ANTROPOLOGI HUKUM DALAM IMPLIKASI UNDANG-UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
ANTROPOLOGI HUKUM DALAM IMPLIKASI UNDANG-UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PEMIKIRAN KETERBUKAAN ARSIP DINAMIS DALAM MENYONGSONG DITETAPKANNYA RUU KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

PENGELOLAAN ARSIP dalam upaya PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PENGELOLAAN ARSIP KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DALAM PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

MEKANISME UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK Oleh.: Yunus,S.Pd.,M.Si i

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HAK AKSES INFORMASI PUBLIK. Oleh: Mahyudin Yusdar

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI FITRA RIAU

BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMANDANGAN UMUM PEMERINTAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

oleh: NANI NURANI MUKSIN KOMISI INFORMASI DKI 2017

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indo

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

Pokok-Pokok Pikiran UU KIP. Oleh: Mahyudin Yusdar

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

PROSEDUR PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN UJI KONSEKUENSI INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

Hak Akses Informasi Publik M E N G E N A L U U N O 1 4 / T E N T A N G K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I P U B L I K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Informasi Publik. Hendra Wijayanto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

KEPALA DESA CERMEE KABUPATEN/KOTA BONDOWOSO PERATURAN KEPALA DESA CERMEE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publ

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA. No.1279, 2013 KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF. Informasi. Dokumentasi. Pengelolaan. Pencabutan.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN TRANSPARANSI BAGI MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Informasi. Publik. Pelayanan.

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Buku Saku Hak Atas Informasi. Pendahuluan

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MENGENAL UU NO. 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Bagian I. Oleh M.Ema Lestari Lamanepa

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ARSIP DINAMIS SEBAGAI INFORMASI PUBLIK

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ARSIP DINAMIS SEBAGAI INFORMASI PUBLIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

2011, No Tata Cara Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK dalam kerangka MANAJEMEN ARSIP

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PPID PEMBANTU STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG PROVINSI JAWA TIMUR

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DAN DOKUMENTASI BADAN SAR NASIONAL

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Pasal 4. (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang Undang ini.

FGD Analisa dan Evaluasi Hukum Dalam rangka Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Publik. Oleh : Nevey Varida Ariani SH.,M.

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

Transkripsi:

ANTROPOLOGI HUKUM DALAM IMPLIKASI UNDANG-UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Sumrahyadi, Erwan Baharudin Jurusan Antropologi - Universitas Indonesia, Jakarta Puspen Jurnal Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 erwan.baharudin@indonusa.ac.id ABSTRACT Basically UU KIP already Useless on year 2008 well-founded if that to activity will on year 2010, since in common infrastructure it was ready e.g. still marks sense distinctive and discrepancy among UU that with law or regulation about another invitation. By compares among UU KIP with regulation about invitation concerning really very clear that discrepancy, so needs available kesiapan well from State as provider of information with society as user of that information strongly gets to utilize optimal ala information not only as proof as akuntabilitas State promoter also at a swoop as material as otentik's prove. Revamping culture commandinging to provide access to society also tidakla is easily need available kesiapan, such too contrariwise to revamp culture and reviving will the importance for information to society also need effort and time. Mark sense discrepancy possible or the difference principle with regulation about invitation kearsipan pretty much gets to be done by repair or revision that adjusted by more era developing transparent to render Democratic State and good governance manner. For institution relates obviously it needs to think up regulation revision possible about shrimp aught by adjusted requirement and respondent era developing more transparent and akuntabel. Besides, institution also needs think up standard and information type criterion or archives what do may not be accessed by public. Keywords: Jurisdictional Anthropology, Legislation Regulation, Implication Pendahuluan RUU tersebut adalah merupakan salah satu langkah Pada awal tahun 2008 dalam waktu yang maju, terutama Undang-Undang tentang KIP. hampir bersamaan telah disetujui 2 Rancangan Menurut Agus Sudibyo dalam Kompas (Senin, 7 Undang-Undang (RUU) oleh Badan Legislatif menjadi April 2008) bahwa Undang-Undang KIP ini Undang-Undang, yaitu Undang-Undang ITE merupakan salah satu rekor dalam sejarah legislasi (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang di Indonesia karena pembahasannya sudah dilakukan disetujui tanggal 25 Maret 2008 dan Undang- sejak tahun 2000, sehingga praktis hampir memakan Undang KIP (Keterbukaan Infonmasi Publik) waktu selama 8 tahun. Dengan demikian Agus yang disetujui DPR pada tanggal 3 April 2008. Sudibyo menekankan bahwa Indonesia menjadi Undang-Undang ITE kemudian diundangkan dan ditandatangani Negara kelima di Asia dan Negara ke-76 di dunia oleh Presiden pada tanggal 21 April yang secara formal mengadopsi prinsip-prinsip ke- 2008 dengan Nomor 11 tahun 2008 dan tercatat dalam terbukaan informasi. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Dalam aturan yang tertuang pada UU-KIP ini 2008 Nomor 58, sedangkan Undang-Undang KIP antara lain menyebutkan bahwa semua badan public diundangkan pada tanggal 30 April 2008 Nomor 14 harus menyediakan akses informasi secara terbuka Tahun 2008 dan tercatat dalam Lembaran Negara RI dan efisien kepada public yang merupakan salah satu Tahun 2008 Nomor 61. Dengan diundangkan kedua usaha untuk mewujudkan Good and clean Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009 125

