SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

dokumen-dokumen yang mirip
SOAL B: PERENCANAAN TURAP. 10 KN/m m. 2 m m. 4 m I. 2 m. 6 m. do =?

KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL. (berdasarkan sifat dan karakteristik tanah)

Pasir (dia. 30 cm) Ujung bebas Lempung sedang. Lempung Beton (dia. 40 cm) sedang. sedang

PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG DAN TIANG BOR PADA PEKERJAAN PEMBUATAN ABUTMENT JEMBATAN LABUHAN MADURA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Berdasarkan hasil data pengujian di lapangan dan di laboratorium, maka

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

III. LANDASAN TEORI. Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga dapat dibedakan menjadi gaya lateral dan

KAPASITAS DUKUNG TIANG

ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN

Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

BAB III DASAR TEORI. BAB II Tinjauan Pustaka 32

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN HIDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN KONDOMINIUM NORTHCOTE GRAHA METROPOLITAN, HELVETIA, MEDAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

KAPASITAS PONDASI TIANG

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

Bab IV TI T ANG G MENDUKU K NG G BE B BA B N LATERAL

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN FAK. MIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah NRP : Dosen Pembimbing : Indrasurya B. Mochtar, Prof., Ir., MSc., PhD

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

TUGAS AKHIR ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK MINI PILE PABRIK PKO PTPN III SEI MANGKEI DISUSUN OLEH DEBORA NAINGGOLAN

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG SECARA ANALITIS PADA PROYEK GBI BETHEL MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiang pancang dan tiang bor. ( SNI ). (Hardiyatmo, H. C. (2010), Analisis dan Perancangan Fondasi, Gadjah Mada

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

Jawaban UAS Teknik Pondasi (Waktu 120 menit) Tanggal : 18 Juni 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Data Uji Lapangan dan Laboratorium Terhadap Daya Dukung Fondasi Tiang Bor

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan

Perhitungan Struktur Bab IV

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Lateral tiang pancang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

KAJIAN KEMAMPUAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG PADA ABUTMENT JEMBATAN BERDASAR BEDAH BUKU BOWLES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tugas Rekayasa Pondasi Jurusan Teknik Sipil. Universitas Sebelas Maret Surakarta PONDASI DANGKAL

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.

ANALISIS PENURUNAN BANGUNAN PONDASI TIANG PANCANG DAN RAKIT PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN SURABAYA CENTRAL BUSINESS DISTRICT

REKAYASA PONDASI 1. Pondasi adalah bagian terendah dari struktur bangunan yang meneruskan beban bangunan ketanah atau batuan yang ada dibawahnya.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

a. MEYERHOFS Untuk tanah homogen Lb=L = 12 m. Untuk φ=35o dari grafik dibawah ini didapat N*q = 120.

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyatmo, 2010).

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

DAYA DUKUNG TIANG TERHADAP BEBAN LATERAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UJI PADA TANAH PASIR

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

2.4.1 Kapasitas dukung tiang pancang tunggal... 9

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Sumber-Sumber Rujukan. Pemilihan Parameter Tanah. Pertemuan ke-1 PRAKTIKUM TEKNIK FONDASI SEMESTER GANJIL 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Beban Leteral yang Bekerja Pada Tiang Tunggal. Gaya tahanan maksimum dari beban leteral yang bekerja pada tiang tunggal

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK MINI PILE PABRIK PKO PTPN III SEI MANGKEI

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

STUDI PERILAKU TIANG PANCANG KELOMPOK MENGGUNAKAN PLAXIS 2D PADA TANAH LUNAK ( VERY SOFT SOIL SOFT SOIL )

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

Indra Pardamean Parinduri 1, Ir.Rudi Iskandar,MT 2

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

TINJAUAN PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN PONDASI TIANG PANCANG PADA PROYEK HOTEL IBIS MANADO

TEKANAN TANAH LATERAL

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA GEDUNG KAMPUS STIE-IBS KEMANG

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Abstrak... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... x Daftar Gambar...

DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R.

