Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

dokumen-dokumen yang mirip
Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

Katalog BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

Produk Domestik Regional Bruto

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

Katalog BPS :

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

Katalog BPS :

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. dengan. PDRB Kecamatan Kota Depok Tahun 2014

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pembangunan yang berjalan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus


BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

PRODUK DOMESIK REGIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009


Transkripsi:

BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut meliputi: 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih populer dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income) adalah statistik yang merupakan rangkuman perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. PDRB merupakan salah satu indikator makro yang digunakan untuk mengetahui perkembangan ekonomi di suatu daerah/wilayah pada periode waktu tertentu. 2. 2. Beberapa Pendekatan Penghitungan PDRB Dalam rangka menyusun estimasi nilai PDRB terdapat tiga pendekatan, yaitu dari pendekatan produksi (Production Approach), pendekatan pendapatan (Income Approach), dan pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach). Nilai PDRB yang dihasilkan melalui ketiga pendekatan di atas akan menghasilkan angka yang sama. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 7

2.2.1. Pendekatan Produksi PDRB berdasarkan pendekatan produksi yaitu penghitungan PDRB didasarkan kepada jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Unit usaha yang digunakan untuk menghitung PDRB berdasar pendekatan produksi dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha yaitu: 1. Sektor Pertanian yang terdiri atas: a. Subsektor Tanaman bahan makanan; b. Subsektor Perkebunan; c. Subsektor Peternakan; d. Subsektor Kehutanan; dan e. Subsektor Perikanan; 2. Sektor Pertambangan dan penggalian; 3. Sektor Industri pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas, dan air bersih; 5. Sektor Bangunan; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan; dan 9. Sektor Jasa-jasa. 2.2.2. Pendekatan Pendapatan Berdasarkan pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah nilai balas jasa dari faktor-faktor produksi yang ikut dalam 8 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014

proses produksi. Balas jasa dimaksud terdiri dari upah dangaji (wages and salary), sewa tanah, bunga modal (interest), dan keuntungan (profit) setelah dipotong pajak tidak langsung lainnya dan pajak pendapatan. Dari pendekatan di atas, secara konsep seharusnya jumlah pengeluaran harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor produksinya. Selanjutnya pengertian bruto di sini, karena di dalamnya masih tercakup komponen pajak tak langsung neto dan penyusutan yang disebut pula Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. 2.2.3. Pendekatan Pengeluaran PDRB dengan pendekatan pengeluaran merupakan total nilai pengeluaran konsumsi rumahtangga (household consumption), pengeluaran pemerintah (goverment consumption), pengeluaran lembaga nirlaba (nonprofit institution expenditures), pembentukan modal (invesment), perubahan stok (change in stock) dan ekspor netto (Ekspor Impor) di suatu daerah atau wilayah dalam waktu tertentu (satu tahun). Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Adapun PDRB berdasarkan pendekatan pengeluaran ini lebih dikenal dengan istilah PDRB menurut penggunaan. 2.3. Penghitungan Nilai PDRB PDRB yang dihasilkan oleh ketiga pendekatan di atas, disamping dinilai atas dasar harga berlaku (at current price) tetapi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 9

juga dihitung atas dasar harga konstan (at constan price). Baik PDRB harga berlaku maupun harga konstan masing-masing mempunyai interpretasi data yang berbeda. 2.3.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku adalah penghitungan PDRB berdasarkan harga tahun berjalan atau harga yang berlaku pada setiap tahun penghitungan. Penilaian tersebut dilakukan baik terhadap produksi maupun biaya antara (intermediate input). 2.3.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB atas dasar harga konstan, baik nilai produksi maupun biaya antara dinilai berdasarkan harga tetap atau konstan pada tahun tertentu. Selama beberapa tahun terakhir harga yang digunakan sebagai tahun dasar adalah harga tahun 2000, karena kondisi tahun 1993 sudah tidak relevan lagi bila diperbandingkan dengan kondisi sekarang. 2.4. Pendapatan Regional Istilah Pendapatan Regional merupakan sebutan yang lebih populer dalam publikasi PDRB. Pendapatan regional atau Produk Regional Netto Atas Biaya Faktor Produksi merupakan PDRB setelah dikeluarkan biaya penyusutan barang-barang modal karena aus akibat digunakan dalam proses produksi, kemudian dikurangi pajak tidak langsung netto (pajak setelah dikurangi subsidi pemerintah). 10 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014

