A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan kitab suci dan pedoman utama ajaran Islam. Ia berisi

BAB I PENDAHULUAN. tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kefitrahan menuju penunaian tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara

BAB I PENDAHULUAN. pada tingkat Sekolah Dasar, secara substansial memiliki kontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan motivasi kepada anak untuk memahami, mencintai, mendalami dan

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci yang berisi tuntunan dan hidayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berujung pada maslahat hidup pada hakekatnya merupakan gambaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan anak didik dalam praktek ibadah sangat di tuntut,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan. belajar bagi siswa dan memperbaiki kualitas mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidik bisa dibagi menurut perspektif kelembagaan, yang tersimpul dalam Tri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. konteks pendidikan agama, kegiatan dimaksud menitik-beratkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah upaya peningkatan pengetahuan, pemahaman,

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

BAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. atau diperbaiki melalui serentetan reaksi dan situasi yang terjadi. Belajar melibatkan

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Selatan. Sekolah Dasar Negeri Sungai Kupang 2 beralamat di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: faktor eksternal siswa yang sebesar 44,75%. Gedung di SMK N 1 Seyegan.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DI KELAS V SD NEGERI 50 PADANG TONGGA

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

Jurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan jabatan profesi, sebagai pihak pendidik dan pengajar

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONKRIT PADA SISWA KELAS 1A SDN DARUNGAN 01 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

BAB V PENUTUP. 1. Aktivitas KKG-MI di Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten Banjar. a. Realisasi program kerja KKG-MI di Kecamatan Beruntung Baru yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk anak sesuai kebutuhan masyarakat dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 2 (2), 8-13 (2016)

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Ratna Situmeang SDN 004 Bagan Besar Kecamatan Bukit Kapur

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kelas II Sekolah Dasar Negeri Hamayung Utara

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar*

Arnot Pakpahan Surel :

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. 1

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB IV HASIL PENELITIAN. jumlah siswa sebanyak 27 orang (11 laki-laki dan 16 perempuan). Tindakan kelas

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu cita-cita dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya tujuan pendidikan. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan didesain

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Asemrowo Surabaya untuk mengamati berbagai kendala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PENGAJARAN KOSAKATA BAHASA ARAB

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DENGAN GIVING REWARD AND PUNISHMENT

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru

Jurnal Thalaba Pendidikan Indonesia Vol. 1, No. 2, September 2017, 13-18

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa Vol. 2 No. 2, ISSN

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Pelajaran 2011 dengan jumlah siswa sebanyak 20

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan interaktif antara guru dan siswa, berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai upaya didik bagi anak, unsur proses belajar memegang peranan penting. Mengajar adalah proses membimbing, kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. 1 Diperlukan langkahlangkah yang sistematis sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. 2 Sebagai sebuah proses yang terarah dan terencana, pendidikan diarahkan untuk mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. 3 Pengembangan yang dilakukan dalam proses pendidikan harus dilaksanakan secara wajar dalam kerangka kesadaran anak. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap pendidik memahami sebaikbaiknya tentang proses belajar siswa sehingga pembelajaran mampu mencapai hasil belajar sesuai tujuan yang diharapkan. 4 1 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, ( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989 ), h. 36. 2 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), h. 3. 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 74. 4 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar untuk Program Penyetaraan D II, (Jakarta: Depag dan Universitas Terbuka), h. 1

2 Hasil belajar bagi anak ditentukan oleh sejauh mana mereka mampu memahami materi yang disampaikan sehingga terinternalisasi dalam sikap hidupnya sebagai suatu kelakuan. Upaya ini dalam kegiatan pembelajaran sangat bergantung kepada kesesuaian materi dan metode yang digunakan. Keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat dengan materi akan sangat efektif dalam rangka penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak. 5 Salah satu materi yang diajarkan di kelas II Sekolah Dasar adalah kemampuan melakukan gerakan shalat secara baik dan benar. Penguasaan siswa terhadap berbagai ketentuan terkait menghajatkan proses pembelajaran yang menempatkan guru sebagai model. 6 Guru dituntut untuk mampu mempraktekkan bagaimana gerakan shalat yang benar. Pembelajaran menekankan pada ketepatan gerakan ini dapat diamati dengan acuan standar, penilaian dan evaluasi sesuai ketentuan syariat. Melalui praktek langsung siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan. 7 Melalui demonstrasi siswa dapat mempraktekkan sendiri bagaimana proses melakukan sesuatu secara tepat. h. 19. 5 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma arif, 1962), 6 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 16-17. 7 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h. 115.

3 Berdasarkan hasil pengamatan sementara pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Simpang Empat 4 Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar, menunjukkan bahwa kemampuan melakukan gerakan shalat masih rendah. Ketika siswa diminta untuk mempraktekkan gerakan takbiratul ihram, ruku, sujud, duduk antara dua sujud dan duduk tasyahud akhir; terdapat beberapa kekeliruan. Pencapaian kompetensi dasar materi shalat yang menginginkan siswa mampu mempraktekkannya dengan benar, masih jauh dari apa yang diharapkan. Penguasaan siswa terhadap ketepatan gerakan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari berbagai ketentuan tata cara shalat, sangat penting di miliki dan menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Shalat yang dilaksanakan secara benar dan khusyuk akan membawa keberkahan dan kebaikan, mampu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al-Ankabut/29, ayat 45:.. )45) Terpenuhinya segenap ketentuan pelaksanaan shalat disertai kekhusyukan akan memberikan pengaruh positif sekaligus mencegah hal-hal negatif. Apabila sejak dini siswa tidak dilatih untuk mengerjakan shalat secara benar, maka dikhawatirkan ketika beranjak dewasa kelak mereka akan tetap dalam kesalahan. Oleh karena itu, agar pembelajaran tepat guna diperlukan contoh konkrit dari pendidik agar siswa dapat memahami dan melaksanakan ketentuan shalat tersebut dengan baik dan benar.

