STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

PENGARUH TANGGAPAN DETEKTOR KAMERA GAMMA SPECT PADA PEMERIKSAAN GINJAL

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

Estimasi Penyebaran Kanker Paru pada Bagian Tulang Belakang (Vertebra) dengan Menganalisis Nilai Uptake Tc 99m MDP

RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis

PENENTUAN BIODISTRIBUSI DAN UPTAKE TIROID DARI Tc 99m PERTEKNETAT PADA PASIEN HIPERTIROID MENGGUNAKAN TEKNIK IN VIVO

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN KULIT PADA PASIEN THORAX TERHADAP DOSIS RADIASI DI UDARA DENGAN SUMBER RADIASI PESAWAT SINAR-X

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA

IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

HUBUNGAN TEGANGAN DAN CITRA RADIOGRAFI REAL TIME PADA PESAWAT SINAR-X RIGAKU RADIOFLEX-250EGS3

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

RANCANG BANGUN SISTEM TOMOGRAFI TRANSMISI-EMISI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS AKUMULASI RADIOFARMAKA Tc-99m MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

UNIVERSITAS INDONESIA UJI QUALITY CONTROL DETEKTOR PESAWAT SPECT DENGAN PROTOKOL IAEA DAN AAPM. Naskah Ringkas Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

Penentuan persentase uptake radiofarmaka Tc 99m Sulfur Colloid pada sidik hati (Liver scan)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

PEMETAAN DOSIS RADIASI GAMMA DI FASILITAS KALIBRASI PTNBR UNTUK SUMBER 60 Co 400 GBq DENGAN MCNP5

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

MAKALAH LENGKAP INSTRUMENTASI UNTUK PENCITRAAN KEDOKTERAN NUKLIR

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

Unnes Physics Journal

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

BAB II LINEAR ACCELERATOR

PENENTUAN KARAKTERISTIK SERAPAN DAN KOEFISIEN ATENUASI LINIER PENYANGGA MYLAR TERHADAP RADIASI UNTUK SUMBER STANDAR Sr-90

PERHITUNGAN NILAI DOSIS DAN KONTRAS CITRA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) DENGAN VARIASI KETEBALAN DAN KOMBINASI JENIS FILTER

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

STANDARDISASI F-18 MENGGUNAKAN METODE SPEKTROMETRI GAMMA

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

Transkripsi:

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) Rima Ramadayani 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR-BATAN) Pasar Jum at, Lebak Bulus, Jakarta Selatan 1 e-mail: rima_ramadayani@yahoo.com, d_milvita@yahoo.com 2 e-mail: niningadel@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan studi awal uji perangkat kamera gamma dual head model pencitraan planar statik menggunakan sumber radiasi high energy Iodium-131 (I 131 ) di PTKMR BATAN, Jakarta Selatan. Pada penelitian dilakukan pengujian perangkat untuk mengetahui akumulasi sumber radiasi menggunakan teknik ROI (Region of Interest) dan model yang digunakan planar statik. Variabel penelitian yang digunakan adalah phantom (phantom linier dan phantom BAR) variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm selama 5 menit dan data diolah menggunakan Statistica 6.0. Untuk variasi jarak didapatkan hasil laju cacahan tanpa kolimator lebih tinggi dibandingkan menggunakan kolimator, sedangkan laju cacahan menggunakan phantom BAR lebih tinggi dibandingkan phantom linier. Hasil semua cuplikan untuk pengujian perangkat kamera gamma tidak jauh berbeda karena akumulasi sumber radiasi tersebar merata. Kata kunci : iodium-131, jarak, kamera gamma dual head, kolimator hegp, phantom, planar statik. ABSTRACT The research conducted a preliminary study testing dual head gamma camera device models static planar imaging using high energy radiation sources Iodine-131 (I 131 ) in PTKMR BATAN, South Jakarta. In research conducted testing device to determine the accumulation of radiation sources using techniques ROI (Region of Interest) and the models used planar static. The variables used in this study is the phantom (phantom linear and phantom BAR) variation distance of 5 cm, 10 cm and 15 cm for 5 minutes and the data processed using Statistica 6.0. For distance variation of counts rate showed no higher than using a collimator collimator, whereas the rate of shredded using phantom BAR higher than phantom linear. The results of all samples for testing gamma camera device is not much different because of the accumulation of radiation sources spread evenly. Keywords : iodium-131, distance, camera gamma dual head, hegp collimator, phantom, planar static I. PENDAHULUAN Aplikasi teknik nuklir memiliki peran yang sangat penting dalam bidang kesehatan. Pemanfaatan radiasi dalam bidang kedokteran di rumah sakit sudah menjadi bidang khusus dan pada saat ini bidang kedokteran yang memanfaatkan radiasi dibagi lagi menjadi tiga bidang keilmuan, yaitu radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Salah satu perangkat yang digunakan pada kedokteran nuklir adalah kamera gamma. Perangkat kamera gamma pada saat ini berkembang pesat dengan berbagai model dan bentuk, dengan berbagai bentuk kamera gamma yaitu kamera gamma satu kepala (single head), kamera gamma dua kepala (dual head) dan kamera gamma tiga kepala (triple head). Model pencitraan kamera gamma ada dua macam yaitu model pencitraan Planar Statik dan SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography). Sebagian besar rumah sakit tingkat provinsi di Pulau Jawa, baik milik pemerintah maupun swasta telah memiliki Instalasi Kedokteran Nuklir yang dilengkapi kamera gamma maupun PET (Positron Emission Tomography) dengan model terbaru. Perangkat tersebut perlu pengujian secara rutin maupun berkala. Pengujian perangkat kamera gamma ini dilakukan sesuai dengan energi dari sumber radiasi yang akan digunakan. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) juga memiliki kamera gamma Dual Head AnyScan S Series AS-105061 merek Mediso yang telah di-install. 170