govermance melalui transparansi pemerintahan. Hanya rencananya UU-KIP ini baru mulai diberlakukan Keterkaitan dan perbandingan pertama adalah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tahun 2010 karena nampaknya secara infra struktur tentang "Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan" belum siap untuk segera diterapkan. Walaupun secara pragmatis baru diterapkan pada tahun 2010, tetapi tentu saja perlu disimak keterkaitan UU-KIP ini dengan peraturan perundangan yang lain serta kesiapan dan implikasinya. Terilhami oleh artikelnya T.O. Ihromi dengan terutama Pasal 11 tentang Ketentuan Pidana dimana pada pasal tersebut ayat 1 disebutkan "Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki Arsip dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10 tahun". Sedangkan pada ayat 2 disebutkan bahwa "Barang siapa yang judul "Sumbangan Antropologi Hukum Bagi menyimpan Arsip yang dengan sengaja memberitahukan Pengembangan Hukum Nasional" yang ada dalam bukunya Kuntjaraningrat, maka hal ini yang mendorong untuk mengajukan tulisan ini mengapa suatu produk telah diundangkan tetapi baru diberlakukan 2 tahun mendatang dan implikasi dari diberlakukannya UU-KIP terutama kaitannya dengan peraturan perundangan lain dilihat dari antropologi hukum. F. von Benda; Beckmann mengatakan dalam bukunya "Dari Hukum Manusia Primitif Sampai ke Penelaahan Sosio-Hukum Masyarakat Masyarakat Kompleks" yang dikutip oleh T.O. Ihromi dalam "Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai hal 12 menyebutkan bahwa: "Antropologi hukum telah memperoleh citra sebagai kajian yang memusatkan perhatian pada penelitian lapangan dalam situasi mikro dan sejarah mikro, penggunaan metode penelitian kualitatifnya dengan observasi sambil berpartisipasi dan wawancara tidak berstruktur serta tekanannya pada perbandingan" (2003). Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam penulisan ini akan lebih menekankan pada hasil observasi dengan melakukan pengamatan secara langsung kemudian membandingkan UU-KIP dengan Undang-Undang atau produk hukum lainnya yang masih terkait, khususnya di bidang kearsipan. hal-hal tentang isi naskah itu kepada pihak ketiga yang tidak berhak mengetahuinya sedang ia diwajibkan merahasiakan hal-hal tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama-lamanya 20 tahun. Keterkaitan dan perbandingan yang lain adalah dengan peraturan perundangan yang lebih rendah lagi misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 tentang "Penyusutan Arsip" pada penjelasan pasal 15 disebutkan bahwa "Sifat Arsip dinamis pada dasarnya tertutup, oleh karena itu pengelolaan dan perlakuannya berlaku ketentuan tentang kerahasiaan surat-surat". Dengan melihat 2 produk hukum di bidang kearsipan tersebut, maka nampak ada perbedaan yang cukup mendasar dari Arsip yang pada dasarnya merupakan bagian dari informasi seperti yang dimaksudkan dalam UU-KIP. Sehingga perlu pemikiran agar peraturan perundangan yang terkait dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman dan perkembangan system pemerintahan yang telah berubah. Lebih lanjut lagi Ihromi mengutip dari pendapat F. von Benda Beckmann, bahwa: "Antropologi hukum adalah disiplin ilmiah yang paling eksplisit memusatkan perhatian pada kekompleksitasan normative dalam masyarakat, dan pada hubungan antara prilaku manusia dengan kekompleksitasan tersebut, serta pada perubahan-peru- 126 Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009

