Shendy Dianastesi 1, TitaRatya Utari 2 ¹Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi, ²Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA RELAPS SETELAH PERAWATAN DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT

PREVALENCE OF RELAPSE AFTER TREATMENT WITH A FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE (Evaluation Using the Index of Orthodontic Treatment Need / IOTN)

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi dalam penelitian ini adalah cetakan gigi pasien yang telah. Rumus Federer = (t-1)(n-1) 15 keterangan = n 16

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah tinggi. Gaya hidup dan tren mempengaruhi seseorang untuk

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. alat ortodontik cekat telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

PENGGUNAAN PEER ASSESMENT RATING INDEX PADA EVALUASI HASIL PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN TEKNIK BEGG

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

J Ked Gigi, Vol. 5, No. 3, Juli 2014 ISSN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

Kata kunci: kepercayaan diri, perawatan ortodontik cekat, remaja, PIDAQ.

TINGKAT KEPARAHAN MALOKLUSI DAN KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTI CEKAT MENGGUNAKAN INDEX OF COMPLEXITY, OUTCOME AND NEED

ABSTRAK. Kata kunci: Status periodontal, self-ligating bracket, conventional bracket, indeks gingiva, indeks plak. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

Gambaran tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan menggunakan Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) di RSGM-P FKG Unair

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2012). Perawatan ortodontik mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

Kata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

ABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi, alat ortodontik cekat, pasta gigi, enzim amyloglucosidase, enzim glucoseoxidase.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

EVALUASI KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTI PIRANTI CEKAT PADA TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN PEER ASSESMENT RATING INDEX

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan estetik gigi

Kata kunci: status periodontal, molar band, molar tube, indeks gingiva, bleeding score, poket periodontal.

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. SURAT PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv

ABSTRAK PERBEDAAN PENGGUNAAN PASTA GIGI MENGANDUNG ENZIM AMYLOGLUCOSIDASE

LAPORAN P E N E L I T I A N. O I eh. Drg. ISNANIAH MALIK NIP

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

ABSTRAK. Kata kunci: Pasta gigi herbal, pasta gigi non herbal, indeks plak, ortodontik cekat.

Kata kunci: lebar mesiodistal gigi, indeks Bolton, maloklusi kelas I Angle, overjet, overbite, spacing, crowding

ABSTRAK GAMBARAN MALOKLUSI PADA SISWA SISWI SDK 6 BPK PENABUR KELOMPOK USIA TAHUN BERDASARKAN KLASIFIKASI ANGLE DAN KLASIFIKASI PROFFIT-ACKERMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

FREKUENSI KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED DI SMP NEGERI 1 SALATIGA

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT

ABSTRAK. Kata kunci: alat ortodontik cekat, menyikat gigi, chlorhexidine 0,2%, plak dental, indeks plak modifikasi dari PHP Index.

DENTIN JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. April 2018

KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA SISWA KELAS II DI SMP NEGERI 2 BITUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Perbandingan Derajat Keparahan Maloklusi dan Kebutuhan Perawatan Ortodontik pada Remaja Etnik Jawa dan Etnik Cina di Kodya Yogyakarta

Kata kunci: Self-ligating bracket, conventional bracket, Streptococcus mutans.

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN POLA MAKAN ANTARA REMAJA YANG MENJALANI PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK CEKAT SKRIPSI ILKHANA WINDAH J

BAB 1 PENDAHULUAN. Penampilan fisik mempunyai peranan yang besar dalam interaksi sosial.

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III. II. Kode/SKS : KGO III / I. III. Prasarat : Ortodonsia II. IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi

PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2017

Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun (Studi pendahuluan di SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta)

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv

Kebutuhan perawatan ortodonsi berdasarkan index of orthodontic treatment need pada siswa usia tahun di SMP Negeri 1 Wori

RELAPS DAN PENCEGAHANNYA DALAM ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

KETIDAKNYAMANAN TONGUE CRIB SEBAGAI FAKTOR RISIKO UNTUK KEBERHASILAN KOREKSI ANTERIOR TONGUE THRUST SWALLOW

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Kata kunci: analisis Bolton, rasio keseluruhan, rasio anterior, suku Tionghoa, suku Papua

THE IMPORTANCE ORAL HEALTH FOR THE PATIENT WITH FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE (PENTINGNYA KESEHATAN MULUT PADA PEMAKAI ALAT ORTHODONTIK CEKAT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat

PERUBAHAN INDEKS TINGGI WAJAH PADA PERAWATAN ORTODONTI MALOKLUSI KLAS I DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA USIA REMAJA TAHUN

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

16 Novarini Prahastuti І Perubahan Tipe Bentuk Lengkung Gigi Paska Perawatan Ortodontik...

Perawatan Ortodontik menggunakan Teknik Begg pada Kasus Pencabutan Satu Gigi Insisivus Inferior dan Frenectomy Labialis Superior

INTISARI Penggunaan braket preadjusted self ligating dianggap mampu menghasilkan resistensi friksional rendah karena bentuknya seperti tabung

TINJAUAN PUSTAKA. tehnik perawatan piranti cekat. Elastik digunakan untuk membantu menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: QUAH PERNG TATT NIM:

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

PENGARUH SIKAT GIGI TRIPLE HEADED TERHADAP PEMBERSIHAN PLAK PADA PEMAKAI ALAT ORTODONSI CEKAT

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014

Transkripsi:

KARYA TULIS ILMIAH PREVALENCE OF RELAPSE AFTER TREATMENT WITH FIXED ORTHODONTIC (Evaluation using PAR) PREVALENSI TERJADINYA RELAPS SETELAH PERAWATAN DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT (Evaluasi Menggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR) Shendy Dianastesi 1, TitaRatya Utari 2 ¹Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi, ²Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi ABSTRACT Background: Teeth that have been finished using orthodontic appliance has a tendency to relapse. Relapse is return of tooth position into an early form of malocclusion, and it still an issue in orthodontic treatment. Counting of relapse doing by PAR Index (Peer Assessment Rating Index). Aim: The aim of this study was to know the relaps prevalence after Orthodontic treatment with fixed Orthodontic appliance using PAR index. Methods: Sample of this study were 24 dental impression post treatment and 24 dental impression during the research. The method of this study was descriptive analitic with Shapiro-wilk test to get the data homogenity and normality, Paired T test to analyze the difference of paired data with normal distribution. Results: Result showed saphiro wilk test after bracket removal score and the score when this study was performed was p>0,05 which means the distributione of data was normal. Paired sample t test showed the result after bracket removal score and the score when this study was performed was p<0,05 which means there were significance differences. Conclusion: There were significance difference between PAR index after bracket removal and when this study was performed. This showed that there was prevalence of mild relapse after fixed orthodontics treatment. Keywords: Fixed Orthodontic appliance, Relapse, PAR indexs.

INTISARI Latar belakang: Gigi yang telah digerakkan dengan perawatan ortodontik dapat mengalami relaps. Relaps adalah kembalinya sebagian atau seluruhnya kondisi seperti sebelum dilakukan perawatan, dan masih menjadi masalah dalam perawatan ortodontik. Salah satu metode pengukuran relaps dilakukan dengan menggunakan PAR indeks (Peer Assessment Rating Indexs). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan indeks PAR. Metode penelitian: Sampel yang digunakan berjumalah 24 cetakan gigi setelah lepas bracket dan 24 cetakan gigi saat penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisi data deskriftif dengan uji Shapiro-wilk untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data dan uji Paired Sampel T test untuk uji perbedaan data berpasangan pada sebaran data yang normal. Hasil: Hasil uji normalitas Shapiro-wilk pada skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian menunjukan p>0,05 yang artinya sebaran data normal. Hasil uji Paired T test pada skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian menunjukkan p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PAR setelah lepas bracket dan skor saat penelitian. Hal ini menunjukkan masih terjadi relaps setelah perawatan ortodontik cekat namun masih dalam katagori yang ringan. Kata Kunci: Alat ortodontik cekat, Relaps, Indeks PAR.