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

PENGARUH DIAMETER TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL TIANG TUNGGAL ABSTRAK

ANALISA DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN ELASTIS TIANG PANCANG BETON DIAMETER 0,5 METER JEMBATAN SUNGAI PENARA JALAN AKSES NON TOL KUALANAMU (Studi Kasus)

JURNAL TEKNIK SIPIL USU ABSTRAK

BAHAN AJAR PONDASI. BAB 2. Penyelidikan Tanah dan Daya Dukung Tanah Penyelidikan Tanah di Laboratorium. 2.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

A. Pengertian Pondasi Kaison ^

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dapat secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

DAFTAR ISI. Judul Pengesahan Motto dan Persembahan ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG 0. 0.4 ± 0.0 0. 0.8 30 KN I 3. m.0 0.3 30 KN.0.7 m m 9 m II II 0.7 m. m Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 0. m. Tiang pancang dari beton ( berat volume beton = KN/m 3, fc = 4 Mpa ) dengan tampang lingkaran diameter 0.3 m. Tanah pada lapis I dan II adalah jenis tanah urug pasir (granuler) homogen. Tanah I : γ = 0.8 KN/m 3 ϕ = 9. Tanah II : γ = 6. KN/m 3 γ = 7.8 KN/m 3 ϕ = 3 6. m Nilai φ lapisan tanah I dan II diperoleh dari memplotkan nilai N rata-rata yg telah dikoreksi pada lapisan tanah I dan II pada gambar 3.8 (HCH-Teknik Fondasi I) Tanah asli sepanjang kedalaman pengujian (bukan tanah urug pasir) memiliki nilai rerata γ = 8. KN/m 3, γ = 0. KN/m 3, dan γ sat = 0 KN/m 3

I. INTERPRESTASI DATA STANDARD PENETRATION TEST (SPT) Dari grafik SPT (terlampir) diperoleh kedalaman pemancangan tiang adalah pada kedalaman 0 meter karena daya dukung tanah dianggap cukup kuat untuk mendukung beban yang ada.. Pengolahan Data SPT Dengan melihat grafik SPT terlampir, diasumsikan sendiri tanah dibagi menjadi beberapa lapisan dimana dalam setiap lapisan memiliki kecenderungan nilai N yang sama. Semakin banyak pembagian lapisan maka ketelitian untuk mendapatkan nilai N rerata menjadi semakin akurat. Data SPT yang ada kemudian dikoreksi terhadap dua hal, meliputi: a. koreksi overburden Dianggap jenis pasir sepanjang kedalaman adalah jenis pasir halus normally consolidated, sehingga persamaan koreksi overburden yang digunakan adalah CN =, dimana po' + pr C N = nilai koreksi overburden p o = tekanan overburden efektif (KN/m ) p r = tegangan efektif referensi = 00 KN/m sehingga nilai N menjadi N = C N. N dengan N = N yang diperoleh dari pembacaan grafik SPT terlampir b. koreksi pada tanah tanah pasir sangat halus atau pasir berlanau yang terendam air Koreksi ini diberikan hanya pada kedalaman dari muka air sampai ke bawah pada kedalaman yang diinginkan. Sehingga untuk kedalaman diatas muka air tidak perlu dikoreksi terhadap kondisi ini. Untuk kedalaman dari muka air sampai ke bawah diberikan dua kali koreksi yaitu koreksi terhadap overburden dan koreksi terhadap kondisi ini. Jika nilai N lebih besar dari, maka nilai N harus direduksi/dikoreksi menjadi N dengan N ' = + ( N' ) setelah dikoreksi dengan persamaan diatas selanjutnya dikoreksi terhadap tekanan overburden. Dari grafik SPT terlampir diasumsikan muka air pada kedalaman 6. m 6 m, kemudian dapat dibuat tabel sebagai berikut. Depth (m) N N σ v = p o C N N = C N. N atau N = C N. N 8-4.6.4 0 3-6.4 6.6 4. - 8.0.0.76 9-97..0 9. 6 4-4.0 0.93 3.08 7. -.8 0.90.7 8 0-9.6 0.87 8.7 9. - 37.4 0.84 0.3 0-4. 0.8 0 3.0 0.79.8

