesies. Oleh karena itu sperma dan plasma sapi, domba, dan babi berisi antibodi yang sanggup mengakibatkan aglutinasi spermatozoa. Demikian juga interaksi antara sperma dan ovum pada permulaan fertilisasi juga dipengaruhi oleh mekanisme antigen antibodi, suatu reaksi yang spesifik untuk menolak dan menerima. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin tinggi dosis hemikalsium maka semakin tinggi aglutinasi dan semakin berkurang peluang sperma untuk Tabel 3. Persentase Aglutinasi Spermatozoa pada 4 Dosis Hemikalsium I 11,5 10,0 17,5 17,5 14,1 II 6,5 9,5 11,0 15,0 10,4 III 17,0 23,0 20,0 28,5 22,1 IV 15,0 17,0 19,0 28,0 19,7 V 12,5 15,5 23,0 21,0 18,0 12,5 14,9 18,1 22,0 perlakuan A (12,5 %) dan yang tertinggi didapatkan pada perlakuan D (22,0 %). Hasil analisis Statistik mendapatkan bahwa dosis hemikalsium sangat nyata (P<0,01) meningkatkan aglutinasi spermatozoa sapi. Uji Duncan memperlihatkan persentase aglutinasi spermatozoa berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk semua perlakuan. Pada penelitian ini terlihat semakin tinggi dosis hemikalsium maka semakin tinggi aglutinasi spermatozoa sapi. Hal ini menunjukkan bahwa medium kapasitasi yang mengandung hemikalsium akan menyebabkan hiperaktif dan menyebabkan terjadinya pengumpalan kepala spermatozoa, sehingga tidak mampu membuahi sel telur. Oleh karena itu semakin tinggi aglutinasi maka semakin rendah kemampuan membuahi sel telur, atau semakin rendah angka fertilisasi. Menurut Toelihere (1985) membuahi ovum. KESIMPULAN Persentase Motilitas spermatozoa yang tertinggi didapatkan pada perlakuan B (5,0 mm) hemikalsium dalam medium m B-O adalah 74 %. Persentase hidup spermatozoa tertinggi didapatkan pada perlakuan D (10 mm) hemikalsium dalam medium m B-O adalah 75,2 %. Persentase aglutinasi spermatozoa yang terendah didapatkan pada perlakuan A (2,5 mm) hemikalsium dalam medium m B-O adalah 12,5 %. Dosis hemikalsium berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap viabilitas spermatozoa dan aglutinasi spermatozoa. Perlu dilakukan fertilisasi in vitro untuk mengukur kapasitasi dan angka fertilisasi. 160 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 [3] September 2006

DAFTAR PUSTAKA Bedford, J. M. 1983. Significant of the need for sperm capacitation before fertilization in mammals. Biol. Reprod. 28 : 108 120. Bird, J. M, S. Cary and J.A. Houghton. 1989. Motility and acrosomal changes in ionophore treated bovine spermatozoa and their relationship with in vitro penetration of zona-free hamster oocyte. Theriogenology 32 : 227 247. De Smedt, V., N. Crozet, M. Ahmed Ali, A Martino and Y. Cognie. 1992. In vitro maturation of goat oocytes. Theriogenology. 37 : 1049 1060. Hanada, A. 1985. In vitro fertilization in cattle, with particular reference to sperm capacitation ionophore A23187. Jpn. J. Anim. Prod. 31: 56 61. Le Gal, F. 1996 In vitro maturation and fertilization of goat oocyte frozen at the germinal vesicle stage. Theriogenology 45 : 1147 1185. Niwa, K. and O. Ohgoda. 1988. Synergistic effect of cafein and heparin on in vitro fertilization of cattle oocytes maturated in culture. Theriogenology 30 : 733 741. Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan Ketiga. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Takahashi, Y. and A. Hanada. 1984. Penetration of zona- free hamster eggs in vitro by ejaculated bull sperm after treatment with ionophore A23187. Jpn. J. Anim. Prod. 30(10) : 30 38. Toelihere, 1985. Fisiologi dan Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Totey, S.M., C.H. Pawshe and G.P. Singh. 1993. In vitro maturation and fertilitation of buffalo oocytes : Effect of media hormon and sera. Theriogenology 41: 56 66. Trounson, A. 1992. The production of ruminant embryos in vitro. Anim. Reprod. Sci. 28 : 127 137. Trounson, A.D. Pushett, L.J.Maclelan, I. Lewis and Gaedner. 1994. Current status of embryos culture in human and farm animals. Theriogenology 39 : 1153 1171. 161