BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

Anatomi/organ reproduksi wanita

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.


Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

I. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Barat sekitar SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

I. PENDAHULUAN. yang mayoritas adalah petani dan peternak, dan ternak lokal memiliki beberapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Materi 5 Endokrinologi selama siklus estrus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan fase luteal yang terdiri dari metestrus-diestrus (Toelihere, 1979).

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Estrus Sapi Betina Folikulogenesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

2. Mengetahui waktu timbulnya dan lamanya estrus pada setiap perlakuan penyuntikan yang berbeda. Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Hormon dan Perannya dalam Dinamika Ovari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA SIKLUS BERAHI KAMBING LOKAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma

PENGARUH PERLAKUAN SINKRONISASI BERAHI TERHADAP RESPON BERAHI PADA SAPI BALI INDUK PASCA MELAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

ONSET DAN LAMA ESTRUS KAMBING KACANG YANG DIINJEKSIPROSTAGLANDINF2α PADA SUBMUKOSA VULVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

HORMON REPRODUKSI JANTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peristiwa ovulasi (Sophia, 2003).Berahi diawali dengan turunnya hormon

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

... Tugas Milik kelompok 8...

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

5 KINERJA REPRODUKSI

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem saluran ambing betina dan pertumbuhan ambing (Wodzicka-Tomaszewska et al.,1991). Hormon ini memacu perkembangan tubuh, mempengaruhi deposisi dan distribusi lemak tubuh (Toelihere, 1995) dan membuat jaringan kulit lebih halus (Wilson dan Gisvold, 1993). Pengaruh estrogen dalam jaringan reproduksi, terutama memacu proliferasi sel. Aksi estrogen dalam jaringan atau sel target, membutuhkan reseptor estrogen yang dikendalikan oleh gen pada kromosom (Johnson and Everitt, 1988; Ganong, 2003). Estrogen dibentuk oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium melalui serangkaian konversi melalui reaksi enzimatis. Substrat utama pembentuk estrogen adalah kolesterol, secara berurutan mengalami perubahan menjadi pregnenolon, progesteron, 17αhidroksiprogesteron, androstenedion dan testosteron. Androstenedion kemudian diubah menjadi estron, sedangkan testosteron diubah menjadi estradiol 17-β, baik di sel teka maupun sel granulosa pada folikel ovarium (Johnson and Everitt, 1988; Hiller, 1991; Ganong, 2003). Progesteron salah satu hormon penting yang berhubungan dengan reproduksi yang disekresikan oleh sel-sel luteal corpus luteum (CL) (Hafez dan 1

2 Hafez, 2000). Corpus luteum merupakan organ endokrin yang bertanggung jawab untuk memproduksi hormon progesteron (Djojosoebagio, 1990). Konsentrasi progesteron serum darah dapat menentukan keadaan hewan tersebut dalam keadaan infertil, normal, birahi, dan bunting sehingga dapat digunakan untuk deteksi birahi, pemeriksaan kebuntingan dan mengetahui kondisi patologis lainnya (Hartantyo, 1995). Proses reproduksi berkaitan dengan mekanisme sistem hormonal, yaitu hubungan antara hormon-hormon hipotalamushipofisa yakni gonadotrophin releasing hormone (GnRH), follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), hormon-hormon ovarium (estrogen dan progesteron) dan hormon uterus (prostaglandin) (Hafez dan Hafez 2000). Menurut Siregar et al., (2004), timbulnya birahi akibat pemberian PGF2α disebabkan karena lisisnya corpus luteum oleh kerja vasokontriksi PGF2α sehingga aliran darah menuju corpus luteum menurun secara drastis. Akibatnya, kadar progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum akan menurun dalam darah. Penurunan kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior menghasilkan dan melepaskan FSH dan LH. Kedua hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan ovulasi, sehingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel. Folikel-folikel tersebut akhirnya menghasilkan hormon estrogen yang mampu memanifestasikan gejala birahi (Hafez dan Hafez, 2000). Dalam menginduksi birahi, estrogen memerlukan kerja sama dengan progesteron. Hal ini ditandai dengan birahi pertama pada hewan pubertas tanpa gejala birahi karena hanya ada estrogen dalam sirkulasi, tetapi pada