Depth (m) N N σ v = p o C N N = C N. N atau N = C N. N 3 63. 0.76 9.00 3 7.. 73.4 0.73.4 4 4-83.6 0.7 9.87-93.8 0.68 7.49 6-04.0 0.66 7.4 7 0 7. 4. 0.64.4 8 30. 4.4 0.6 3.87 9 6 0. 34.6 0.60. 0 8. 44.8 0.8 0.73 40 7..0 0.6.49 6 40 6. 0..90 Dengan mengamati grafik SPT terlampir, maka sampai kedalaman m tanah dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu: Kedalaman -0 m = Lapisan Tanah I; Kedalaman 0-4 m = Lapisan Tanah II; Kedalaman 4-6 m = Lapisan Tanah III; Kedalaman 6-0 m = Lapisan Tanah IV; Kedalaman 0- m = Lapisan Tanah V; untuk lebih jelasnya dibuat tabel sebagai berikut: Lapisan Kedalaman (m) Nilai N rerata Kepadatan Sudut Gesek (φ') 0 s/d 0 9.46 Tidak Padat 9.8 0 s/d 4 4.49 Sedang 3. 3 4 s/d 6 8.0 Tidak Padat 9 4 6 s/d 0.04 Sedang 30. 0 s/d 6.04 Sedang 3. Jenis kepadatan tanah dan sudut gesek (φ') diperoleh dari gambar 3.8 (HCH- Teknik Fondasi I) yang didasarkan pada nilai N. Dari tabel diatas dapat diperoleh nilai N rerata dari kedalaman dibawah poer sampai ujung tiang (tiang dipancang pada kedalaman 0 m atau 9. m dari dasar pilecap) adalah.9, maka sudut gesek (φ') rerata sepanjang kedalaman yang ditinjau adalah 30.6.. Kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya desak (Q a ) Perhitungan kapasitas dukung tiang terhadap gaya desak didasarkan pada metode Brom yang didasarkan pada nilai-nilai pendekatan dari δ dan K d yang diperoleh dari tabel. dan.3 (HCH-Teknik Fondasi II). Dalam pembahasan ini dipilih cara Brom karena hasil yang diperoleh dilapangan secara umum lebih representatif. Tahanan terhadap desak terdiri dari tahanan ujung ultimit dan tahanan gesek ultimit. a. Tahanan Gesek Ultimit(Q s ) Menurut Vesic (967) dan Kerisel (96) dianggap tekanan overburden p o = γ.h adalah konstan pada kedalaman kritis (z c ) antara 0d 0d. Dalam hal ini z c diambil 0d. Sehingga dengan diameter (d) = 0.3 m, kedalaman kritis = 0 x 0.3 = 6 m. Jadi setelah kedalaman 6 m, p o bernilai konstan sebesar p o = p o = 3.x 0.8+.x6. = 4.0 KN/m. Rumus tahanan gesek tiang adalah Q = A. K. tgδ. p s s d o 3

dimana A s = luas selimut tiang K d = koefisien tekanan tanah yang bergantung pada kondisi tanah δ = φ d = sudut gesek dinding efektif antara dinding tiang dan tanah p o = tekanan vertikal efektif rerata di sepanjang tiang yang besarnya sama dengan tekanan overburden efektif untuk z z c, dan sama dengan tekanan vertikal kritis untuk z z c. Lapisan Kedalaman (m) K d δ (tiang beton) K d tg δ 0 s/d 0.3 0.4 0 s/d 4. 3.6 0.66 3 4 s/d 6.7 0.399 4 6 s/d 0..6 0.66 0 s/d. 4.37 0.68 nilai K d diperoleh dari tabel. (HCH-Teknik Fondasi II), sedangkan nilai δ untuk tiang beton, Mayerhof mengusulkan δ = 0.7 φ' atau dapat dilihat pada tabel.3 (HCH- Teknik Fondasi II). Dari data diatas dapat dibuat tabel sebagai berikut: Kedalaman A s p (m) (m K ) d.tg δ o A s K d.tg δ. p o (KN/m ) (KN) f s (KN/m ) 4 3x0.94 =.8 0.66 4.0 0.98 74.8 4 6 x0.94 =.88 0.399 4.0 8. 4. 6 0 4x0.94 =3.76 0.66 4.0 68.4 7.40 maka Q s = 0.98 + 8. + 68.4 = 64.98 KN, As Kdtgδ po dengan fs = = Kdtgδ po. Dari tabel dapat diketahui f s maksimum = 74.8 As KN/m. Dalam pengamatan Vesic menunjukkan bahwa tahanan gesek dinding akan mencapai maksimum pada penetrasi tiang yang berkisar antara 0d - 0d, sehingga nilai f s maksimum kemungkinan tidak akan aman jika kedalaman tiang lebih besar dari 0d. Oleh sebab itu, tahanan gesek yang digunakan pada tiang dibatasi maksimum 07 KN/m (Tomlinson, 977). Dari perhitungan diatas f s maksimum terjadi 07 KN/m. Jadi OK! b. Tahanan Ujung Ultimit(Q b ) Persamaan tahanan ujung ultimit untuk tiang pancang yang terletak di dalam tanah pasir jenuh menurut Brom adalah Q b = Ab pbnq, dengan Q b = tahanan ujung ultimit (KN) p b = tekanan vertikal efektif pada ujung tiang (KN/m ) N q = faktor kapasitas dukung, diperoleh dari gambar.4 (HCH-Teknik Fondasi II) A b = luas dasar tiang (m ) dengan φ' = 3. (φ' pada ujung tiang) dan L/d = (0-0.9)/0.3 = 9./0.3 = 30.3, maka dari gambar.4 diperoleh nilai N q = 3 sehingga Q b = 0. π 0.3 4.0 3 = 7.98 KN Tahanan ujung maksimum yang terjadi (f b maksimum) = Q b /A b = 8.9/0.07 = 3633.4 KN/m. Dengan alasan yang sama dengan f s maksimum yang 4