PENDAHULUAN Masyarakat menginginkan gigi yang tampak normal, dan masyarakat berinisiatif untuk datang kedokter gigi untuk memperbaiki maloklusi 11, sehingga diperlukan adanya perawatan ortodontik untuk memperbaiki permasalahan maloklusi. Perawatan ortodontik adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan pada bidang kedokteran gigi, bertujuan untuk mempertahankan dan mendapatkan posisi yang benar tanpa menimbulkan masalah baru seperti rotasi gigi, diastema dengan prosedur jangka panjang 1. Menurut periodenya, perawatan ortodontik dibagi dalam dua periode: Periode aktif, periode ini merupakan periode di mana dilakukan pengaturan gigi-gigi yang malposisi dengan menggunakan alat ortodontik dengan tekanan mekanis, atau dengan tekanan fungsional otot-otot sekitar mulut untuk mengoreksi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Periode pasif, merupakan periode setelah periode aktif selesai, dengan tujuan untuk mempertahankan kedudukan gigi-gigi yang telah dikoreksi agar tidak terjadi relaps (kembali seperti kedudukan semula) dengan menggunakan retainer 8. Relaps adalah kembalinya gigi ke bentuk awal maloklusi setelah dikoreksi. Pengertian untuk masyarakat, relaps diartikan sebagai perubahan apapun dari posisi akhir gigi setelah perawatan. Ada beberapa penyebab terjadinya relaps yaitu relaps karena perubahan pertumbuhan, tekanan otot, kegagalan menghilangkan faktor penyebab dan faktor tidak memakai retainer 2. Untuk menstabilisasi koreksi dan menahan gigi pada posisi yang sudah dicapai baik dari segi estetik maupun fungsional maka digunakan suatu alat yaitu retainer 9. Salah satu penelitian menunjukkan 50% relaps terlihat pada 2 tahun pasca penggunaan retainer, 28% relaps terlihat pada 2-5 tahun pasca penggunaan retainer, dan 12% relaps terlihat pada 5-10 tahun pasca penggunaan retainer 10. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan perawatan ortodontik adalah dengan menggunakan indeks. Macam-macam Indeks tersebut antara lain

handicapping malocclusion index (HMA), index of treatment need (IOTN), dan peer assessment rating index (PAR). Indeks PAR merupakan indeks yang memiliki kelebihan dibandingkan indeks yang lain karena memiliki validitas dan reliabilitas yang sudah teruji serta mempunyai keseragam dalam intepretasi dan kriteria yang diteliti 6. Skor Indeks PAR merupakan skor yang digunakan untuk mengetahui suatu peningkatan maloklusi berupa perbaikan saat perawatan serta untuk mengevaluasi stabilitas dan relaps pada pasien ortodontik. Di kota Yogyakarta cukup banyak pasien yang telah selasai dilakukan perwatan ortodontik cekat. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps. METODE Penelitian ini adalah penelitian observational deskriptif. Sampel yang digunakan adalah 24 cetakan setelah lepas brecket dan 24 cetakan saat penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai klinik gigi pribadi di Yogyakarata. Kriteria inklusi yaitu subjek yang sudah selesai melakukan perawatan ortodontik cekat, tidak dibedakan jenis kelamin, tersedia cetakan setelah lepas bracket, serta lepas bracket minimal 3 bulan. Kriteria eksklusi yaitu subjek dibawah 15 tahun karena masih dalam keadaan gigi bercampur dan masih pada pertumbuhan. Sebagai variabel pengaruh adalah periode pasif perawatan ortodontik, sedangkan variabel terpengaruh adalah terjadinya relaps. Variabel terkendali adalah umur dan minimal 3 bulan setelah lepas bracket dan variabel tak terkendali adalah kepatuhan dalam penggunaan retainer, jenis kelamin dan keparahan kasus. Alat dan bahan yang digunakan cetakan positif terakhir setelah lepas bracket, cetakan positif saat ini, spatula, rubber bowl, sendok cetak, penggaris PAR, handscoon, alginat, aquades dan gips. Tahap persiapan awal dilakukan seleksi model study pada 48 kasus pasien yang dirawat di klinik ortodontik di Yogyakarta. Diperoleh 48 kasus yang memenuhi persyaratan dengan demikian diperoleh 48 model study yang terdiri dari 24 model pra dan

24 pasca perawatan. Tahap pelaksanaan dilakukan pengukuran pada model study dengan menggunakan PAR ruler dan dilakukan penilaian sesuai dengan petunjuk penilaian PAR indeks. dilakukan skoring pada hasil pengukuran, dilakukan skoring dihitung pembobotannya sesuai tabel, dilakukan perhitungan jumlah total skor pra dan pasca perawatan dan dihitung selisih skor. Analisis data menggunakan uji Paired Sampel T test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai antara cetakan setelah lepas bracket dan cetakan saat ini. Perbedaan nilai tersebut menunjukan apakah terjadi relaps atau tidak. HASIL PENELITIAN Tabel 9. Distribusi subjek menurut keparahan maloklusi pra dan pasca perawatan. Skor Par Indek Maloklusi Pasca % Saat ini % 0 Ideal 2 8,33 2 8,33 1-16 Ringan 22 91,67 22 91,67 17-32 Sedang 0 0 0 0 33-48 Parah 0 0 0 0 >48 Sangat 0 0 0 0 parah Total 24 100 24 100 Data pasca perawatan dan kondisi perawatan saat ini menunjukan dari 2 sampel termasuk dalam kelompok ideal (8,33%) dan 22 sampel termasuk dalam kelompok maloklusi ringan (91,67%). Tidak ada sampel yang masuk pada kelompok malokusi sedang, parah, sangat parah. Tabel 10. Skor PAR indeks katagori ringan menurut keparahan maloklusi pra dan pasca perawatan Skor Par Setelah lepas % Saat % bracket Penelitian 0 2 8,3% 2 8,3% 1 0 0% 0 0%

