A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

dokumen-dokumen yang mirip
PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

Perencanaan rumah maisonet

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 403/KPTS/M/2002. TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

Optimalisasi Rumah Murah Tipe 36 Menjadi Rumah Sehat Studi Kasus Perumahan Bulan Terang Utama, Malang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

Prakata. Bandung, Desember 2004

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

EBOOK PROPERTI POPULER

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR)

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

BAB III Kajian Teori Rumah Sederhana

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB IV LAPORAN PERANCANGAN

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

Bab V Konsep Perancangan

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

RUMAH DAN SEKOLAH TERBUKA KORBAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH DAN SUMATERA UTARA

Struktur dan Konstruksi II

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

PENGARUH MODUL BESARAN RUANG TERHADAP TATA RUANG RUMAH SANGAT SEDERHANA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

Ketentuan gudang komoditi pertanian

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

Alternatif Desain Properti di Kawasan Kota yang Diminati Masyarakat Menengah ke Atas

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Bab IV. Konsep Perancangan

b e r n u a n s a h i jau

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

BAB VI HASIL PERANCANGAN

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Transkripsi:

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK B. ANALISIS SITUASI Rumah adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk menjaga kelangsungan penyediaan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat. Fenomena yang terjadi adalah semakin menjamurnya permukiman padat penduduk di daerah sekitar perkotaan. Hal ini disebabkan keterbatasan lahan dan kemampuan ekonomi untuk membangun rumah. Pemukiman yang padat apabila tidak didukung perencanaan yang baik akan mengakibatkan lingkungan bermukim menjadi tidak sehat. Kemampuan masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah masih terbatas untuk membeli rumah yang layak, sehat, aman, serasi, dan teratur, maka perlu pembangunan rumah yang dapat dilakukan secara bertahap. Pemerintah dalam hal ini kementrian permukiman dan prasarana wilayah telah mengeluarkan keputusan menteri tentang rumah sederhana sehat. Dalam keputusan menteri 403/KPTS/M/2002 disebutkan beberapa ketentuan umum pembangunan rumah sederhana sehat yang menjadi landasan umum bagi masyarakat untuk membangun rumahnya. Meskipun pada beberapa bagian terdapat aturan yang terlalu teknis sehingga memerlukan sosialisasi sesuai kondisi lokal masyarakat. Potensi bahan bangunan dan budaya di Indonesia menuntut suatu penanganan perumahan yang berbeda-beda pada setiap daerah sesuai dengan potensi lokal, agar biaya pembangunan rumah dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Dunia pendidikan dalam hal ini Perguruan Tinggi mempunyai tanggung jawah pengabdian sebagai bagian dari Tridharma Perguruan

Tinggi. Sosialisasi rumah sederhana sehat berupa penyuluhan oleh kalangan akademisi merupakan bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat. Bentuk penyuluhan yang komunikatif, serta mengambil contoh kasus setempat akan mudah diterima oleh masyarakat umum. C. RUMUSAN MASALAH Keputusan menteri permukiman dan prasana wilayah No 403/KPTS/M/2002 telah memuat pedoman umum pembangunan rumah sederhana sehat perlu dilakukan sosialisasi dan penjelasan yang lebih praktis sesuai dengan kondisi lokal wilayah. Artinya penjelasan atau penyuluhan tentang rumah sederhana sehat harus tetap dalam kerangka, atau berbasis pada kondisi eksisting. Dari masalah tersebut, maka penyuluhan rumah sederhana sehat perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam konteks perubahan yang akan terjadi. D. TINJAUAN PUSTAKA Dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia melalui penyediaan perumahan secara merata, khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, sangat rendah dan kelompok berpenghasilan informal, maka diperlukan upaya penyediaan perumahan murah yang layak dan terjangkau akan tetapi tetap memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan dalam upaya memenuhi ketiga persyaratan dasar tersebut diatas serta memenuhi tujuan dari penyediaan perumahan bagi kelompok masyarakat tersebut maka perlu disediakan suatu rancangan yang memenuhi standar minimal. Pendekatan penyediaan rumah selama ini lebih diseragamkan, sehingga terdapat beberapa kendala di lapangan diantaranya kesenjangan harga yang sangat menyolok diantara beberapa daerah. Selain itu terlalu

