BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN SPARE PART PADA MESIN ALUMINIUM EXTRUSION PRESS 2 MT 880T DI PT.SUPEREX RAYA ALUMUNIUM EXTRUDER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB II LANDASAN TEORI

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Pengelolaan Persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Persediaan

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri baik industri manufaktur maupun jasa

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

BAB II LANDASAN TEORI

Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Tujuan perencanaan dan pengendaliaan persediaan:

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya, dan terhambatnya proses produksi. Hal ini mungkin terjadi, karena tidak selamanya suku cadang tersedia pada setiap saat, yang berarti bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapat. Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan. Persediaan ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut (terjadinya kelancaran usaha) hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya. Beberapa pengertian mengenai peresediaan menurut para ahli sebagai berikut: 1. Pengertian persediaan menurut Stevenson (1996) adalah An inventory is a stock or store of goods. Artinya persediaan adalah suatu barang yang disimpan ataupun dijual. 2. Persediaan (inventory) menurut Biegel (1981) didefenisikan sebagai berikut: Inventory may be defined as material held in storage for 18

19 later use or sale. Artinya persediaan didefenisikan sebagai suatu material yang disimpan di gudang untuk penggunaan selanjutnya, atau untuk dijual. 3. Menurut Starr (1981) defenisi persediaan sebagai berikut: Inventory deals with the determination of optimal procedure for procuring stock of commodities to meet future demand. Artiya persediaan berhubungan dengan penetuan prosedur yang optimal dalam pengadaan stok untuk permintaan masa yang akan datang. Dari defenisi-defenisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persediaan adalah suatu prosedur pengerjaan yang optimum untuk mengadakan persediaan barang-barang untuk memenuhi permintaan masa yang akan datang. Setiap perusahaan harus dapat menentukan dan mempertahankan suatu tingkat persediaan optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran perusahaan dalam jumlah, waktu yang tepat dan biaya yang rendah. Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimal, maka perlu suatu sistem pengendalian persediaan. Sistem pengendalian persediaan dapat didefenisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Pengendalian persediaan secara umum bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas optimal dalam penyediaan material.

20 Sedangkan tujuan pengendalian persediaan bagi perusahaan menurut Assauri (2008), yaitu: 1. Menjaga supaya perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi, 2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih, sehingga biaya yang timbul akibat persediaan tidak terlalu besar, 3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar. Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang secara terus menerus. Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi, atau sebaliknya tidak perlu konsumsi di desak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Alasan diperlakukannnya persediaan oleh suatu perusahaan ataupun pabrik menurut Assauri (2008) adalah karena: 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan, 2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung pada yang lainya. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah yang kemudian dijual

21 kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering dikaitkan didalam persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan atau pabrik. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolongkan menurut sejenisnya yang kemudian dibuatkan perincian dari masing-masing barang dalam suatu periode yang bersangkutan. Pada akhir periode, pengalokasian biaya-biaya dapat dibebankan pada aktivitas yang terjadi dalam periode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan. 3.2 Fungsi dan Jenis-Jenis Persediaan Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan menurut Herjanto (1999) adalah sebagai berikut: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan, 2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik, sehingga harus dikembalikan, 3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi, 4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman, sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia dipasar, 5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas, 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan,

22 7. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. Sedangkan jenis-jenis persediaan menurut Assauri (2008) adalah sebagai berikut : 1. Fluctuation stock, merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi jika terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang, 2. Anticipation stock, merupakan jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya proses produksi, 3. Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu, 4. Pipeline inventory, merupakan persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal ketempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu.

23 3.3 Sistem Persediaan Sistem persediaan merupakan suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus dipesan, dan berapa banyak pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal dalam kuantitas yang optimal dan pada waktu yang optimal. Kriteria optimal adalah minimal biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan. Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan kedalam variabel kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian persediaan sistem persediaan adalah sebagai berikut: 1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, 2. Kapan pemesanan dilakukan, 3. Berapa jumlah persediaan pengaman, 4. Bagaimana mengendalikan persediaan. Sedangkan secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan. Variabel keputusan sistem persediaan secara kualitatif adalah : 1. Jenis barang apa yang dimiliki,

24 2. Dimana barang tersebut berada, 3. Berapa jumlah barang yang dipesan, 4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item. Ada dua cara atau sistem yang umum dalam menentukan jumlah persediaan pada akhir suatu periode menurut Assauri (2008), yaitu dengan: 1. Periodic System, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir, 2. Perpetual system atau disebut juga book inventories yaitu sistem persediaan yang melakukan pemesanan pada saat persediaan berada pada reorder point. 3.4 Sistem Pemesanan (Order System) dalam Pengendalian Persediaan Dalam usaha menutupi kebutuhan persediaan, maka dilakukanlah kegiatan pemesanan barang. Pemesanan barang yang dibutuhkan pada saat persediaan mencapai titik tertentu (order point system), dan pemesanan yang dilakukan pada saat dimana waktu tertentu ditetapkan dicapai (order cycle system). Secara umum ada dua sistem pemesanan yang biasa dipakai, yaitu: 1. Sistem ukuran pemesanan tetap (Fixed order quantity system). Pada sistem ukuran pemesanan tetap, jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan jumlahnya tetap, sedangkan waktu periode pemesanan bervariasi. Sistem ukuran pemesanan tetap sering disebut dengan Q sistem. Dikatakan metode Q karena variabel