Perangkat kamera gamma ini juga dilengkapi dengan komputer akusisi data, komputer proses data dan juga printer untuk mencetak data hasil pencitraan yang akan dibaca oleh dokter spesialis kedokteran nuklir. Berdasarkan peraturan IAEA (International Atomic Energy Agency) tahun 1986 melalui TECDOC 317 mewajibkan semua kamera gamma harus dilakukan pengujian sesuai dengan standar. Hal ini harus dilakukan secara berkala dan dicatat di dalam logbook sesuai dengan aturan jaminan mutu (QC/quality control) dan jaminan kualitas (QA/quality assurance) berdampak pada keselamatan baik untuk pasien, pekerja dan lingkungannya. Di Indonesia, pengujian perangkat kamera gamma di Instalasi Kedokteran Nuklir jarang dilakukan dan tidak semua operator bisa melakukan kegiatan pengujian. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga ahli dalam melakukan pengujian perangkat kamera gamma. Perawatan dan pengujian secara berkelanjutan untuk perangkat kamera gamma akan menurunkan biaya, menjaga ketepatan dan kestabilan perangkat kamera gamma. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian perangkat kamera gamma dual head dengan sumber radiasi high energy Iodium-131 (I 131 ), dimana penelitian ini untuk pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Arifin dkk (2013) telah melakukan penelitian mengenai tanggapan detektor kamera gamma pada pemeriksaan ginjal menggunakan sumber radiasi Tc 99m (aktivitas 1 mci sampai 25 mci), kolimator LEGP (Low Energy General Purposes), phantom akrilik dan metode planar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan laju cacahan terhadap aktivitas pada detektor kamera gamma linier. Pada pengujian perangkat kamera gamma dual head menggunakan kolimator HEGP (High Energy General Purposes), dengan model pencitraan planar statik. Kolimator ini bekerja menangkap energi gamma yang cukup tinggi sesuai dengan energi yang dipancarkan oleh sumber radiasi high energy I 131 sebesar 300 kev < E < 364 kev, sedangkan model pencitraan planar statik yang digunakan sesuai dengan peraturan IAEA melalui TECDOC 317. Diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan informasi dan acuan bagi Instalasi Kedokteran Nuklir yang ada di setiap rumah sakit di Indonesia dalam melakukan perawatan terhadap perangkat kamera gamma. II. METODE Pengujian perangkat kamera gamma dual head diawali dengan melakukan setting energi sebesar 364 kev dengan windows 20% dan matrik 256 x 256. Aktivitas I 131 yang digunakan pada uji perangkat kamera gamma sebesar 0,9 mci. Penelitian ini menggunakan model pencitraan planar statik. Sumber radiasi high energy I 131 dicacah tanpa menggunakan kolimator HEGP, menggunakan kolimator HEGP, menggunakan phantom linier dan phantom BAR selama 5 menit dengan jarak pengukuran 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Data hasil pencacahan disusun dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis menggunakan program Statistica 6.0. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Pencacahan I 131 tanpa kolimator dan menggunakan kolimator HEGP Pengujian perangkat kamera gamma dengan model pencitraan planar statik tanpa kolimator dan menggunakan kolimator HEGP. Hasil pencacahan I 131 tanpa kolimator dan menggunakan kolimator HEGP pada variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm, ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil pencacahan I 131 tanpa kolimator dan menggunakan kolimator HEGP pada variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm. No Jarak Laju Cacahan (kcpm) (cm) Tanpa Kolimator Dengan Kolimator 1 5 4843,950 559,155 2 10 4780,393 522,495 3 15 4655,833 466,492 171

