BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB II KAJIAN TEORETIS

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

PENERAPAN PEMBELAJARAN LAPS-HEURISTIK UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA KELAS V PADA MATERI PECAHAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LAPS- HEURISTIC DIKELAS X SMAN 2 BATANG ANAI

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Soal cerita merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

BAB I PENDAHULUAN. didik dengan tujuan membentuk kepribadian unggul, yaitu kepribadian yang bukan

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pemahaman secara bertahap dan beruntun. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat esensial,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pembelajaran matematika. Kemampuan. pemecahanmasalahmerupakanhalyang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLYA SISWA KELAS VII SMP

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan masalah Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam pembelajaran khususnya matematika. Sebab dalam matematika siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah adalah melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Dalam menjalani kehidupan selalu dihadapkan dengan masalah baru yang harus di cari solusinya. Siswa dituntut untuk menggunakan dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk menemukan sebuah solusi permasalahan. Sementara itu, menurut Wardhani (2008) pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang baru dikenal untuk memecahkan masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin. Kemampuan pemecahan masalah dalam matematika juga disebut kemampuan pemecahan matematis. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menemukan solusi masalah pada pembelajaran matematika dengan proses menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya dimana metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Pada pembelajaran matematika, siswa dituntut untuk mampu menemukan solusi permasalahan yang diberikan. Solusi adalah hasil dari proses masalah yang

7 diselesaikan. Solusi diperoleh setelah melalui beberapa tahap dari proses pemecahan masalah. Menurut Polya (2004) ada beberapa tahapan dalam proses pemecahan masalah, antara lain: 1. Memahami masalah (understanding the problem) Pada tahap ini siswa dapat memahami masalah pada permasalahan, seperti menyatakan masalah, membuat sketsa gambar atau lainnya, menentukan apa yang diketahui dan ditanya, dan memahami informasi yang ada. 2. Menyusun rencana (devising a plan) Pada tahap ini siswa dapat menyusun rencana pemecahan masalah dari hal-hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, membuat pemisalan dari suatu masalah dan membuat model matematikanya. 3. Melaksanakan rencana (carrying out the plan) Pada tahap ini adalah tahap yang terpenting dari pemecahan suatu masalah dan tahap pelaksanaan dari penyelesaian masalah yang direncanakan. Dengan demikian, siswa telah siap melakukan langkah penyelesaian atau perhitungan dengan data yang dikumpulkan dari tahap sebelumnya. 4. Memeriksa kembali (looking back) Pada tahap ini siswa mengecek kembali hasil jawaban yang diperoleh dan meneliti setiap langkah pemecahan yang telah dilakukan. Berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya di atas, pada penelitian ini indikator yang akan digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis pada waktu siswa mengerjakan soal pemecahan masalah matematis

8 adalah siswa dapat memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. B. LAPS (Learning Activity and Problem Solving)-Heuristic 1. LAPS (Learning Activity and Problem Solving) Seseorang dikatakan belajar jika orang tersebut melakukan suatu kegiatan seperti berbuat untuk mengubah tingkah laku, sehingga tidak akan ada hasil belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas menjadi bagian yang penting dalam belajar. Menurut Sardiman (2012) aktivitas belajar adalah kegiatan dalam pembelajaran yang bersifat fisik maupun mental. Secara fisik kelihatannya siswa sedang belajar dengan memperhatikan penjelasan guru, namun pikiran dan sikap mentalnya tidak berfokus pada penjelasan guru, sehingga membuat belajarnya tidak optimal, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, dalam kegiatan belajar ke dua aktifitas tersebut harus saling berhubungan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Shoimin (2014) model problem solving adalah model yang menstimulasi siswa dalam berpikir yang dimulai dari mencari data sampai merumuskan kesimpulan sehingga siswa dapat mengambil makna dari kegiatan pembelajaran. LAPS diawali dengan munculnya masalah yang perlu dipecahkan dan diakhiri jika sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah tersebut. Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, antara lain: memahami masalah (understanding the problem), menyusun rencana (devising a plan), melaksanakan rencana (carrying out the plan), dan memeriksa kembali (looking back).

9 Berdasarkan dari pendapat-pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa LAPS adalah suatu cara mengajar dimana siswa dihadapkan pada masalah agar dipecahkan untuk menemukan jawaban yang sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya. 2. Heuristic Polya (2004) menyatakan heuristic, sebagai kata sifat berarti penuntun untuk menemukan dan dalam modern heuristic dijelaskan bahwa heuristic yaitu upaya untuk memahami proses pemecahan masalah. Heuristic adalah suatu penuntun yang diperlukan dalam mengarahkan pemecahan masalah untuk menemukan sebuah penyelesaian. Menurut Nurdin dalam Shoimin (2014) heuristic adalah suatu penuntun berupa pertanyaan yang digunakan untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Matematika adalah ilmu yang mementingkan proses berpikir dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu dapat memecahkan masalah dengan baik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, heuristic dalam matematika adalah suatu langkah berpikir dan upaya untuk memecahkan masalah matematika dengan memberikan penuntun atau petunjuk dalam bentuk pertanyaan atau perintah pada setiap langkah-langkah pemecahan masalah.