diijinkan pada tahanan gesek, maka f b maksimum yang diijinkan pada tahanan ujung =0700 KN/m. Dapat disimpulkan f b maksimum yang terjadi < f b maksimum ijin. Jadi OK! Kemudian kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya desak adalah dengan menggunkan rumus dibawah ini. Qb Qs Qa = + Wtiang, dimana SF SF Q a = kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya desak (KN) W tiang = berat tiang yang tertanam dalam tanah (KN) SF = angka aman (SF = 3 dan SF =.), penggunaan SF lebih besar dari SF karena nilai puncak dari tahanan gesek dinding tiang tercapai bila tiang mengalami penurunan sampai 7 mm, sedangkan tahanan ujung membutuhkan penurunan yang lebih besar agar tahanan ujungnya bekerja secara penuh. W tiang = x 0. x π x 0.3 x 9. = 6 KN Maka; 7.98 64.98 Q a = + 6 = 446.6 KN/tiang 3. 3. Kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya tarik (T a ) Untuk menghitung kapasitas tarik tiang digunakan metode Coyle dan Castello (98). Qs T = a. Wtiang + 0.9 64.98 T a = + 0.9.6 = 7.40 KN/tiang 4. Kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya lateral (Ha) Kapasitas momen tiang didasarkan dari momen pengangkatan tiang. Sedangkan kapasitas tanah pendukung didasarkan pada rumus berikut ini: 3 M max = γ ' d l Kp dengan: γ : Berat volume tanah (saturated) lapisan tanah asli = 0. KN/m 3 d : Diameter tiang pancang l : Panjang tiang dibawah pile cap Kp : Koefisien tekanan tanah pasif k p = tg (4 + ) 30.6 k p = tg (4 + ) = 3.07 Maka; Mmax = 0. x 0.3 x 9. 3 x 3.07 = 7079.0 KNm. θ Berat sendiri tiang (W) W = q = A. beton = 0.xπxD x beton = 0.xπx0.3 x =.77 KN/m