dipaksakan satu standar nasional untuk seluruh daerah. Bentuk rancangan tidak mengakomodasi potensi setempat sehingga menjadi mahal. Pada kenyataannya Rumah Sederhana/Rumah Sangat Sederhana setelah 2 3 tahun pasca huni, mengalami perubahan yang dilakukan oleh pemiliknya, sebagian besar perubahan tersebut hanya menyisakan satu ruangan. Perubahan ini didorong oleh adanya sifat manusia, yang pada kodratnya selalu ingin dan berupaya mengungkap jati dirinya. Prototype standar tersebut seringkali tidak dapat diterapkan di daerah, misalnya atap genteng yang tidak tersedia di lokasi karena tidak biasa digunakan. Biaya tinggi pada saat perbaikan atau renovasi inilah yang menjadikan konsumen berspekulasi membeli karena nilai tanahnya, sehingga kelompok sasarannya sudah bergeser ke segmen yang lebih mampu. Harga rumah sederhana di beberapa daerah meningkat sangat tinggi, disebabkan beberapa material dasar yang harus didatangkan dari daerah lain, karena di daerah tersebut ketersediaannya sangat terbatas. Akibatnya harga material bangunan sampai di tempat menjadi sangat tinggi, bahkan menjadi dua kali lipat harga dasarnya. Akhirnya kelompok sasaran yang direncanakan justru tidak dapat menjangkau fasilitas ini. Sehingga dengan kelemahan-kelemahan tersebut, fasilitas ini dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki prospek ekonomi atau yang memiliki kemampuan lebih pada saat itu dan menjadikannya sebagai komoditi yang spekulatif. Nilai masa depan rumah dan tanah inilah yang menjadi lebih menarik bagi mereka yang mempunyai kemampuan lebih. D.1. Ketentuan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) 1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam) Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, buang air besar, cuci

dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: kebutuhan luas per jiwa kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK) kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK) kebutuhan luas lahan per unit bangunan Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) Standar per Jiwa (m²) (Ambang batas) 7,2 (Indonesia) 9,0 (Internasional) 12,0 Luas (m²) untuk 3 Jiwa Luas (m²) untuk 4 Jiwa Unit Lahan (L) Unit Lahan (L) Rumah Min. Efefktif Ideal Rumah Min. Efefktif Ideal 21,6 60,0 72-90 200 28,8 60,0 72-90 200 27,0 60,0 72-90 200 36,0 60,0 72-90 200 36,0 60,0 --- --- 48,0 60,0 --- --- 2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perancangan rumah sehat dan nyaman.

a) Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan, ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya, ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, lubang cahaya minimum seper sepuluh dari luas lantai ruangan, sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. Tabel 2. Kebutuhan pencahayaan alami Rumah Sederhana Sehat Jenis Ruang fl min. TUU fl min. TUS Keterangan Keluarga 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 fl TU = faktor langit. U =Titik Ukur Utama Tidur 0,18d = 0,36 0,05d = 0,10 TU S = Titik Ukur Sisi Dapur 0,20d = 0,40 0,20d = 0,40 d = jarak titik ukur terhadap bidang bukaan Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang

atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 80 cm dari permukaan lantai ruangan. Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh: tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan, bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif. b) Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-ruangan, serta lubanglubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/wc. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/wc, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-

mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja. c) Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan: keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar. pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak. menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan. 3. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai. Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit, talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja.

a. Pondasi Secara umum sistem pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton (beban kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat dikelompokan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung; pondasi setempat; dan pondasi tidak langsung. Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin atau galam. b. Dinding Bahan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya adalah conblock, papan, setengah conblock dan setengah papan atau bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi bahan yang dominan pada daerah dimana rumah ini akan dibangun. Ukuran conblock yang digunakan harus memenuhi SNI PKKI NI- 05 Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk kerangka digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau sambungan lainnya yang menjamin kerapatan. Ring-balok dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Hubungan antara kolom dengan ringbalok dilengkapi dengan sekur-sekur