2.5. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun Jumlah penduduk yang biasa digunakan sebagai pembagi dalam penghitungan PDRB agar diperoleh pendapatan per kapita adalah jumlah penduduk pertengahan tahun berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten Lamandau Pertengahan Tahun 2013. 2.6. Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian Pendapatan Regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kenyataannya, penghitungan pendapatan regional/pdrn sulit untuk dihitung mengingat sulitnya untuk mendeteksi arus pendapatan yang mengalir antar regional/propinsi. Oleh karena itu, dengan keterbatasan tersebut, maka yang sering atau umum dan dipakai dalam analisis pada publikasi ini adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita didapat dari hasil bagi PDRB dengan penduduk pertengahan tahun. 2.7. Metode Penghitungan PDRB Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung nilai PDRB suatu wilayah, antara lain Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung. Metode yang digunakan secara garis besar adalah sebagai berikut: 2.7.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dalam melakukan peng-hitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 11

2.7.1.1. Metode Langsung Metode Langsung adalah melakukan penghitungan PDRB yang didasarkan kepada data yang tersedia di lapangan secara rutin. Metode langsung ini penghitungan melalui tiga pendekatan, yaitu: Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pengeluaran Ketiga pendekatan ini sudah diuraikan pada bagian sebelumnya dan secara teoritis ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama. 2.7.1.2. Metode Tidak Langsung/ Alokasi Penghitungan nilai tambah bruto suatu kegiatan ekonomi/sektor dengan metode tidak langsung adalah dengan mengalokasikan nilai tambah bruto propinsi ke masing-masing kegiatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Sebagai alokatornya digunakan indikator yang paling relevan atau erat kaitannya dengan produktivitas/ pendapatan dari kegiatan sektor tersebut. 2.7.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB atau perekonomian secara riil yang kenaikannya/pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga atau inflasi/deflasi. 12 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014

Ada empat metode yang cukup dikenal dalam penghitungan harga konstan yaitu: 2.7.2.1. Revaluasi Metode Revaluasi adalah menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun atau tahun berjalan dengan harga pada tahun dasar (2000), sehingga diperoleh Output dan Biaya Antara atas dasar harga konstan (tahun 2000). Dengan demikian nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengurangi nilai output dengan biaya antara. Untuk lebih jelas dapat dilihat rumus berikut: : NTB (n,k,i) = Output (n,k,i) - BA (n,k,i) Keterangan : NTB = Nilai Tambah Bruto BA = Biaya Antara n = tahun berjalan k = atas dasar harga konstan 2000 i = sektor/komoditi. Dalam penghitungannya, untuk mendapatkan nilai output harga konstan adalah dengan cara mengalikan kuantum/produksi dengan harga tahun dasar (2000). Biaya antara dihitung dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio biaya antara. Rasio ini didapatkan dari pendataan lapangan melalui Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 13

2.7.2.2. Ekstrapolasi Untuk memperoleh Nilai Tambah Bruto masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 yaitu dengan cara mengalikan nilai tambah masing-masing sektor harga konstan pada tahun dasar (2000) dengan Indeks Produksi (2000=100). Indeks Produksi yang dipakai sebagai Ekstrapolator merupakan indeks berantai (kuantum) dari masing-masing produksi komoditi. Untuk lebih jelas dapat dilihat rumus berikut: : NTB (o,k,i) x IP (n) NTB (n,k,i) = 100 Keterangan : NTB = Nilai Tambah Bruto IP = Indeks perkembangan Produksi n = tahun berjalan n-1 = tahun sebelumnya o = tahun dasar k = atas dasar harga konstan 2000 i = sektor/komoditi. 2.7.2.3. Deflasi Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan metode Deflasi diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun atau tahun berjalan dengan Indeks Harga (2000 = 100). Indeks Harga yang digunakan sebagai deflator biasanya adalah Indeks Harga 14 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014