25 keputusan adalah Q (yang menotasikan kuantitas) pesanan. Kriteria optimal adalah total biaya persediaan yang minimal, 2. Sistem pemesanan interval tetap (Fixed order interval system), atau sering disebut dengan P sistem. Pada sistem pemesanan interval tetap, jumlah barang yang dipesan bervariasi, sedangkan periode pemesanannya tetap. Model P adalah suatu model persediaan yang variabel keputusannya adalah periode pemeriksaan persediaan (berapa hari/minggu/bulan/periode sekali pemeriksaan dilakukan pada persediaan). Dalam model ini, jumlah unit yang dipesan akan berubah-ubah tergantung sisa atau jumlah persediaan saat diperiksa. Besar kecilnya jumlah pemesanan akan berubah-ubah tergantung sisa, sementara variabel yang tetap adalah jarak waktu pemeriksaan. Pada pemecahan masalah persediaan menggunakan Q sistem. Beberapa alasan yang dijadikan dasar dalam memilih Q sistem adalah sebagai berikut : 1. Permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama periode persediaan, 2. Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap, 3. Jarak waktu sejak pesan sampai pesanan datang (lead time) pasti., 4. Semua biaya diketahui dan bersifat pasti, 5. Kekurangan persediaan (stock out) tidak diizinkan. Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.

26 Sedangkan model P berfungsi dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan model Q karena hal-hal berikut: 1. Model P tidak mempunyai titik pemesanan kembali, tetapi lebih menekankan pada target persediaan, 2. Model P tidak mempunyai nilai EOQ karena jumlah pemesanannya akan bervariasi tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan, 3. Dalam model P, interval pemesanannya tetap sedangkan kuantitas pesanannya berubah-ubah. Untuk lebih jelas, diagram sistem persediaan Q sistem dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram sistem persediaan (Herjanto 1999) 3.5 Biaya-Biaya dalam Persediaan Tujuan dari manajemen persediaan adalah memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang rendah. Oleh karena itu, kebanyakan model-model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya

27 kekurangan persediaan. Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan menurut Herjanto (1999) adalah sebagai berikut : 1. Biaya Pembelian (Purchasing cost) Biaya pembelian dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi perunit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan kedalam total biaya pembelian untuk periode tertentu dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan. Total biaya pembelian item-item selama satu periode pengendalian persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut: dimana: Tcp = Total biaya pembelian selama satu periode f = Frekwensi pembelian selama satu periode Cj = Biaya pembelian per unit pada pembelian ke-j Qj = Jumlah pemesanan setiap kali pemesanan ke-j 2. Biaya Pemesanan (Order cost) Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan barang, daru penempatan pesanan sampai tersedianya barang. Biaya pemesanan ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang tersebut, yang dapat mencakup biaya administrasi dan penempatan order, biaya ekspedisi, biaya pemilihan pemasok,

28 biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan barang. Biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan, tetapi tergantung dari beberapa kali pesanan dilakukan. Total biaya pemesanan selama satu periode pengendalian peresediaan dirumuskan sebagai berikut: dimana : Tco = Total Biaya Pemesanan selama satu periode f = Frekwensi pembelian selama satu periode Aj = Biaya pemesanan ke-j Grafik biaya pemesanan dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Grafik Biaya Pemesanan (Herjanto 1999) 3. Biaya Penyimpanan (Holding cost) Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini antara lain : 1. Biaya sewa gudang 2. Biaya administrasi pergudangan

29 3. Gaji pelaksana pergudangan 4. Biaya listrik 5. Biaya modal yang tertanam dalam persediaan 6. Biaya asuransi 7. Biaya kehilangan ataupun kerusakan dan penyusutan barang selama dalam penyimpanan Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan per tahun dan dalam bentuk rupiah per tahun per unit barang. dimana : Tch = Total biaya penyimpanan selama satu periode l = Panjang satu periode pengendalian persediaan It = Jumlah persediaan pada waktu ke-t Ht = Biaya penyimpanan per unit barang per satuan waktu ke-t Grafik biaya penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3 Grafik Biaya Penyimpanan