2 3 12,5% 1 4,17% 3 5 20,83% 3 12,5% 4 4 16,67% 1 4,17% 5 1 4,17% 4 16,67% 6 2 8,3% 3 12,5% 7 1 4,17% 1 4,17% 8 4 16,67% 3 12,5% 9 0 0% 1 4,17% 10 0 0% 0 0% 11 1 4,17% 2 8,3% 12 1 4,17% 1 4,17% 13 0 0% 0 0% 14 0 0% 0 0% 15 0 0% 0 0% 16 0 0% 2 8,3% Tabel di atas menunjukan skor PAR indeks tertinggi pada skor 3 terdapat 5 (20,83%) sampel dan terendah dengan skor 1, 9, 10, 13, 14, 15 dan 16 terdapat 0 (0%) sampel pada kondisi setelah lepas bracket, sedangkan pada kondisi saat penelitian skor PAR indeks tertinggi dengan skor 5 terdapat 4 (16,67%) sampel dan terendah skor 1, 10, 13, 14, 15 terdapat 0 (0%) sampel. Tabel 11. Presentase selisih skor setelah lepas bracket dan skor kondisi saat ini Selisih skor Jumlah sampel Presentase PAR 1 1 4,17% 0 6 25% -1 4 16,67% -2 4 16,67% -3 6 25% -4 1 4,17% -5 2 8,33% Total 24 100% seluruh sampel Tabel diatas menunjukan selisih skor 1 terdapat jumlah sampel 1 (4,17%), pada selisih skor 0 terdapat jumlah 6 sampel (25%), pada selisih skor -1 terdapat jumlah 4 sampel (16,67%), pada selisih skor -2 terdapat jumlah 4 sampel (16,67%), pada selisih skor -3 terdapat jumlah 6 sampel (25%), pada selisih skor -4 terdapat 1 jumlah sampel

(4,17%) dan pada selisih skor -5 terdapat 2 sampel (8,33%). Terdapat 17 sampel dengan (70,83%) yaitu mengalami peningkatan skor yang diasumsikan mengalami relaps. PEMBAHASAN Hasil pengukuran menggunakan PAR indeks pada 24 cetakan gigi saat lepas bracket dan 24 cetakan saat penelitian, setelah diuji dengan menggunakan uji parametrik Paired Sampel T test diperoleh hasil yang menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian. Perbedaan bermakna tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan skor, yang berarti terjadi perubahan susunan gigi geligi (terjadi relaps). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya relaps yaitu jika seuatu benda di kenai tekanan yang melebihi ambang keseimbangan maka benda tersebut akan bergerak keposisi yang lain, sebagai contoh gigi geligi berada pada sistem keseimbangan gaya dimana gigi terkena berbagai macam gaya (gaya mstikasi, penelanan dan bicara) yang berasal dari otot bibir, pipi, lidah namun gigi tidak bergerak ke posisi yang baru 9. Jika gigi diberi gaya dari alat ortodontik maka gigi akan bergerak. Gaya ortodontik telah mengubah sistem keseimbangan sebelumnya. Jika alat ortodontik di lepas, maka keseimbangan gigi didalam rongga mulut akan berubah sehingga gigi akan bergerak, mencari posisi keseimbangan yang baru. Perawatan ortodontik yang dilakukan berpotensi untuk tidak stabil. Oleh karenanya di perlukan alat retensi. Berdasarkan banyaknya faktor yang dapat menyebabkan relaps pada gigi tampaknya diperlukan pemakaian alat retensi selama beberapa tahun sampai pertumbuhan dari seseorang selesai 4-5. Hasil penelitian pada 24 sampel menunjukkan skor saat lepas bracket dan skor saat penelitian yang berada di katagori ideal (0) terdapat 2 sampel dan dikatagori ringan (1-16) terdapat 22 sampel. Hal ini menunjukan terdapat 2 sampel yang kondisi gigi geligi masih tetap dalam keadaan baik, dan 22 sampel dalam kondisi tidak ideal namun masih