Perdagangan Besar (IHPB) atau indeks harga lain yang dapat mewakili pertumbuhan harga masing-masing sektor/kegiatan ekonomi. Pemakaian metode deflasi dapat dirumuskan sebagai berikut: : NTB (n,k,i) = NTB (n,b,i) x 100 IHPB (n,i) Keterangan : NTB = Nilai Tambah Bruto IH (PB) n k b i = Indeks Harga Perdagangan Besar = tahun berjalan = atas dasar harga konstan 2000 = atas dasar harga berlaku = sektor/komoditi 2.7.2.4. Deflasi Berganda Metode Deflasi Berganda hampir sama dengan metode Deflasi, perbedaannya hanya pada cara mendeflasikan nilai Output dan Biaya Antara dengan indeks harga yang mewakili/sesuai. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator nilai output merupakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) yang sesuai dengan cakupan komoditinya. Indeks harga yang dipakai sebagai deflator untuk biaya antara adalah Indeks Harga dari komponen input yang dominan/ terbesar. Dalam kenyataannya sulit dilakukan deflasi terhadap biaya antara, selain Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 15

komponennya terlalu banyak, juga indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan NTB atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Rumusan metode tersebut sebagai berikut: Output (n,k,i) = Output (n,b,i) x 100 IHPB (n,i) BA (n,k,i) = BA (n,b,i) x 100 Maka: IHPB (n,i) NTB (n,k,i) = Output (n,k,i) - BA (n,b,i) Keterangan: NTB = Nilai Tambah Bruto BA = Biaya Antara b = atas dasar harga berlaku k = atas dasar harga konstan 2000 n = tahun berlaku i = sektor/subsektor 16 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014

2.7.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) atau Economic Growth merupakan indeks berantai dari masing-masing kegiatan ekonomi. Angka indeks yang dihasilkan bisa didasarkan atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Pada umumnya yang sering digunakan atau dianalisis oleh para ekonom adalah LPE harga konstan, karena menggambarkan pertumbuhan produksi riil dari masing-masing sektor. Laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB sektor/sub sektor tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dikurangi satu, dikalikan 100 persen atau dirumuskan sbb : LPE (n,i) = PDRB (n,k,i) PDRB (n-1,k,,i) x 100 % PDRB (n-1,k,i) Keterangan: LPE = Laju Pertumbuhan Ekonomi k = atas dasar harga Konstan n = Tahun Berlaku i = Sektor/Sub sektor 2.7.4. Distribusi Persentase Distribusi persentase digunakan untuk mengamati struktur per-ekonomian yang dikenal dengan kontribusi/pangsa sektor ekonomi. Besarnya persentase masing-masing sub sektor/sektor Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 17

diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB sub sektor/sektor dengan nilai total PDRB, dikali 100 persen. D (n,i) = NTB (n,b,i) x 100 PDRB (n,b) Keterangan: D = Distribusi Persentase n = Tahun Berlaku i = Sektor b = atas dasar harga Berlaku 2.7.5. Indeks Perkembangan (2000=100) Indeks Perkembangan menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya (2000). Indeks perkembangan diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB sektor/sub sektor tahun berjalan dengan nilai sektor/subsektor PDRB tahun dasar, dikalikan dengan 100. Indeks perkembangan pada tahun dasar sama dengan 100. IP (n,i) = NTB (n,b,i) x 100 NTB (o,b,i) Keterangan: IP = Indeks Perkembangan n = Tahun Berlaku b = atas dasar harga Berlaku i = Sektor/Subsektor 18 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014

2.7.6. Indeks Harga Implisit Indeks Implisit menggambarkan tingkat perkembangan harga (dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar) atau inflasi secara makro. Indeks harga implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun yang sama dikalikan 100. Indeks Harga Implisit dirumuskan sebagai berikut: : IH (n,i) = NTB (n,b,i) x 100 NTB (n,k,i) Keterangan : IH = Indeks Implisit Harga n = Tahun Berlaku b = atas dasar harga Berlaku k = atas dasar harga Konstan i = Sektor/Sub sektor Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 19