bahan baik dalam prilaku manusia maupun dalam kekompleksitasan normative" (2003). Sementara Amri Marzali dalam bukunya Antropologi dan Pembangunan Indonesia mengemukakan bahwa paling tidak ada 4 unsur perbedaan antara antropologi terapan dengan antropologi abstrak dimana daiam poin ketiga dikatakan: "Ahli antropologi terapan akan mengaplikasikan penemuan, data dan analisis mereka ke bidang luar antropologi, khususnya pada bidang public interest. Akibatnya para antropolog terapan sering bekerja secara antar disiplin, bekerja sama dengan ahli-ahli dari disiplin ilmu lain. Mereka meneliti masalahmasalah baru dalam ilmu antropologi dan mengumpulkan Good and clean Governance dimana dalam konsep ini ada 3 pilar atau unsur yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu unsur Good Governance dituntut untuk menjalankan kegiatannya secara terbuka dalam arti semua dapat dipertanggungjawabkan tanpa ada keinginan untuk menutupi. Untuk memujudkan pemerintahan yang akuntabel memang perlu dibuatkannya suatu aturan main dimana masyarakat dapat mengakses kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan publik. Sehingga dengan undang-undang ini nantinya diharapkan adanya perubahan normative dari baik dari badan public sebagai lembaga penyedia informasi maupun masyarakat sebagai pengguna informasi. data atas dasar relevansinya dengan isu-isu masa kini". (2007). Dengan melihat pendapat tersebut maka ini juga menjadi pendorong untuk melakukan kajian terhadap implikasi UU-KIP dikaitkan dengan peraturan perudangan lainnya. Apalagi pada halaman 9 Amri Marzali menekankan lagi tentang pembagian katagori antropologi terapan yang antara lain dikemukakan: "katagori kedua adalah penelitian yang dilakukan antropolog untuk suatu instansi pemerintah, suatu perusahaan atau suatu kelompok tertentu dengan tujuan khusus sesuai dengan yang diminta oleh client tersebut" (2007). Tujuan penulisan ini tidak bertujuan untuk Informasi Publik Informasi menurut UU-KIP Pasal 1 adalah : "Keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik". Kemudian lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa Informasi publik adalah: "informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, danlatau diterima oleh suatu badan public memenuhi pesanan dari client seperti yang yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan dikemukakan oleh Amri Marzali, tetapi lebih banyak dikaitkan dengan tanggung jawab moral sebagai pegawai dari instansi pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan kearsipan, sehingga hal-hal yang bertentangan dari aspek hukum ini yang akan dicoba untyuk dikemukakan. Memang kalau dilihat secara historis, pembuatan UU-KIP ini dipicu oleh suatu isu tentang Negara dan/atau penyelenggara dan pe- nyelenggaraan badan public lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain,y ang berkaitan dengan kepentingan public. Sementara itu badan public yang dimaksudkan disini merupakan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara, yang sebagian Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009 127

atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan atau Dilihat dari perbandingan substansi dan isi APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar muatan antara UU-KIP dengan peraturan perundangan negeri". kearsipan nampaknya ada perbedaan dan Bandingkan pengertian informasi public dengan pengertian Arsip yang dikemukakan dalam UU No. 7 Tahun 1971 adalah: "Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara dan Badan-Badan Pemerintahan dalam bentuk dan corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan". Kemudian ditambahkan pada ayat b disebutkan bahwa Arsip adalah: "Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-Badan swasta danjatau perorangan, dalam bentuk dan corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan". Dengan melihat pengertian informasi public tersebut dalam UU-KIP maka jelas bahwa Arsip merupakan salah satu dari informasi public yang terekam dari kegiatan lembaga Negara baik eksekutif, legislative ataupun yudikatif. Walaupun kedua UU tersebut menyebutkan istilah yang berbeda untuk penyebutan lembaga pemerintahan tetapi pada prinsipnya sama bahkan pengertian Arsip menjadi lebih luas karena termasuk kegiatan lembaga swasta danlatau perorangan. Atau dengan kata lain yang dimaksudkan dengan informasi public salah satunya adalah dalam bentuk Arsip yang tercatat, terekam dari kegiatan organisasi yang merupakan obyek dan bahan yang dapat diakses dan dibuka untuk kepentingan publik. pertentangan yang cukup mendasar terutama dari sifat informasi dan aspek hukum. Dalam UU-KIP sekali lagi bahwa pada prinsipnya informasi public yang tercipta ofeh lembaga Negara dan badan pemerintah adalah bersifat terbuka dapat diakses oleh public atau pengguna dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan dengan cara yang sederhana. Walaupun demikian ada beberapa informasi yang tidak dapat diberikan misalnya informasi yang dapat membahayakan Negara, informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dan persaingan usaha, informasi tentang hak-hak pribadi dan rahasia jabatan dan informasi yang belum dikuasai serta belum didokumentasikan (Pasal 6 UU-KIP). Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 711971 Pasal 11 tentang aspek hukum (sanksi hukum) terutama ayat 2 dimana ada sanksi hukum 20 tahun bagi yang menyampaikan informasi kepada pihak ketiga yang tidak berhak. Di dalam Undang-Undang ini tidak menjelaskan informasi arsip atau isi naskah apa yang tidak boleh disampaikan kepada pihak ketiga, kalau seandainya semua arsip/informasi maka jelas bertentangan dengan UU- KIP. Selain itu, UU No. 7/1971 ini hanya akan memberikan sanksi kepada orang perorangan yang menyalahgunakan atau menyampaikan informasi atau Arsip kepada pihak lain yang tidak berhak sanksi ini tidak diberikan kepada organisasi atau kelembagaannya. Sementara UU-KIP lebih menekankan tidak saja kepada kelembagaannya yaitu Implikasi UU-KIP Terhadap Peraturan Perundangan Lain Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap informasi untuk kepentingan pengguna informasi juga terhadap perorangan baik perorangan sebagai peng- 128 Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009

guna informasi public atau perorangan pegawai badan publik. Perbedaan ini lebih tegas lagi kalau melihat penjelasan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip dimana disebutkan bahwa sifat Arsip dinamis pada prinsipnya tertutup atau rahasia. Waiaupun dalam beberapa kasus Arsip dinamis dapat dibuka untuk kepentingan kepolisian atau penyidikan misalnya Arsip tentang data keuangan atau rekening seseorang yang disimpan pada suatu bank tertentu dapat dibuka karena diduga adanya money laundry atau kemungkinan penyalahgunaan kewenangan lainnya. Penjelasan PP ini jelas akan bertentangan dengan UU-KIP yang perundangan tentang kebebasan informasi telah diberlakukan, sementara di Indonesia belum menjadi budaya bahkan ada kecenderungan justru sebaliknya bahwa informasi yang terekam dalam dokumen dan arsip tertutup untuk umum. Negara yang sudah mengeluarkan peraturan perundangan ini antara lain adalah Swedia dengan undang-undang tentang "Freedom of Press Act" yang telah diundangkan sejak tahun 1766 mewajibkan sefuruh instansi pemerintah untuk dapat membuka Arsip (baik dinamis maupun statis) untuk kepentingan publik. Walaupun secara undang-undang di Swedia semua informasi dapat dakses public tetapi tentu saja ada semacam pembatasan untuk jenis Arsip tertentu akan diberlakukan, karena sekali lagi Arsip dinamis masih tertutup sesuai dengan undang-undang yang merupakan bagian informasi secara prinsip "Secrecy Act" misalnya sebagian dari Arsip seharusnya juga dapat dibuka dan diakses oleh public sebagai pengguna informasi. personal file contohnya identitas alamat pegawai karena dianggap rawan untuk tindak kejahatan, Arsip tentang konsultasi pegawai yang bermasalah. Psycotest Sumbangan Antropologi Hukum Seperti telah dikemukakan di atas, Indonesia menjadi negara ke-76 di dunia yang telah mengeluarkan undang-undang tentang keterbukaan atau kebebasan informasi, walaupun barangkali terlambat tetapi paling tidak sudah ada usaha kearah sana. Memang harus diakui untuk mewujudkan keinginan tersebut diperlukan kesiapan bagi penyelenggaran Negara khususnya, untuk dapat memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat pengguna informasi. Tuntutan kesiapan penyelenggara Negara dan pemerintah dipertegas lagi dengan adanya dorongan baik dari dalam maupun dari luar. Pengaruh dari negara luar akan pentingnya keterbukaan informasi juga menjadi menjadi salah satu alasan, karena di dalam pergaulan intemasional informasi menjadi sumber utama pengetahuan sehingga sudah jauh jauh hari di Negara lain peraturan dan tindak lanjutnya, kesehatan pegawai, pensiun pegawai yang disebabkan karena ketidakmampuan pegawai. Jenis Arsip lain yang tidak dapat diakses antara lain adalah medical records, system pengamanan dan system computer yang digunakan, hal-hal yang menyangkut keamanan dan sensitifitas perorangan. Jumlah Arsip yang dianggap tertutup ini juga relative masih kecil maksimal hanya sekitar 25 % dari jumlah total Arsip yang ada. Peraturan perudangan ini nampaknya berpengaruh terhadap negaranegara tetangganya di wilayah Skandinavia sehingga hak masyarakat untuk memperoleh informasi publik sudah terbuka jauh jauh hari dan mereka terbiasa dengan keterbukaan dan transparansi. Penyelenggara negara juga tidak merasa aneh untuk dapat membuka dan memberikan akses informasi kepada masyarakat umum. Dengan demikian sangat erat hubungannya antara akun- Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009 129