dari kayu 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Panjang sekur maksimum 50 cm. c. Kerangka bangunan Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang. Untuk rumah setengah tembok menggunakan setengah rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung rangka dinding menggunakan kayu. Untuk sloof disarankan menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu, baik untuk rangka bangunan maupun untuk dinding dan pondasinya. d. Kuda-kuda Rumah sederhana sehat ini menggunakan atap pelana dengan kudakuda kerangka kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Disamping sistem sambungan kuda-kuda tradisional yang selama ini sudah digunakan dan dikemb angkan oleh masyarakat setempat. Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pemasangan kerangka kuda-kuda disarankan menggunakan sistem kuda-kuda papan paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya. Khusus untuk rumah tembok dengan konstruksi pasangan, dapat menggunakan kuda-kuda dengan memanfaatkan ampig tembok yang disekelilingnya dilengkapi dengan ring-balok konstruksi beton bertulang. Kemiringan sudut atap harus mengikuti ketentuan sudut berdasarkan jenis penutup atap yang digunakan, sesuai dengan

spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau minimal 20 untuk pertimbangan kenyamanan ruang didalamnya. D.2. Konsepsi Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan cara hidup. Sasaran penyediaan Rumah Sederhana Sehat yaitu bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam pelaksanaannya pemenuhan penyediaan Rumah Sederhana Sehat masih menghadapi kendala, berupa rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga Rumah Sederhana Sehat masih belum memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh. Untuk itu perlu disediakan desain rumah antara yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rumah Sederhana Sehat. Rumah antara yang dimaksud adalah Rumah Inti Tumbuh (RIT), yaitu rumah yang hanya memenuhi standar kebutuhan minimal rumah, dengan kriteria sebagi berikut: RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang terbuka beratap dan fasilitas MCK. RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang bakal dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang serba guna. Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll) sesuai dengan tuntutan daerah bila itu ada.

Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari. Dalam proses pengembangan RIT menjadi Rumah Sederhana Sehat memberi peluang peran calon penghuni / penghuni dalam mengekspresikan kebutuhan pengungkapan jati diri. Sehingga akan mengurangi peluang terhadap pembongkaran bagian-bagian bangunan secara besar-besaran. 1. Tipologi Rumah Sederhana Sehat Rumah Sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas kapling ideal, dalam arti memenuhi kebutuhan luas lahan untuk bangunan sederhana sehat baik sebelum maupun setelah dikembangkan. Secara garis besar perhitungan luas bangunan tempat tinggal dan luas kapling ideal yang memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan dan kenyamanan bangunan seperti berikut; Kebutuhan ruang minimal menurut perhitungan dengan ukuran Standar Minimal adalah 9 m², atau standar ambang dengan angka 7,2 m² per orang. Sebagai konsepsi dasar kedua perhitungan tersebut masih digunakan dengan tetap mempertimbangkan bentuk akhir rumah pasca pengembangan. Sehingga dari hasil perhitungan diatas didapat luas bangunan awal (RIT) adalah 21 m² dengan pertimbangan dapat dikembangkan menjadi 36 m² bahkan pada kondisi tertentu dimungkinkan memenuhi standar ruang Internasional.

Tabel 3. Luas bangunan rumah sederhana sehat dan luas lahan efektif, diperhitungkan terhadap kebutuhan ruang minimal dan koordinasi modular sehingga dicapai luas lahan efektif antara 72 m² sampai dengan 90 m² dengan variasi lebar muka lahan yang berbeda, pertimbangan modular digunakan untuk memudahkan pola pengembangan pada tahapan berikutnya. 2. Konsepsi Rumah Inti Tumbuh Kendala keterjangkauan masyarakat terhadap Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat), telah diupayakan menyiasati kondisi tersebut melalui satu rancangan rumah antara yaitu RIT sebagai rumah cikal bakal Rumah Sederhana Sehat. Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar dari penghuni untuk mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas kenyamanan, dan kesehatan penghuni dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari, dengan ruang-ruang yang perlu disediakan sekurang-kurangnya terdiri dari: ruang tidur yang memeuhi persyaratan keamanan dengan bagianbagiannya tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki

pencahayaan yang cukup berdasarkan perhitungan serta ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamannya. ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana didalamnya dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka namun masih memenuhi persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah sebelum dikembangkan. kamar mandi/kakus/cuci marupakan bagian dari ruang servis yang sangat menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untuk kegiatan mandi cuci dan kakus. Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang-ruang minimal yang harus dipenuhi sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar, selain itu sebagai cikal bakal rumah sederhana sehat. Konsepsi cikal bakal dalam hal ini diwujudkan sebagai suatu Rumah Inti yang dapat tumbuh menjadi rumah sempurna yang memenuhi standar kenyamanan, kemanan, serta kesehatan penghuni, sehingga menjadi rumah sederhana sehat. D.3. Pola Pertumbuhan Rumah Inti Tumbuh (RIT) menjadi Rumah sederhana Sehat (Rs Sehat) Konsep rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah sebagai berikut: RIT adalah embrio dari rumah jadi yang diharapkan pertumbuhannya menjadi rumah sehat. Diasumsikan sebagai cikal bakal rumah sehat yang memiliki wujud belum sempurna akan tetapi memiliki komponen sistem yang utuh, namun belum berfungsi 100% serta pada pertumbuhannya akan menjadi suatu

rumah yang sempurna dengan fungsi penuh. RIT merupakan suatu rancang yang hanya menyediakan wadah untuk kebutuhan ruangruang kegiatan paling mendasar. Rumah ini nantinya akan dikembangkan oleh pemiliknya secara bertahap mulai dari RIT-1 menjadi RIT-2, dari RIT-2 menjadi Rs Sehat-1, selanjutnya dari Rs Sehat-1 menjadi Rs Sehat-2. Pengembangan tipe-tipe rumah ini tergantung tuntutan, kebutuhan dan kemampuan pemiliknya. Ukuran pembagian ruang dalam rumah tersebut berdasarkan pada satuan ukuran modular dan standar internasional untuk ruang gerak/kegiatan manusia. Sehingga diperoleh ukuran ruang-ruang dalam RIT-1 adalah sebagai berikut: Ruang Tidur : 3,00 m x 3,00 m, Serbaguna : 3,00 m x 3,00 m, Kamar mandi/kakus/cuci : 1,20 m x 1,50 m Dalam proses pengembangan rumahnya dari RIT-1 menjadi RIT-2, Rs - Sehat-1 maupun Rs -Sehat-2, tetap mengikuti ketentuanketentuan atau kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat dan ukuran modul yang sudah ditetapkan. Dibawah ini dijelaskan studi modul untuk RIT serta pertumbuhannya menjadi Rs Sehat-2, yang didasarkan modul-modul 3 M dengan kombinasi luasan lahan dan bangunan, secara skematis dapat dilihat pada gambaran dibawah ini: Gambar 1. Pola pertumbuhan RIT menuju Rs Sehat-2 pada kondisi lahan dengan harga tinggi, yang membentuk aturan rumah deret dengan ukuran lebar minimal lahan 6.00 m dengan luas lahan efektif 72 m² dan luas lahan ideal 200 m².

Gambar 2. Pola pengembangan RIT menuju Rs Sehat-2 pada kondisi harga lahan relatif rendah dengan lebar muka minimal 7,20 m serta luas lahan efektif 90 m² dan luas lahan ideal 200 m². Transformasi perubahan RIT-1 menjadi RIT-2, Rs Sehat-1, Rs Sehat-2 dan analisisnya dapat dilihat pada gambar-2 Transformasi perubahan RIT. Perubahan/transformasi bentuk atap terlihat keberlanjutan bentuk, bukan hanya menguntungkan dari segi pelaksanaan tetapi juga penghematan dari segi bahan bangunan. Pada penambahan ruang juga terlihat sederhana dan mengikuti kaidah perencanaan rumah sehat yaitu adanya penghawaan dan pencahayaan alami serta adanya sirkulasi silang udara. Bentuk atap pada RIT sudah mengantisipasi adanya perubahan yang bakal dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang pelayanan. Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT dapat terpenuhi dengan adanya bukaan yang memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari. Penambahan ruang pada RIT-1 menjadi RIT-2 tidak mengakibatkan perubahan pada bentuk atap karena bentuk atap pada RIT sudah mengantisipasi perubahan ke tipe ini. Pertumbuhan denah menjadi Rs Sehat 2 dengan luas bangunan 36 dan luas lahan efektif antara 72