Pada Tabel 1 data yang diperoleh dari hasil pengujian perangkat kamera gamma, menunjukkan bahwa jarak sumber radiasi menentukan laju cacahan yang ditangkap oleh detektor kamera gamma. Semakin dekat jarak sumber radiasi dengan detektor kamera gamma, maka laju cacahan yang akan ditangkap semakin tinggi. Sebaliknya, jika jarak sumber radiasi semakin jauh dengan detektor kamera gamma, maka laju cacahan yang ditangkap semakin rendah. Secara fisis, hal ini sesuai dengan hukum kuadrat terbalik (inverse square law) yang menyatakan bahwa laju dosis radiasi pada suatu titik akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tersebut dengan sumber radiasi (John, dkk., 2007). Hubungan jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan pada pengujian perangkat kamera gamma tanpa kolimator dan menggunakan kolimator HEGP, ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan tanpa kolimator HEGP dengan persamaan garis y = 4948,17567 18,8117x, persamaan garis tersebut berarti setiap penambahan nilai x, maka terjadi pengurangan nilai y sebesar 18,8117 kcpm. Dimana x adalah jarak sumber radiasi dan y adalah laju cacahan. Hubungan jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan menggunakan kolimator HEGP dengan persamaan garis y = 608,710333 9,2663x, berarti setiap penambahan nilai x, maka terjadi pengurangan nilai y sebesar 9,2663 kcpm. Gambar 1 Hubungan jarak sumber radiasi dengan laju cacahan untuk pengujian perangkat kamera gamma tanpa kolimator dan menggunakan kolimator. Persamaan garis tanpa menggunakan kolimator HEGP memiliki hubungan yang sangat kuat antara jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan, dapat dilihat dari nilai r = -0,9829. Nilai p = 0,1178 menunjukkan bahwa kesalahan yang terjadi pada data sebesar 11,78%, sehingga kebermaknaan data sebesar 88,22%. Pada pengujian menggunakan kolimator HEGP memiliki hubungan yang sangat kuat antara jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan, dapat dilihat dari nilai r = -0,9928. Nilai p = 0,0764 menunjukkan bahwa kesalahan yang terjadi pada data sebesar 7,64%, sehingga kebermaknaan pada data sebesar 92,36%. Secara statistik, grafik yang dihasilkan belum memenuhi inverse square law. Hal ini disebabkan oleh batasan pengambilan data pada saat penelitian. Pada pencacahan I 131 didapatkan citra hasil pengujian perangkat kamera gamma dual head tanpa kolimator dan menggunakan kolimator HEGP pada variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm, ditunjukkan pada Gambar 2. 172

(a) (b) (c) Gambar 2 Perbandingan citra hasil pengujian perangkat kamera gamma tanpa kolimator dan menggunakan kolimator pada variasi jarak (a) 5 cm; (b) 10 cm dan (c) 15 cm Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa citra hasil pengujian menggunakan kolimator HEGP lebih tajam dan fokus dibandingkan dengan citra hasil pengujian tanpa menggunakan kolimator HEGP. Kolimator berfungsi untuk menyearahkan foton gamma yang ditangkap oleh detektor pada kamera gamma, sedangkan tanpa kolimator semua foton gamma yang masuk akan ditangkap oleh detektor pada kamera gamma sehingga citra hasil pengujian kurang tajam dan tidak jelas. 3.2 Pencacahan I 131 Menggunakan Phantom Linier dan Phantom BAR Pengujian perangkat kamera gamma dengan model pencitraan planar statik menggunakan phantom linier dan phantom BAR. Hasil pencacahan I 131 menggunakan phantom linier dan menggunakan phantom BAR pada variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm, ditunjukkan pada Tabel 2. 173