tabilitas dengan keterbukaan, transparansi, dalam 2002 tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga arti bahwa pemerintah sebagai penyelenggara negara dilakukan amandemen dengan berubah menjadi menyampaikan semua informasi dari pelaksanaan kegiatan sebagai wujud dari akuntabilitasnya. Dengan transparansi informasi tersebut maka masyarakat dapat melakukan pengawasan dan pengendalian tefiadap jalannya pemerintahan sehingga tidak mengherankan apabila penyelenggara negara menjalankan fungsinya sesuai aturan hukum dan tentu saja menjadi good and clean governance. Demikian pula dengan beberapa Negara maju lainnya yang telah mempunyai undang-undang keterbukan informasi atau "Freedom of Information Right to Information Act 2005 agar lebih efektif dalam aplikasinya. Sementara dorongan dari dalam negeri misalnya dengan sudah diundangkannya peraturan daerah mengenai kebebasan informasi. Memang agak ironis untuk tingkat pemerintah pusat baru menyetujui UU-KIP pada tahun 2008, sementara beberapa tahun sebelumnya di beberapa Pemerintah Daerah telah terbit Peraturan Daerah (Perda) tentang hal ini walaupun judulnya berbedabeda, misalnya Kabupaten Lebak yang telah mengeluarkan Perda Nomor: Act" (FOIA) yang pada prinsipnya sama 6 Tahun 2004 tentang "Transparansi dan bahwa informasi atau Arsip yang menyangkut kepentingan public yang dihasilkan oleh instansi pemerintah prinsipnya terbuka untuk public. Hanif Suranto dalam "Dari Lokal Mengepung Nasional: Dinamika Proses Legislasi Kebebasan Memperoleh lnformasi Publik" mengatakan bahwa sejak tahun 1996 hingga sekarang Freedom of Information Act sudah diberlakukan di Amerika Serikat dengan telah mengalami beberapa kali perubahan/amandemen. Dalam jangka waktu tersebut juga timbul polemik di iingkungan pemerintahan Amerika dimana FOIA adalah bersifat umum (Les Generalis), karena mengatur kebebasan Informasi secara umum sehingga berbenturan dengan peraturan perundangan yang lainnya yang telah muncul terlebih dahulu sehingga atas dasar itu perlu ada pengecualian. Dari hasil penelitian disebutkan ada sekitar 140 undang-undang pengecualian yang tidak termasuk dalam FOIA seperti Labor Management Reporting and Disclosure Act (1959), Atomis Energy (1954), Civil Right Act (1964). Demikian pula di India, lanjut Hanif Suranto, Freedom of Information Act yang diundangkan sejak tahun Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pengelolaan Pembangunan di Kabupaten Lebak", Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat mengeluarkan Perda Nomor: 2 Tahun 2005 tentang "Transparansi dan Partisipasi", Kabupaten Bandung dengan Perda Nomor: 6 Tahun 2004 tentang "Transparansi dan Partisipasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kabupaten Bandung" kemudian Kabupaten Magelang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Lamongan dan beberapa Kabupaten lainnya dengan nama perda yang berbeda dan tingkat pemahaman dan penerapan yang berbeda pula. Dari uraian di atas maka perlu pemikiran terhadap implikasi UU-KIP terhadap pefaturan perundangan kearsipan serta kemungkinan perubahan atau revisi dari peraturan tersebut mengenai konsep keterbukaan Arsip dinamis seperti tertuang dalam penjelasan PP 34 Tahun 1979 dan sanksi pidana seperti yang tertuang dalam UU No. 7/1971. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan bahwa sumber pembiayaan dari lembaga pemerintah berasal dari Negara dan seluruh rakyat Indonesia, sehingga 130 Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009