200 m², tetap menjaga kaidah-kaidah rumah sehat, yaitu dengan tetap mempertimbangkan adanya pencahayaan dan penghawaan alami sermaksimal mungkin. D.4. Lingkungan Perumahan Sederhana Sehat Ketentuan tentang persyaratan lingkungan perumahan sederhana sehat sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman teknis ini, tetap menggunakan ketentuan yang diatur di dalam Keputusan Menteri PU No.20/KPTS/86 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun dan Peraturan Menteri PU No.54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sangat Sederhana. E. TUJUAN KEGIATAN Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Melaksanakan peran penyuluhan untuk menindaklanjuti keptusan menteri permukiman dan prasarana wilayah Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan konstruktif rencana-rancangan pengembangan dan pembangunan rumah sederhana sehat sesuai potensi dan kondisi lokal F. MANFAAT KEGIATAN Kegiatan pengabdian masyarakat ini bermanfaat untuk : Menyebarluaskan keilmuan akademis agar berguna bagi pengembangan dan pembangunan rumah sederhana sehat bagi masyarakat umum.

Mengarahkan konsep dan pemikiran masyarakat terhadap pembangunan rumah sehat sesuai dengan potensi dan kondisi lingkungannya. Menciptakan dialog yang komunikatif antara pihak akademis dengan pihak masyarakat terhadap cara pengembangan dan pembangunan rumah sederhana sehat. G. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH Menyadari pentingnya keikutsertaan pihak akademis untuk memberikan sumbangan konsepsi maupun pemikiran pembangunan rumah sederhana sehat, maka diperlukan adanya kegiatan yang bertujuan untuk : Ikut andil dan berpartisipasi dalam proses perencanaan maupun perancangan rumah sederhana dan sehat bagi penghuninya. Saling bertukar pikiran untuk melakukan sharing knowledge dengan masyarakat umum tentang tata cara, kaidah-kaidah, serta proses perencanaan dan perancangan rumah sederhana sehat. H. KHALAYAK SASARAN ANTARA YANG STRATEGIS Sasaran khalayak adalah masyarakat Kota Malang Penduduk Desa Tlogowaru, kawasan Gunung Buring, Kota Malang Penduduk Desa Nginggit, kawasan Gunung Buring, Kota Malang Pemerintah Kota dan Kabupaten Malang Pengajar (dosen) Program Studi Arsitektur I. KETERKAITAN Agar pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini diperoleh hasil yang maksimal, maka diperlukan kerjasama yang baik antara pihak

penduduk desa, pemerintah desa serta dengan pihak akademis sebagai pihak pendamping/peran perantara. J. METODE PELAKSANAAN PROGRAM Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah berupa penyuluhan rumah sederhana sehat. K. RANCANGAN EVALUASI Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan dievaluasi secara berkala dengan pengamatan berupa: Minat masyarakat dalam meningkatkan dan menindaklanjuti program penyuluhan ini. Meningkatkan mutu pengetahuan dan ketrampilan serta kualitas sumberdaya manusia yang terampil. L. HASIL PENYULUHAN Foto 1. Sosialisasi dan Penyuluhan Kepada Masyarakat

Foto 2. Pendataan dan Pemetaan Kondisi Dalam Bangunan Foto 3. Pendataan dan Pemetaan Kondisi Luar Bangunan dan Lingkungan

Foto 4. Kondisi Saluran Buangan Air Kotor dan Kamar Mandi/WC Foto 5. Kondisi Kandang Ternak yang Berada Di dalam Rumah Foto 6. Posisi Pawon Bersebelahan dengan Kandang Ternak

Foto 7. Ruang Tamu/Istirahat Yang Pengab Foto 8. Teras Rumah Sebagai Tempat Jemuran Foto 9. Selasar/Teras Rumah Sebagai Tempat Jemuran dan Parkir Sepeda Motor

Foto 10. Pola Tata Massa Bangunan Secara Linier Foto 10. Sarana KM/WC Bersama Foto 11. Teras sebagai tempat jemur Foto 12. Bak penampung air hujan Foto 13. Jarak antar bangunan