30 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage cost) Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu yang diperlukan. Biaya kekurangan persediaan pada dasarnya bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini, antara lain semua biaya kesempatan yang timbul karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak tersedianya bahan yang diproses, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya penerimaan keuntungan, bahkan biaya kehilangan pelanggan. Total biaya kekurangan persediaan selama satu periode dirumuskan sebagai berikut: dimana : Tcs = Total biaya kekurangan persediaan G = Frekwensi terjadinya stock out selama satu periode Cs = Biaya per unit untuk pengadaan darurat stock out ke-j Zj = Waktu pemenuhan pada stock out ke-j Hubungan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (total biaya persediaan) dapat dilihat pada Gambar 3.4. Gambar 3.4 Grafik Rincian Jumlah Pesanan yang Ekonomis (Assauri 2008)

31 Dari gambar diatas dengan jelas dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah barang yang dipesan, maka ongkos penyimpanan semakin bertambah tinggi sedangkan ongkos pemesanan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil jumlah barang yang dipesan, maka biaya pemesanan semakin besar sehingga biaya penyimpanan semakin kecil. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah pemesanan optimum dan kapan dilakukan pemesanan haruslah dicari keseimbangan antara ongkos penyimpanan dan ongkos pemesanan. 3.6 Model-Model Persediaan Ada beberapa model dari persediaan yang dapat dilihat dari sifatnya, antara lain : 1. Model persediaan berdasarkan sifat-sifat demand, terdiri dari : a. Static deterministic inventory models, dimana demandnya diketahui dan konstan serta laju demand sama untuk tiap periodenya, b. Dynamic deterministic inventory models, dimana demandnya diketahui dan konstan, tetapi laju demand untuk tiap periode bervariasi, c. Static probabilistic inventory models, dimana demand adalah variabel random berdistribusi probabilistic tergantung pada panjang periode. Distribusi probabilistic demand sama untuk tiap periode,

32 d. Dynamic probabilistic inventory models, model ini sama dengan model c, tetapi pada distribusi probabilistic demand yang berbeda untuk masing-masing periode. 2. Model persediaan berdasarkan jenis kebijakan yang digunakan, terdiri dari: a. Periodic-Review Policy Berdasarkan kebijakan ini, tingkat persediaan ditinjau pada interval waktu yang sama (T). T merupakan lamanya periode pengamatan. Jika pada akhir dari periode T tingkat inventory lebih tinggi dari ukuran pemesanan kembali yang ditetapkan tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Akan tetapi, bila tingkat inventory kurang atau sama dengan reorder level, perlu dilakukan pemesanan untuk mencapai tingkat persediaan yang maksimum. b. Order-Up to R Policy Berdasarkan kebijakan ini, reorder level (r) disesuaikan dengan ukuran R. Oleh karena itu ukuran order Qi = R Li selalu dilaksanakan diakhir periode Ti. R dan T adalah dua parameter yang hanya diperlukan pada kebijakan ini. c. Continous-Review Policy Berdasarkan kebijakan ini, tingkat persediaan dipantau terus menerus dan ukuran order selalu dilakukan jik tingkat persediaan berada pada reorder level atau dibawahnya.

33 d. Fixed-Reorder-Quantity Policy Kebijakan ini mirip dengan kebijakan peninjauan terus menerus, tetapi pada kebijakan ini jumlah unit dikeluarkan dari persediaan sekali pada suatu waktu, sehingga tingkat persediaan dapat ditinjau ketika persediaan berada tepat pada R. Oleh karena itu ukuran pemesanan yang tetap (Q) selalu dilakukan ketika Li = R. e. Base-Stock Policy Berdasarkan kebijakan ini, kita mengatur reorder level sama dengan R, dan order dilakukan setiap terjadi penarikan dari persediaan. Oleh karena itu jumlah stok yang ada dalam persediaan dan jumlah yang dipesan harus sama dengan R pada tiap waktu. Tingkat persediaan yang maksimum dianggap sebagai tingkat stok dasar (base-stock level). 3.7 Klasifikasi Suku Cadang Pengendalia persediaan suku cadang adalah bagian dari tugas manajemen logistik dalam suatu perusahaan. Menurut penggunaanya, suku cadang dapat dibagi menjadi tiga jenis. Pembagian ini sangat berguna untuk membagi kebijakan penyimpanan dan pengisian kembali. Selain itu, untuk menentukan kebijakan dalam jenis dan jumlah penyimpanannya nanti, perlu juga diketahui perbedaan jenis peralatannya dipandang dari fungsinya. Pembagian suku cadang dimaksud adalah:

34 1. Suku cadang habis pakai (Consumable parts) Yaitu jenis suku cadang untuk pemakaian biasa, yaitu yang akan aus dan rusak karena gesekan, tegangan, kena panas dan sebagainya. Kerusakan suku cadang jenis ini dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga penggantiannya dapat pula sewaktu-waktu. Oleh karena itu pengaturannya haruslah sedemikian rupa sehingga sewaktu-waktu diperlukan haruslah selalu tersedia, atau dapat diadakan dalam waktu singkat sehingga tidak mengganggu jalannya peralatan. Suku cadang jenis ini misalnya seal, v-belt, dan oil filter. 2. Suku cadang pengganti (Replacement parts) Adalah jenis suku cadang yang penggantiannya biasanya dilakukan pada waktu overhaull, yaitu pada waktu diadakan perbaikan besar-besaran. Waktu overhaull ini biasanya dapat dijadwalkan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat peralatan tersebut. Oleh karena itu, biasanya jenis suku cadang ini tidak disimpan dalam persediaan, kecuali untuk peralatan yang bersifat vital. Suku cadang jenis ini misalnya gasket, piston dan piston rings. 3. Suku cadang jaminan (Insurance parts) Adalah jenis suku cadang yang biasanya tidak pernah rusak, tetapi dapat rusak juga, dan apabila rusak dapat menghentikan operasi dan produksi. Suku cadang jaminan ini biasanya bentuknya besar, harga mahal, dan waktu pembuatannya lama. Contohnya cylinder head, crankshaft, dan flywheel.

35 3.8 Pengelolaan Suku Cadang Suku cadang atau material merupakan bagian pokok yang perlu diperhitungkan dalam pengaruhnya terhadap biaya perawatan. Biaya material dan suku cadang untuk perawatan biasanya berkisar antara 40 sampai 50 persen dari total investasi, termasuk adanya kerugiankerugian karena kerusakan. Dengan demikian, rata-rata perusahaan mengeluarkan sekitar 15 sampai 25 persen dari total biaya perawatan untuk suku cadang dan material. Oleh karena itu, pemakaian material atau suku cadang direalisasikan sehemat mungkin dan perlu pengontrolan dalam pengelolaannya. Pada dasarnya pengontrolan material atau suku cadang dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan usaha dan kondisi pengoperasiannya. Namun demikian perubahan dapat saja terjadi dan memerlukan pengaturan setiap waktu. Jadi setiap bagian perawatan perlu mengorgasisasian sistem penyimpanan suku cadang dan mengembangkan suatu program pengontrolan yang dibutuhkan secara khusus. Dalam kaitan ini, penting adanya perhatian manajemen untuk pengontrolan material atau suku cadang yang dibutuhkan pada pekerjaan perawatan. Usaha-usaha yang perlu ditangani dalam mengelola dan mengontrol suku cadang mencakup sistem order, rencana teknik untuk mengganti atau memperbaiki, penanggulangan masalah produk yang berubah karena pengaruh material atau suku cadang, persediaan suku cadang sesuai dengan kebutuhan fasilitas yang akan menggunakannya. 3.8.1. Kontrol Suku Cadang

36 Untuk pengelolaan suku cadang yang dikontrol dengan baik, maka perlu adanya : a. Sistem pencatatan (record system) Penyimpanan suku cadang, material, dan perlengkapan lainnya harus tercatat secara sistematis. Perlu adanya sistem penomoran dalam pembukuan yang menjelaskan deskripsi, lokasi, biaya, sumber, dan lainlain yang menjadi pokok dalam sistem pengolahan data. b. Sistem penyimpanan Sistem penyimpanan dapat diartikan sebagai sistematika dalam penempatan, penyimpanan dan pencatatan barang, komponen, suku cadang, atau material yang disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga akan mempermudah pelayanan pengoperasiannya secara praktis dan ekonomis. 3.8.2. Fungsi Kontrol Suku Cadang a. Mengelola penyimpanan barang secara aktif, termasuk tata letak, sarana untuk penyimpanan, pemanfaatan ruang gudang, prosedur penerimaan dan pengeluaran barang, suku cadang dan lain-lain. b. Tanggung jawab teknis untuk keberadaan suku cadang. Termasuk metode penyimpanan, prosedur perawatan untuk mencegah kerusakan, pencegahan kehilangan. c. Sistem pengontrolan stok (persediaan suku cadang). Catatan inventarisasi, prosedur pemesanan, pengadaan barang.

37 d. Perawatan untuk bahan-bahan khusus, dalam pengiriman barang, dalam proses pemakaian, kesiapan suku cadang dalam jumlah dan spesifikasi yang sesuai menurut kebutuhannya. e. Melindungi suku cadang dari kerugian atau kehilangan karena penyimpanan yang kurang terkontrol, dan mencegah adanya pemindahan barang tanpa diketahui. 3.8.3. Dasar-dasar Kontrol Suku Cadang Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan suku cadang adalah bahwa penyimpanan stok tidak terlalu lebih atau tidak terlalu kurang dari kebutuhan. Jumlah maksimum dan minimum penyimpanan suku cadang harus ditentukan secermat mungkin. Batas-batas tersebut dapat ditentukan berdasarkan pengalaman dan kebutuhan nyata.