tentu saja seluruh masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh dan mengakses informasi dari kegiatan instansi pemerintah secara terbuka. Kalau kita perhatikan secara lebih khusus kegiatan dan jenis informasi yang tertutup pada instansi pemerintah missalnya yang dapat menghambat proses penegakan hukum, atau yang menyangkut masalah perlindungan HAKI, yang membahayakan keamanan nasional, yang dapat membocorkan rahasia kekayaan alam, atau yang dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri, dan yang dapat merugikan secara pribadi/perorangan. Pertimbangan yang lain adalah memberikan dengan seluas-luasnya kepada masyarakat sebagai salah satu unsur dalam good governance untuk berpartisipasi secara aktif dalam penggunaan informasi sebagai bahan perumusan kebijakan serta sekaligus berfungsi sebagai social control terhadap jalannya kegiatan pemerintahan Sedangkan alasan lain yang tidak kalah pentingnya adalah dalam era informasi dan salah satu konsep Negara demokrasi dimana untuk mewujudkan karena kondisi pada saat itu sudah sangat jauh berbeda dengan kondisi dan kebutuhan sekarang, misalnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 tentang Penyusutan Arsip yang dibuat pada tahun 1979 yang menyebutkan dalam salah satu penjelasannya pada pasal 15 bahwa Arsip dinamis pada prinsipnya tertutuplrahasia. Hal ini disebabkan karena pengaruh politik pemerintahan dan budaya pemerintah pada waktu itu dimana tidak dimungkinkan bagi penyelenggara Negara pada masa itu untuk membuka informasi dan arsipnya untuk kepentingan public. Era kepemimpinan beberapa dekade yang lalu memang masih sangat erat dengan ketertutupan dan masih menganggap hasil kegiatan organisasi dalam bentuk informasi dan Arsip masih belum dapat disampaikan kepada public. Dan kebiasaan ini masih dipegang oleh profesi pengelola informasi hingga sekarang. Sehingga, sekali lagi dengan perkembangan jaman dan perubahan system pemerintahan yang lebih demokratis barangkali pemyataan pada penjelasan PP tersebut perlu diubah menjadi pada prinsipnya Arsip (dinamis maupun penyelenggaraan Negara yang terbuka (trans- statis) terbuka dan dapat diakses oleh paransi) dan akuntabel maka kebebasan untuk memperoleh informasi dari kegiatan penyelenggara Negara merupakan salah satu hak asasi manusia; Dengan melihat alasan-alasan tersebut maka masyarakat umum kecuali Arsip-arsip tertentu yang diatur secara lebih khusus (seperti apa yang dituangkan dalam UU-KIP Pasal 17 tentang informasi yang dikecualikan tidak wajib untuk diakses perlu menyiasati atau barangkali merevisi atau publik). Kemudian yang perlu diperhatikan adalah merubah peraturan perundangan kearsipan yang berlaku terutama pasal-pasal atau keterangan lain yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan jaman yang semakin terbuka dengan dituntut partisipasi masyarakat yang lebih aktif lagi dalam perumusan dan pengawasan penyelenggara Negara. Kalau melihat sejarah pembentukan peraturan perundangan yang ada memang dapat dimaklumi apa saja atau jenis Arsip apa yang masih dianggap tertutup dan belum boleh diakses oleh public. Selama ini memang untuk Arsip statis prinsipnya adalah open to public dan siap untuk dilayankan atau disajikan kepada pengguna, walaupun tentu saja ada beberapa jenis Arsip statis yang disimpan di Arsip Nasional RI atau lembaga kearsipan daerah masih dianggap tertutup, misalnya yang menyangkut masalah keamanan Negara seperti ma- Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009 131