4 Dalam konteks ini, pembelajaran menggunakan konsep learning based atau student learning daripada teaching-based menjadi kunci pengembangan peserta didik. Penulis berasumsi bahwa penerapan metode demonstrasi akan dapat meningkatkan kemampuan praktek shalat. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan mempergunakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sebagai tiruan. Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis, kerjasama antar siswa dalam kelompok belajar, saling mendukung antara siswa satu dengan yang lain terdiri atas 4-5 orang dengan komposisi heterogen. Melalui penelitian ini, diharapkan agar dalam PBM berlangsung secara kondusif, efektif dan efesien sehingga mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Diharapkan penerapan metode pembelajaran yang lebih bervariatif menuju perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa. 8 Guna melihat lebih jauh efektivitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerakan praktek shalat secara baik dan benar, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara mendalam dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah berupa tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan judul : Meningkatkan Kemampuan Ketepatan Gerakan Shalat Melalui Metode h. 15. 8 Sukidin, et. al, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Ihsan Cendekia, 2002),

5 Demonstrasi Pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Simpang Empat 4 Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar. B. Identifikasi Masalah Persoalan mendasar yang mengemuka dalam penelitian ini : 1. Pembelajaran materi shalat berlangsung secara konvensional. Guru belum menerapkan metode yang efektif sesuai kompetensi yang ingin dicapai. 2. Rendahnya kemampuan psikomotorik siswa. Terdapat banyak kesalahan ketika mereka diminta untuk menunjukkan ketepatan gerakan shalat. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran materi shalat? 2. Apakah metode demonstrasi efektif dalam meningkatkan kemampuan gerakan shalat pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Simpang Empat 4 Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar? D. Rencana Pemecahan Masalah Permasalahan rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan gerakan shalat perlu segera ditanggulangi. Upaya peningkatannya memerlukan penelitian tindakan kelas. Penulis merencanakan tindakan dimaksud dalam 3 siklus, dimana masingmasing siklus satu kali pertemuan dalam pembelajaran 3 x (2 x 35 menit). Tindakan

6 ini bersifat kolaboratif antara guru dan siswa dalam kelompok belajar yang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Guru memberikan penjelasan awal tentang materi shalat b. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. c. Guru mempraktekkan gerakan-gerakan shalat yang benar d. Siswa mendemonstrasikan tata cara shalat yang benar secara bergiliran e. Guru memberikan kritik, masukan dan perbaikan atas gerakan shalat yang dilakukan oleh siswa f. Guru dan siswa secara bersama-sama membuat kesimpulan atas materi yang mereka pelajari dan demonstrasikan tersebut. Selama proses pembelajaran dilaksanakan, pengamatan dilakukan melalui teman sejawat baik terhadap aktifitas guru, keaktifan dan kemampuan siswa dalam melakukan gerakan shalat. Pada akhir kegiatan dilakukan tes secara tertulis untuk melihat kemampuan pemahaman dan hasil belajar siswa. E. Hipotesis Tindakan. Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan perlu dikemukakan dugaan sementara. Dugaan sementara itu sering dikenal dengan istilah hepotesis; sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbuktinya data yang terkumpul. 9 Berdasarkan permasalahan dan teori yang 1998), h. 62. 9 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Renika Cipta,

7 dikumpulkan, maka hipotesis yang penulis ajukan sebagai dugaan sementara dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Ketepatan dalam melakukan gerakan shalat memerlukan praktek langsung. Melalui proses belajar yang menekankan pada outcomes competency kemampuan siswa dapat diamati. Dengan melakukan sendiri, siswa akan memiliki tingkat penguasaan terhadap proses gerakan secara tepat sehingga akan mampu melakukannya dengan baik dan benar. 2. Melalui penerapan metode demonstrasi siswa dibimbing untuk dapat mengenali kekeliruan gerakan dan akan dapat memperbaikinya. Hal ini diyakini akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap tata cara melaksanakan gerakan shalat secara tepat dan lancar sesuai ketentuan syariat. F. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam materi Fikih pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Simpang Empat 4 Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar. Tindakan kelas terarah untuk mengetahui apakah metode demonstrasi efektif dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa. Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fikih pada materi shalat.

8 2. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan gerakan shalat pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Simpang Empat 4 Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar. G. Signifikansi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaaan teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini bertujuan memperluas cakrawala pengetahuan dalam mengelola proses belajar siswa mata pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Secara praktis penelitian ini memberikan informasi efektivitas metode dalam mencapai tujuan pembelajaran. Melalui demonstrasi siswa memiliki pengalaman belajar secara nyata dan langsung bagi peningkatan kemampuan psikomotorik, semangat belajar siswa dan kepercayaan diri siswa. 3. Menjadi informasi awal bagi peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lebih mendalam pada permasalahan yang serupa. 4. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas menarik, bermakna dan menyenangkan. 5. Bagi sekolah dan lembaga terkait, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas proses, prestasi dan hasil belajar siswa. Jalinan kerjasama yang baik antar siswa, guru dan kepala sekolah sangat berperan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

9