Diasumsikan kepala tiang yang terjepit (tertanam) sedalam 60 cm, maka panjang tiang pancang = 0-0.9+0.6 = 9.7 m. Digunakan pengangkatan satu ujung tiang dengan momen maksimum (M y ) =. q. l =.77 9.7 = 0.8 KNm. 8 8 Karena Mmax > My sehingga tiang mengalami keruntuhan terlebih dahulu daripada tanahnya maka tiang yang digunakan diasumsikan sebagai tiang panjang dengan ujung terjepit.. M u Hu = Hu e + 0. γ. d. k p 0.8 Hu = Hu 0 + 0. 0. 0.3 3.07 Didapat nilai Hu = 37.76 KN Maka Ha = Hu/SF = 37.76/. =. KN/tiang II. PERENCANAAN FONDASI TIANG Dari hasil perhitungan, didapat: Qa = 446.6 KN/tiang Ta = 7.40 KN/tiang Ha =. KN/tiang Koefisien tekanan tanah aktif (Ka): Tanah I Ka = tg (4-φ/) = tg (4-9./) = 0.34 Tanah II Ka = tg (4-φ/) = tg (4-3/) = 0.3 Koefisien tekanan tanah pasif (Kp) : Tanah II Kp = tg (4+φ/) = tg (4+3/) = 3. Dari perhitungan beban vertikal dan momen, ditinjau sepanjang bentang 0. meter diperoleh: Beban total yang bekerja akibat beban tetap dan berat sendiri abutment (ΣV) = 908. KN. Momen total yang bekerja akibat beban tetap dan berat sendiri abutment = -788 KNm. Dari perhitungan tekanan tanah lateral, ditinjau sepanjang bentang 0. meter diperoleh: Tekanan tanah aktif yang bekerja = 3474.6 KN. Momen yang terjadi akibat tekanan tanah aktif ditinjau dari dasar poer = 36.3 KNm. Tekanan tanah pasif yang bekerja = 843.9 KN. Momen yang terjadi akibat tekanan tanah pasif ditinjau dari dasar poer = 908.06 KNm. ΣE lateral = 3474.6 843.9 = -369.3 (gaya yang bekerja lebih dominan gaya pasif) ΣM total = 36.3 908.06 788 = 330.6 KNm 6

Jumlah tiang yang digunakan atau dibutuhkan: n = ΣV/Qa = 908./446.6 = 6.66 7 tiang Dalam perencanaan digunakan 40 tiang, dengan ketentuan : Jarak antar tiang diambil minimal.d 3D. Pengambilan rentang ini bertujuan untuk menghindari pile heave (terangkatnya tiang karena pemancangan tiang yang lain). Jarak tiang ke tepi poer diambil antara 0. m 0.7 m. Dari ketentuan diatas dipakai : Jarak antar tiang p.k.p (S horizontal ) =. meter. Jarak antar tiang p.k.p (S vertikal ) = meter. Jarak tiang ke tepi poer (horizontal) = 0.7 meter. Jarak tiang ke tepi poer (vertikal) = 0.70 meter. 0.7 0.7 I II III IV V 0.7.... 0.7 Absis tiang terhadap pusat poer : Baris I Baris III = -. m =. m Baris II Baris Iv = -. m =. m Σx = 8x(-.) +8x(-.) +8x(.) +8x(.) = 7

. Kontrol Terhadap Beban Tetap V = 908. KN ΣM total = 330.6 KNm Untuk Baris I V M. V P y x = = + n x 908. 330.6 V = P = + (.) 40 = 3.7 KN/tiang < 446.6 KN/tiang..OK! dengan cara yang sama diperoleh : Baris II, V = P = 64.6 KN/tiang < 446.6 KN/tiang.OK! Baris III, V3 = P3 = 330.8 KN/tiang < 446.6 KN/tiang..OK! Baris IV, V4 = P4 = 363.9 KN/tiang < 446.6 KN/tiang OK! H pasif = ΣE lateral = Ea Ep = -369.3 KN (tanda negatif menunjukkan arah ke sumbu x negatif) H yang terjadi = ΣE lateral /n = 369.3/40 = 9.3 KN/tiang < Ha =. KN/tiang. Karena H yang terjadi lebih besar dari Ha maka diperlukan tiang miring. Apabila sebaliknya maka perlu tiang miring dengan kemiringan :. sampai : 4. Dalam menghitung H yang terjadi setelah digunakan tiang miring, H yang terjadi adalah ΣE lateral dibagi dengan jumlah tiang yang tegak karena gaya yang tersisa dilimpahkan pada tiang yang tegak. Digunakan tiang miring dengan kemiringan m : = 3 :. Gaya desak terbesar pada deret tiang IV dan dicoba digunakan 8 tiang miring pada masing-masing baris I dan II. P4 v = 363.9 KN, maka P4 h = P4 v /m = 363.9/3 = KN H pasif = -369.3 + 6 x = -48. KN H yang terjadi = -48./4 = -7.8 KN < H a =. KN/tiang. OK!. Kontrol Terhadap Beban Sementara V = 908. KN M sementara = H x panjang abutment tegak lurus bidang gambar x lengan momen terhadap dasar poer = 30 x 0. x 8.9 = 803. KNm ΣM sementara = 330.6 + 803. = 63.76 KNm Untuk baris I V M y. x V= P= + n x 908. 63.76. (.) V = P = + 40 = 7.43 KN/tiang < 3/ Qa = 669.98 KN/tiang OK! dengan cara yang sama diperoleh: Baris II, V = 36.7 KN/tiang < 3/ Qa = 669.98 KN/tiang...OK! Baris III, V3 = 38.8 KN/tiang < 3/ Qa = 669.98 KN/tiang..OK! Baris IV, V4 = 49.98 KN/tiang < 3/ Qa = 669.98 KN/tiang..OK! 8