3 ovulasi kedua, estrogen dari folikel untuk ovulasi dan progesteron dari corpus luteum bersama-sama menginduksi tingkah laku birahi (Siregar, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Murasawa et al., (2005) folikel diklasifikasikan menjadi tiga kategori: folikel kecil (1 - < 5 mm), folikel medium (5 < 8,5 mm) dan folikel besar ( 8,5 mm ). Klasifikasi ini berdasarkan status fungsional dari folikel. Folikel kecil tidak tergantung pada gonadotropin, folikel medium tergantung pada gonadotropin dan peranan hormon FSH yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan folikel sedangkan folikel besar merupakan folikel yang berasal dari folikel dominan yang akan mengalami ovulasi dengan adanya lonjakan LH. Menurut Rensis (2001), sehari setelah terjadinya ovulasi ukuran folikel pada sapi berkisar antara 2-5 mm dan terseleksi antara hari ke-2 dan ke-3 siklus estrus dan menjadi dominan antara hari ke-4 dan ke-5 siklus estrus (fase pertumbuhan). Folikel dominan akan mencapai ukuran maksimum yaitu 13-16 mm pada hari ke 6-7 diikuti periode yang stabil antara hari ke-6 dan ke-10 (fase statis). Folikel dominan ini kemudian mengecil (fase regresi), hilangnya folikel dominan ini diikuti dengan munculnya gelombang perkembangan folikel yang baru dan didahului dengan peningkatan FSH. Pada sapi dengan pola perkembangan folikel dua gelombang ini, folikel dominan ke-dua adalah folikel yang akan mengalami ovulasi. Ukuran folikel dominan gelombang kedua rata-rata sama dengan delombang pertama yaitu sekitar 16 mm. Lonergan et al., (1991) menyatakan terdapat hubungan yang erat antara diameter folikel terhadap kemampuan oosit untuk berkembang. Oosit yang berasal dari folikel berdiameter 2 mm mempunyai kemampuan tumbuh lebih rendah dibanding oosit yang

4 berasal dari folikel berdiameter 2-6 mm dan oosit yang berasal dari folikel berdiameter > 6 mm mempunyai kemampuan tumbuh yang nyata lebih tinggi. Cairan folikel merupakan produk kedua dari transfer konstituen plasma darah yang melintasi penghalang darah folikel dan aktivitas yang keluar dari granulosa dan sel teka (Revelli et al., 2009). Komposisi cairan folikel terdiri atas faktor-faktor yang menstimulasi kematangan oosit, seperti insulin-like growth factor I (IGF-I), IGF-binding proteins (IGFBPs), FSH, luteinizing hormone (LH), estrogen, progesteron, dan estradiol (Hafez dan Hafez, 2000; Gordon, 2003; Ubaidullah et al., 2009). Berdasarkan hasil penelitian Tabatabaei dan Mamoei (2011), komposisi biokimia cairan folikuler dalam folikel besar (diameter 10-22 mm) antara lain kalsium, fosfor, glukosa, urea, kreatinin, kolesterol, trigliserida, protein, albumin, globulin, alkalin fosfatase (ALK), laktat dehidrogenase (LDH), aspartat aminotransferase (ASAT), dan alanin aminotransferase (ALAT) (Rahman et al., 2008). Penelitian mengenai kadar estrogen dan progesteron selama siklus estrus tidak banyak dilakukan, perlu adanya penelitian mengenai perbandingan kadar estradiol dengan progesteron pada folikel kecil sehingga diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui status reproduksi hewan khususnya sapi. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kisaran kadar hormon estradiol dan progesteron pada folikel ovarium sapi < 5 mm.

5 C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kisaran kadar hormon estradiol dan progesteron yang terdapat pada folikel kecil ovarium sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan status reproduksi sapi.