dalam katagori ringan. Maloklusi yang di katagorikan ideal adalah suatu kondisi yang tidak terdapat penyimpangan gigi-gigi dari oklusi normal, sedangkan maloklusi yang dikatagorikan ringan adalah maloklusi yang gigi geligi sedikit berjejal dan sering terjadi pada gigi depan mandibula 3. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa prevalensi terjadinya relpas setelah perawatan ortodontik cekat sebesar 70,83%. Hasil penelitian ini menunjukan walaupun relaps terjadi namun perubahan yang terjadi masih dalam katagori ringan, hal ini bisa dikarenakan kepatuhan pasien dalam menggunakan retainer sesuai dengan pernyataan menyatakan bahwa retainer merupakan alat pasif ortodontik yang membantu dalam menangani dan menstabilisasi gigi dalam waktu yang lama untuk memberikan kesempatan reorganisasi struktur-struktur pendukung setelah tahap aktif dalam perawatan ortodontik 9. Indeks PAR merupakan indeks yang sering dibutuhkan sebagai acuan dalam menentukan kebutuhandan evaluasi hasil perawatan ortodontik. Selain itu indeks ini terbukti dapat mengukur terjadinya relaps dengan cara membandingkan cetakan gigi setelah lepas braket dengan cetakan gigi saat penelitian. Indeks PAR merupakan indeks yang memiliki kelebihan dibandingkan indeks yang lain karena memiliki validitas dan reliabilitas yang sudah teruji serta mempunyai keseragam dalam intepretasi dan kriteria yang diteliti, namun dalam penelitian ini peneliti merasa bahwa indeks ini memiliki kekurangan yaitu pada penilaian overjet yang tidak mudah 7. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang di peroleh dari penelitian tentang prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat (evaluasi dengan meggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR) maka dapat disimpulkan bahwa: terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PAR setelah lepas bracket dan kondisi saat penelitian. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat perubahan (peningkatan skor) relaps pasca perawatan ortodontik dengan alat cekat di beberapa klinik di Yogyakarta dan terdapat 70,83% sampel yang mengalami peningkatan skor pada pasien pasca perawatan ortodontik cekat namun skor PAR masih dalam katagori ringan. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menilai prevalensi terjadinya relaps setalah perawatan ortodontik cekat dengan jumlah sampel yang lebih banyak. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penilaian dengan indeks lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Alawiyah, Tuti & Sianti, P, P.(2012). Retensi dalam Perawatan Ortodonti. Jakarta: FKG UPDM. 2. Bhalajhi, S, I. (2001). Otrhodontics: The art and science, (4 th ed). Edinburgh: Mosby. 3. Dika D, D., Hamid T., & Sylvia M. (2011). Penggunaan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) Sebagai Evaluasi Hasil Perawatan dengan Peranti Lepasan. Orthodontic Dental Journal, 2(1). 45-48. 4. Little RM. Stability and Relapse : Early treatment of arch legth deficiency. Am J Orthod Dentofac Orthop 2002;121:578-581. 5. Nanda RS, Nanda SK. Consideration of dentofacial growth in long term retention and stability:is active retention needed? Am Orthod Dentofac Orthop 1992;101: 297-302. 6. Richmond S, Shaw WC. The PAR index (Peer Assessment Rating): methods to determine outcome of orthodontic treatment in terms of improvement and standards. Eur J Orthod 1992;14:180-187. 7. Sarah, S. P., 2005, Effect of early treatment on stability of occlusion in patients with a class II maloscclusion, Thesis. University of Florida.

8. Sulandjari,H. (2008). Buku Aar Ortodonsia I KGO I. Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada. 9. Profit, WR. Contemporary Orthodontics. 3 rd ed. St.Louis. Mosby, 2000:128-141. 10. Yami, Al. Kuijpers-Jagtman, van Hof. (1999). Stability of Orthodontic Treatment Outcome: Follow-Up until 10 Years Postretention[Abstrak]. Am J Orthod Dentofacial Orthop, 115: 300 304. 11. Yohana, Winny. (2009). Perawatan Ortodontik pada Geligi Campuran. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.