Gaya Lateral yang Diterima Tiap Tiang Σh total = ΣE lateral + H x bentang abutment = -369.3 + 30 x 0. = -04.3 KN H terjadi = Σh total /n = 04.3/40 = 6 KN/tiang > 3/ Ha = 37.8 KN/tiang Karena h yang terjadi lebih besar dari 3/Ha maka diperlukan tiang miring. Digunakan tiang miring dengan kemiringan m : = 3 :. Gaya desak terbesar pada deret tiang IV dan dicoba digunakan 6 tiang miring pada masing-masing baris I saja. P4 v = 49.98 KN, maka P4 h = P4 v /m = 49.98/3 =39.99 KN H pasif = -369.3 + 6 x 39.99 = -4.36 KN H yang terjadi = -4.36/34 = 3.7 KN < 3/H a = 37.8 KN/tiang. OK! 3. Defleksi Tiang Vertikal Gaya Lateral jepit. Fc Ep Ip Menentukan kategori tiang pada tanah granuler dengan ujung tiang dianggap = 4 MPa = Modulus elastisitas tiang beton = 4700 ( Fc ) = 4700 4 = 30.03 Mpa = Momen inersia penampang tiang = (/64).π.d 4 = (/64).π.0.3 4 = 3.976.0-4 m 4. Nilai nh yang digunakan adalah nilai nh rata-rata dari lima lapisan tanah. Nilai nh dapat dilihat pada tabel.9 (HCH-Teknik Fondasi II). Lapisan Kedalaman (m) Kepadatan Nh (KN/m 3 ) 0 s/d 0 Tidak Padat 90. 0 s/d 4 Sedang 480 3 4 s/d 6 Tidak Padat 386 4 6 s/d 0 Sedang 480 0 s/d Sedang 480 Panjang tiang yang masuk ke dalam tanah adalah dari kedalaman 0.9 m m sampai 0 m. Maka nh yang dirata-rata adalah dari kedalaman -0 m, sehingga nh n i i= = n l nhi, dimana l i i= l i = tebal tanah pada lapisan ke-i nh i = nilai nh pada lapisan ke-i 3 480 + 386 + 4 480 nh = = 4080. KN/m 3 3 + + 4 α nh = Ep Ip 4080. = 6 4 3.03 0 3.976 0 = 0.8 9

αl = 0.8 x 9. = 7.74 > 4..OK!, termasuk tiang panjang. Defleksi maximum yang terjadi : 0.93Ha 0.93. Y o = nh 3 ( ) 3 6 4 Ep. Ip 4080. ( 3.03 0 3.976 0 ). = = 0.004 m = 0.4 cm < cm. OK! 4. Efisiensi Kelompok Tiang Dalam Tanah Granuler Efisiensi kelompok tiang diperhitungkan jika tiang dianggap sebagai tiang blok/pondasi rakit dimana apabila kelompok tiang ini dibebani, tiang-tiang dan tanah yang terletak diantaranya akan bergerak bersama-sama sebagai satu kesatuan. Menurut Vesic (976), pada tiang yang dipancang pada tanah granuler, kapasitas kelompok tiang lebih besar daripada jumlah kapasitas masing-masing tiang didalam kelompoknya. Keadaan ini menyebabkan efisiensi kelompok tiang cenderung lebih besar dari (>00%). 0