10 3. Model Pembelajaran LAPS-Heuristic Berdasarkan definisi model pembelajaran, LAPS, dan heuristic yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran LAPS- Heuristic adalah model pembelajaran yang menuntun siswa memecahkan masalah dengan petunjuk dalam bentuk pertanyaan atau perintah pada setiap langkahlangkah pemecahan masalah. Menurut Shoimin (2014) dalam model LAPS- Heuristic memiliki empat tahapan yaitu dimulai dari tahap memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. Dalam tahapan tersebut dilakukan beberapa langkah pertanyaan maupun perintah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Adapun langkah-langkah model pembelajaran LAPS-heuristic yang akan diterapkan, yaitu: a. Memahami masalah (understanding the problem) 1) Guru mengarahkan siswa, seperti: a) Menentukan apa yang diketahui dan ditanya. b) Memahami informasi yang ada. b. Menyusun rencana 1) Guru menuntun siswa agar dapat merencanakan suatu pemecahan untuk menemukan penyelesaian. 2) Guru mengarahkan siswa untuk membuat permisalan dan membuat model matematika. c. Melaksanakan rencana 1) Guru mengarahkan siswa, seperti:

11 a) Menyelesaikan model matematikanya dahulu. b) Mencari variabel yang diperlukan. Misalnya, variabel mana yang diketahui?, variabel mana yang belum diketahui, apakah variabel tersebut yang dicari?, bila ya, gantilah variabel tersebut ke model matematikanya dan selesaikanlah, dan sebagainya. d. Memeriksa kembali 1) Guru mengarahkan siswa untuk menguji kembali jawaban sementara dari masalah yang diberikan. Misalnya, apakah langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan sudah benar? dan dapatkah dicari dengan cara yang lain?. 2) Bila siswa masih belum mengerti untuk menguji hasil yang diperoleh benar, maka guru memberikan heuristic. Misalnya, berapa hasil yang diperoleh? Substitusikan hasil yang diperoleh ke dalam model matematikanya, apa kesimpulannya?, dan sebagainya. C. Penelitian Relevan Dalam penelitian Wahyuni (2015) diperoleh kesimpulan bahwa karakter kedisplinan dan kemampuan pemecahan peserta didik melalui model pembelajaran LAPS-Heuristik meningkat, serta kemampuan pemecahan masalah peserta didik mencapai KKM melalui LAPS- Heuristik. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (2015) menyimpulkan bahwa penerapan metode LAPS-Heuristic model Polya terlihat adanya peningkatan keaktifan belajar dan kognitif siswa pada pokok bahasan aljabar kelas VIIB SMP Angkasa Adi Soemarmo, Colomadu Karanganyar yang diukur dari hasil observasi dan hasil tes akhir setiap siklus. Penelitian yang

12 dilakukan oleh Nurhidayati (2013) menyimpulkan bahwa adanya peningkatan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran LAPS-Heuristic dan respon sebagian besar siswa terhadap model LAPS-Heuristic adalah positif. Persamaan penelitian relevan di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan model pembelajaran LAPS-Heuristic. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu peneliti memakai satu variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis dan peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model LAPS-Heuristic terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. D. Kerangka Pikir Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa kemampuan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. Salah satu dari kemampuan tersebut adalah pemecahan masalah matematis. Pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam menemukan solusi masalah dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam situasi yang baru dikenal. Pemecahan masalah matematis menjadikan siswa belajar mengambil keputusan yang benar karena siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara sistematis yaitu dari tahap memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali penyelesaian pemecahan masalah. Masalah yang ada pada siswa adalah siswa belum terbiasa menerapkan proses pemecahan masalah yang benar terutama dalam menghadapi persoalan yang tidak langsung diselesaikan dengan rumus yang tersedia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan matematis adalah pendekatan

13 pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Model LAPS- Heuristic adalah salah satu alternatif yang dapat diterapkan karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, melalui masalah non rutin dalam kehidupan sehari-hari. Model LAPS-Heuristic menstimulasi siswa dalam berpikir yang dimulai dari memahami masalah sampai memeriksa kembali jawaban sehingga siswa dapat mengambil makna dari kegiatan pembelajaran. Model LAPS-Heuristic juga menuntun siswa untuk memecahkan masalah dengan petunjuk berupa bentuk pertanyaan atau perintah pada setiap langkah-langkah pemecahan masalah. Tujuan dari model LAPS-Heuristic menyederhanakan masalah agar mengarahkan siswa dalam menemukan ide dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, melalui penerapan model LAPS-Heuristic dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis dalam menyelesaikan suatu masalah non rutin. Berdasarkan uraian di atas peneliti menduga bahwa model pembelajaran LAPS-Heuristic berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis karena melalui penerapan model LAPS- Heuristic menekankan pada pemberian ketrampilan proses pemecahan masalah matematis yang terlihat pada langkah-langkah model pembelajarannya.

14 E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model LAPS-Heuristic terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Negeri 2 Baturraden.