Tabel 2 Hasil pencacahan I 131 menggunakan phantom linier dan phantom BAR pada variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm. No Jarak Laju Cacahan (kcpm) (cm) Phantom Linier Phantom BAR 1 5 5679,830 30992,715 2 10 3260,890 29013,125 3 15 2796,142 26964,515 Pada Tabel 2 data yang diperoleh dari hasil pengujian perangkat kamera gamma menggunakan phantom linier dan phantom BAR, menunjukkan jarak sumber radiasi menentukan laju cacahan yang ditangkap oleh detektor kamera gamma. Semakin dekat jarak sumber radiasi dengan detektor kamera gamma, maka laju cacahan yang akan ditangkap oleh detektor kamera gamma semakin tinggi. Sebaliknya, jika jarak sumber radiasi semakin jauh dengan detektor kamera gamma, maka laju cacahan yang ditangkap oleh detektor kamera gamma semakin rendah. Secara fisis, hal ini sesuai dengan hukum kuadrat terbalik (inverse square law) yang menyatakan bahwa laju dosis radiasi pada suatu titik akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tersebut dengan sumber radiasi (John, dkk., 2007). Hubungan jarak sumber radiasi dengan laju cacahan untuk pengujian perangkat kamera gamma menggunakan phantom linier dan phantom BAR, ditunjukkan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 dapat dilihat hubungan jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan menggunakan phantom linier dengan persamaan garis y = 6795,97533 288,3688x, persamaan garis tersebut berarti setiap penambahan nilai x, maka terjadi pengurangan nilai y sebesar 288,3688 kcpm. Dimana x adalah jarak sumber radiasi dan y adalah laju cacahan. Hubungan jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan menggunakan phantom BAR dengan persamaan garis y = 33018,3183 402,82x, berarti setiap penambahan nilai x, maka terjadi pengurangan nilai y sebesar 402,82 kcpm. Gambar 3 Hubungan jarak sumber radiasi dengan laju cacahan untuk pengujian perangkat kamera gamma menggunakan phantom linier dan phantom BAR Persamaan garis tanpa menggunakan phantom linier memiliki hubungan yang sangat kuat antara jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan, dapat dilihat dari nilai r = -0,9313. Nilai p = 0,2374 menunjukkan bahwa kesalahan yang terjadi pada data sebesar 23,74%, sehingga kebermaknaan data sebesar 76,26%. Pada pengujian menggunakan phantom BAR memiliki hubungan yang sangat kuat antara jarak sumber radiasi terhadap laju cacahan, dapat dilihat dari nilai r = -1,000. Nilai p = 0,0063 menunjukkan bahwa kesalahan yang terjadi pada data sebesar 174

0,06%, sehingga kebermaknaan pada data sebesar 99,94%. Secara statistik, grafik yang dihasilkan belum memenuhi inverse square law. Hal ini disebabkan oleh batasan pengambilan data pada saat penelitian. Pencacahan I 131 didapatkan citra hasil pengujian perangkat kamera gamma menggunakan phantom linier dan phantom BAR pada variasi jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm, ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 4 Perbandingan citra hasil pengujian perangkat kamera gamma menggunakan phantom linier dan pada jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm Gambar 5 Perbandingan citra hasil pengujian perangkat kamera gamma menggunakan phantom BAR dan pada jarak 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Pada Gambar 4 dan Gambar 5, dapat dilihat dari citra hasil pengujian menggunakan phantom linier dan phantom BAR pada jarak 5 cm lebih tajam dan fokus dibandingkan citra pada jarak 10 cm dan 15 cm yang kurang jelas. Semakin bertambah jarak citra akan semakin terang namun akan terlihat kurang jelas karena banyak hamburan pada foton gamma yang dideteksi oleh detektor kamera gamma. Pada penelitian ini, hasil citra dari paparan radiasi yang di tangkap oleh detektor pada kamera gamma kurang jelas. Pada citra, kondisi ini sesuai dengan inverse square law. IV. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian rancang perangkat kamera gamma model pencitraan planar statik ini dapat ditarik beberapa kesimpulan. Laju cacahan tanpa kolimator HEGP lebih tinggi dibandingkan dengan laju cacahan menggunakan kolimator HEGP. Citra hasil pengujian menggunakan kolimator HEGP lebih tajam dibandingkan tanpa kolimator HEGP. Laju cacahan menggunakan phantom BAR lebih tinggi dibandingkan dengan laju cacahan menggunakan phantom linier. Semakin bertambah jarak sumber radiasi terhadap detektor maka laju cacahan semakin kecil. Secara fisis, kondisi ini memenuhi hukum kuadrat terbalik (inverse square law). Uji awal perangkat kamera gamma dual head menggunakan sumber radiasi high energy I 131, menunjukkan bahwa kamera gamma mampu memberikan tanggapan yang baik dalam mencacah. 175

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. dan Soedjoko, D.S., 2013, Pengaruh Tanggapan Detektor Kamera Gamma SPECT pada Pemeriksaan Ginjal, Jurnal Fisika, Vol 16, No.1, Jur. Fisika UNDIP, Semarang. John dan Gerlach, B., 2007, Digital Nature Photography : The Art and The Science, Focal Press, USA. Medical Application Section of IAEA, 1986, Quality Control Of Nuclear Medicine Instruments, TECDOC-317, IAEA (International Atomic Energy Agency), Vienna. 176