salah yang dapat menimbulkan konflik SARA, masalah rahasia Negara atau yang menimbulkan dingkan antara UU-KIP dengan peraturan perundangan terkait memang sangat jelas pertentangan sensitifitas perorangan. Contoh Arsip tentang tersebut, sehingga perlu ada kesiapan baik dari penyelenggaran Gerakan 30 September 1965 (G -30 S PKI) masih dianggap tertutup walaupun arsipnya sudah ada di Arsip Nasional RI. Sementara untuk Undang-Undang Nomor 711971 tentang "Ketentuan Ketentuan Pokok Kearsipan" khususnya pasal 11 ketentuan pidana masih dapat dipertahankan hanya perlu ada penegasan bahwa bagi lembaga/instansi dan/atau perorangan yang menyampaikan informasi atau Arsip yang dikecualikan (sesuai pasal 17 UU-KIP) kepada pihak ketiga yang tidak berhak dapat dikenakan sanksi hukum seperti tersebut pada pasal 11. Dengan demikian nampaknya peranan dan sumbangan antropologi hukum cukup dominan dalam arti melakukan perbandingan suatu produk hukum yang baru dengan produk hukum lainnya dengan melihat kemungkinan perbedaan atau bahkan pertentangan. Kemudian dari perbandingan produk hukum tersebut dilakukan perubahan atau penyempurnaan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh F. von Benda Beckmann yang dikutip oleh Ihromi. Sekaligus sambil menunggu revisis UU No 7 Tahun 1971 yang rencananya akan direvisi tahun 2008 dan 2009 maka pada tahun 2010 UU-KIP siap untuk duiimplementasikan. Negara sebagai penyedia informasi dengan masyarakat sebagai pengguna informasi agar betul-betul dapat memanfaatkan informasi secara optimal bukan saja sebagai bukti akuntabilitas penyelenggara Negara juga sekaligus sebagai bahan bukti otentik. Merubah budaya pemerintah untuk menyediakan akses kepada masyarakat juga tidakla mudah perlu ada kesiapan, demikian pula sebaliknya untuk merubah budaya dan menyadarkan akan pentingnya informasi kepada masyarakat juga membutuhkan usaha dan waktu. Adanya kemungkinan pertentangan atau perbedaan prinsip dengan peraturan perundangan kearsipan kemungkinan dapat dilakukan perbaikanperbaikan atau revisi yang disesuaikan dengan perkembangan jaman yang lebih transparan untuk mewujudkan Negara demokrasi dan tata pemerintahan yang baik. Bagi instansi terkait tentunya perlu memikirkan kemungkinan revisi peraturan perudangan yang ada dengan disesuaikan kebutuhan dan perkembangan jaman yang dituntut lebih transparan dan akuntabel. Selain itu, instansi juga perlu memikirkan standard dan kriteria jenis informasi atau arsip apa yang tidak boleh diakses oleh publik. Dengan mengacu pada pendapat F. von Benda Beckmann tentang bidang antropologi hukum Kesimpulan Dari uraian di atas pada dasarnya UU-KIP yang telah diundangkan pada tahun 2008 cukup beralasan kalau akan diberlakukan pada tahun 2010, karena secara umum infra strukturnya belum siap misalnya masih adanya perbedaan dan pertentangan antara UU tersebut dengan undang-undang atau yang intinya adalah membandingkan antara produk hokum yang relevan dan berkaitan serta kemungkinan melakukan perubahan baik budaya atau sikap pengguna informasi ataupun perubahan terhadap peraturan perundangan yang terkait untuk mempersiapkan implementasi UU-KIP yang akan diterapkan tahun 2010. peraturan perundangan lainnya. Dengan memban- 132 Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009

Daftar Pustaka F. von Benda-Beckmann, Dari Hukum Manusia Primitif Samoai ke Penelaahan Sosio Hukum Masyarakat-Masyarakat Kompleks dalam: Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, penyunting TO., Ihromi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2002. Ihromi, T.0, Sumbangan Antropologi Hukum Bagi Pembangunan, dalam Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1997. Marzali, Amri, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007. Sudibyo, Agus, Kompas Senin 7 April 2008, Jakarta, 2008. Sumrahyadi, "Pemikiran Keterbukaan Arsip Dalam Menyongsong Ditetapkan RLJU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik", Media Kearsipan Nasional, Jakarta, Arsip Nasional RI, Jakarta, 2007. Suranto, Hanif, "Dari Lokal Mengepung Nasional: Dinamika Proses Legislasi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik" KMI, Jakarta, 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979, "Penyusutan Arsip". Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971, "Ketentuanketentuan Pokok Kearsipan". Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008, "Keterbukaan Informasi Publik". Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009 133