RUMAH BAPAK NAWAWI Desa Tlogowaru Kec. Kedungkandang Kota Malang Bak Tampung/ Septictank WC/KM Resapan Diberi angin-angin WC/KM Saluran utilitas KANDANG PAWON KANDANG Lantai di buat perkerasan dari pasangan batu bata yang diplester PAWON GUDANG GUDANG RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR LAYOUT PLAN RG. TAMU RG. TAMU Gambar 1. Penyelesaian Permasalahan pada zona kandang dengan memperbaiki kualitas ruang RG. SANTAI RG. SANTAI EMPERAN EMPERAN

Foto 14. Pola Tata Massa Bangunan Secara Cluster Foto 15. Sistem Ventilasi Pada Bangunan

RUMAH BAPAK MUJIONO Dusun Mogal, Desa Gunungsari Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang Bak Tampung/ Septictank Saluran Utilitas Resapan Diberi angina-angin KANDANG KANDANG Lantai di buat perkerasan dari pasangan batu bata yang diplester PAWON RG. KELUARGA PAWON RG. KELUARGA LAYOUT PLAN RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TIDUR RG. TAMU RG. TIDUR RG. TAMU Gambar 2. Penyelesaian Permasalahan pada zona kandang dengan memperbaiki kualitas ruang EMPERAN EMPERAN

M. KESIMPULAN Dengan melihat penataan massa bangunan dan tata ruang tradisional yang tidak memungkinkan untuk dirubah seperti kandang dalam satu atap dan berdekatan dengan aktivitas pawon, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas ruang sebagai berikut: lancarnya aliran udara dalam kandang, menghindari terjadinya kelembaban dalam ruang, membuat sistem utilitas rumah yang baik. Pembuangan limbah kotoran ternak yang tidak terencana dengan benar, maka akan menyebabkan kurang baiknya kondisi lingkungan hunian yang akan berakibat pada kurang baiknya kondisi lingkungan setempat. Kotoran ternak yang sebelumnya kurang maksimal dimanfaatkan, maka dengan kemajuan bidang teknologi kotoran tersebut dapat diolah untuk dijadikan sebagai energi alternatif (energi terbarukan). N. ORGANISASI PELAKSANA 1. Ketua Pelaksana Nama : Ir. Gaguk Sukowiyono, MT NIP.Y. : 102 850 0114 Pangkat/Jabatan : Penata / Lektor Fakultas/Prodi : FTSP / Arsitektur Perguruan Tinggi : ITN Malang Bidang Keahlian : Arsitektur Lingkungan Waktu yang disediakan : 6 Jam/Minggu 2. Anggota Pelaksana 1 Nama : Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MTA NIP.Y. : 101 870 0153 Pangkat/Jabatan : Pembina / Lektor Kepala Fakultas/Prodi : FTSP / Teknik Arsitektur Perguruan Tinggi : ITN Malang Bidang Keahlian : Peranc. Arsitektur Kota dan Permukiman Waktu yang disediakan : 6 jam/minggu 3. Anggota Pelaksana 2 Nama : Ir. Breeze Maringka, MT NIP. : 101 860 0129 Pangkat/Jabatan : Penata / Lektor Fakultas/Prodi : FTSP / Teknik Arsitektur Perguruan Tinggi : ITN Malang Bidang Keahlian : Menagement Konstruksi Waktu yang disediakan : 6 Jam/Minggu

4. Anggota Pelaksana 3 Nama : Ir. Gatot Adi Susilo, MT NIP. : 101 880 0189 Pangkat/Jabatan : Penata / Lektor Fakultas/Prodi : FTSP / Teknik Arsitektur Perguruan Tinggi : ITN Malang Bidang Keahlian : Sejarah dan Kritik Arsitektur Waktu yang disediakan : 6 Jam/Minggu O. DAFTAR PUSTAKA Kepmen Permukiman dan Prasana Wilayah 403/KPTS/M/2002 Gunadi, Indra. 101 Desain Jendela. Penebar Swadaya. Depok: 2007 Keman, S. Jurnal Kesehatan Lingkungan. FKM Unair. Surabaya: 2005 Kepmen Perumahan Rakyat N0: 08/KPTS/BKP4N/1996. Jakarta: 1996 Standar, SK SNI 03-2396-1991. Departemen Pekerjaan Umum. 1991 Standar, SK SNI 03-2396-2001. Departemen Pekerjaan Umum. 2001 Standar, SK SNI S-06-1990-F. Departemen Pekerjaan Umum. 1990